Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kanker Paru Penyebab Kematian Nomor Satu di Indonesia, Kenali Gejala dan Risikonya

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Minggu, 01 Aug 2021 09:06 WIB

White or light pearl color ribbon for raising awareness on Lung cancer, Bone cancer, Multiple Sclerosis, Severe Combined Immune Deficiency Disease (SCID) and Newborn Screening and symbol
Simbol Kanker Paru/Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong

Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti karena dapat menyebabkan kematian, Bunda. Sama seperti COVID-19, penderita kanker juga tersebar ke seluruh dunia serta menyerang segala usia dan gender.

Menurut data yang tertera di The Global Cancer Observatory atau Globocan, pada tahun 2020 sudah sekitar 19.292.789 orang didiagnosa dengan kanker yang beragam.

Salah satu kanker yang paling banyak ditemui di dunia adalah kanker paru-paru. Di dunia, kanker paru menjadi kanker terbanyak nomor dua setelah kanker payudara, Bunda. Menurut data dari sumber yang sama, kanker paru telah menyerang setidaknya 2.206.771 jiwa pada tahun 2020.

Menurut dokter Spesialis Pulmonologi, Prof. dr.Elisna Syahruddin Ph.D, Sp.P(K), kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di Indoneesia, Bunda. Meski begitu kanker paru merupakan kanker yang sulit ditemukan bahkan setelah 20 tahun menderitanya.

Banner Lula Kamal Tertipu Beli Vitamin D3

"Kenapa dia (kanker paru) paling baik? satu, karena dia paling sulit ditemukan ketika awal. Jadi orang sudah kena kanker 20 tahun dia enggak berasa apa-apa," katanya dalam webinar Peluncuran Layanan Digital PULIH dalam Rangka Hari Kanker Paru Sedunia beberapa waktu lalu.

Karena sulit ditemukan, 80 persen penderita kanker paru biasanya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut, Bunda. Sementara itu, 20 persen sisanya terjadi karena faktor ketidaksengajaan dan menunjukan stadium awal.

"Misalnya orang lagi check up. Enggak ada keluhan apa-apa dia (kanker paru) ketemu. 20 persen ya stadium awal itu," jelas dr. Elisna.

Perkembangan terapi untuk kanker paru di dunia sudah sangat pesat, Bunda. Sayangnya, dr. Elisna mengatakan bahwa di Indonesia masih belum ada fasilitas yang memadai.

"Kenapa kanker paru banyak dibicarakan? Karena perkembangan terapinya sangat pesat. Sayangnya di sana (luar negeri) sudah maju di kita baru mau diingat-ingatkan saja. Jadi transformasi bahannya yang belum ada. Pengetahuan sama, tapi aksesnya yang tidak sama," tuturnya.

Sementara itu, dr. Elisna juga menjelaskan faktor-faktor risiko seseorang bisa terkena kanker paru, Bunda. Klik baca halaman berikutnya, yuk!

Simak juga video penyebab dan cara cegah kanker serviks berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




FAKTOR RISIKO KANKER PARU

Doctor's physical examination for screening lung cancer

Ilustrasi Kanker Paru/Foto: Getty Images/iStockphoto/sittithat tangwitthayaphum

Dokter Elisna mengatakan bahwa setiap orang selalu memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk terkena kanker, Bunda. Baik itu kanker paru atau jenis kanker yang lainnya. Hanya saja, faktor tersebut ada tak bisa dikontrol.

Menurut dokter yang berasal dari suku Minang ini, ada setidaknya 3 faktor risiko kanker paru yang tidak bisa dikontrol nih, Bunda. Berikut adalah faktornya.

1. Aging atau umur

Kanker pada umumnya merupakan penyakit yang menyerang karena umur seseorang, Bunda. Sementara, umur adalah faktor yang tidak bisa dikontrol.

"Semakin tua, risiko untuk terkena kanker akan semakin meningkat. Umur adalah faktor risiko dan itu tidak bisa dikontrol. Tak bisa dikurangi, dilebih-lebihkan, tidak bisa," ungkapnya.

2. Gender atau jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor risiko yang tak bisa dikontrol lainnya, Bunda. Meski seseorang telah melakukan operasi dan menjadi transgender, gender atau jenis kelamin aslinya lah yang menjadi faktor risiko.

"Jenis kelamin tidak dapat dikontrol. Dia lahirnya perempuan ya perempuan. Mau diapa-apain tetap perempuan. Kalau laki-laki ya sudah enggak bisa dikontrol dan itu menjadi faktor risiko," tutur dr. Elisna.

3. Riwayat dalam keluarga

Genetik atau riwayat dalam keluarga juga merupakan faktor risiko yang tak bisa dikontrol, Bunda. Saat terlahir di keluarga yang terkena kanker paru, maka informasi ini menjadi hal penting yang harus disampaikan kepada dokter.

"Orang tidak boleh memilih keluarga. Kalau ada riwayat keluarga, itu menjadi faktor risiko penting yang harus dijelaskan ke dokternya," jelasnya.

Tak hanya faktor yang tak dapat dikontrol, kanker paru juga bisa dipengaruhi oleh faktor yang bisa dikontrol, Bunda. Misalnya seperti paparan asap rokok, polusi, pekerjaan yang terpapar zat karsinogen, serta penyakit paru kronik.

Dokter Elisna juga menjelaskan gejala-gejala yang akan timbul saat seseorang terkena kanker paru nih, Bunda. Klik baca halaman berikutnya, ya!

GEJALA KANKER PARU

Female doctor in white uniform with white pearl ribbon awareness in hand for Dating Violence,Emphysema,Lung Cancer awareness ,Lung Disease,Mesothelioma,Multiple Sclerosis,Retinoblastoma Cancer (eye)

Ilustrasi Kanker Paru/Foto: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn

Sebelumnya, dr. Elisna mengatakan bahwa kanker paru merupakan kanker yang sangat sulit untuk diidentifikasi, Bunda. Karena itu, kebanyakan penderita kanker paru sudah mencapai tahap kronis atau stadium lanjut.

Meski begitu, dr. Elisna menjelaskan ada berbagai gejala yang timbul pada penderita kanker paru nih, Bunda. Misalnya saja gejala pada respirasi atau saluran napas.

"Batuk yang lama adalah gejalanya. Batuk yang menyerang seseorang pasti ada sebab. Bahkan orang tersedak dua butir debu saja batuk," katanya.

Tak hanya itu, dr. Elisna juga menjelaskan bahwa gejala lain yang mungkin terlihat adalah batuk berdarah, sesak napas, dan nyeri dada, Bunda.

"Batuk darah jelas, berarti ada pecah pada pembuluh darah. Kalau sesak napas biasanya antara ada sumbatan atau parunya kuncup. Kalau nyeri dada biasanya dihubungkan kalau dia berkaitan dengan selaput paru atau sudah menembus dinding dada," ungkapnya.

Sementara itu, ada pula gejala yang berhubungan dengan penyebaran, Bunda. Misalnya seperti lesu atau lemah, berat badan menurun, sakit kepala atau kejang, serta nyeri tulang.


(mua/mua)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda