Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Pentingnya Pahami Psikologi Laki-laki saat Terjadi Power Imbalance dalam Pernikahan

Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog   |   HaiBunda

Senin, 14 Feb 2022 19:08 WIB

Dokter Sisipan
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog (@danangpsikolog) adalah psikolog klinis di RSJ Menur Surabaya. Menulis lebih 10 buku psikologi populer, aktif memberi seminar, training parenting, self healing, dan kesehatan. Danang adalah founder Brilian Psikologi.
Unhappy young couple arguing standing at house door, angry husband pointing at wife blaming her of problems, conflicts in marriage, bad relationships, man and woman having quarrel or disagreement
Memahami psikologi suami saat terjadi power imbalance/ Foto: iStock

Bunda, sudah pernah dengar istilah power imbalance dalam pernikahan? Ini merupakan kondisi saat terjadi ketidakseimbangan dalam rumah tangga.

Contohnya ketika gaji Bunda lebih besar nih daripada penghasilan Ayah. Kondisi seperti ini umumnya dianggap sebagai sebuah hal yang tidak lazim dalam perkawinan. Seperti yang kita ketahui bersama ya, Bunda, kalau dalam budaya kita mengakar suami adalah tulang punggung keluarga. Sehingga menjadi masalah jika tidak dicari jalan keluarganya.

Power imbalance bisa menjadi salah satu penyebab masalah yang dihadapi suami istri. Persepsi istri pun biasanya cenderung berubah karena merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Bukan tidak mungkin standar istri juga akan naik. Istilahnya, ia akan melihat segala sesuatunya dari atas dan membandingkan sang suami dengan laki-laki di lingkungan kantornya, Bunda.

Kalau power imbalance sudah terjadi, pasangan suami istri perlu mengukur dan melakukan observasi nih. Apa hubungan dengan suami lancar saja? Dalam hal ini, enggak ada salahnya lho Bunda sesekali menekan ego dengan memahami psikologi laki-laki.

Sebelum prespektif Bunda berubah dalam memandang suami, ada baiknya lebih peka dan memahami psikologisnya. Jangan sampai terjebak memandang rendah suami ya, Bunda.

Perlu Bunda ketahui nih, kadang-kadang ada suami yang sebenarnya ingin berkembang tapi tidak tahu caranya. Ada juga suami yang ternyata punya masalah dengan dirinya sendiri.

Sebagai istri, kita bisa membantu suami mengenali dirinya termasuk hal yang ia cita-citakan. Selanjutnya, Bunda juga membantu mewujudkan tujuan hidup Ayah. Jadi, bukan kita tentukan apa tujuan hidupnya dan bagaimana cara meraih hal tersebut agar suami tidak merasa selalu dituntut.

Sebelum jauh terjadi masalah dalam rumah tangga, Bunda disarankan untuk melakukan observasi terhadap perilaku Ayah. Apakah ada perubahan dan tanda-tanda merasa tertekan secara ego karena power imbalance?

attractive asian couple talking in living roomTips membicarakan masalah saat terjadi masalah rumah tangga/ Foto: iStock

Power imbalance dapat menyebabkan ego suami tertekan dalam hubungan suami istri. Bunda bisa melihat perubahan ego ini dari perubahan perilaku suami ya.

Coba lihat apakah ada perubahan sikap suami sejak Bunda mulai bekerja atau memiliki penghasilan tinggi. Bandingkan sikapnya dari sebelum Bunda bekerja atau di awal pernikahan.

Kalau ada yang berubah, ini bisa menjadi sinyal untuk masuk dan melihat lebih jauh lagi, Bunda. Respons yang mengindikasikan suami terserang secara ego bisa terlihat dari cara bicara dan kebersamaannya dengan istri.

Mencegah power imbalance dalam rumah tangga

1. Menyamakan persepsi

Saat Bunda memutuskan untuk bekerja, jangan lupa untuk minta persetujuan suami ya. Hal ini juga berlaku ketika Bunda naik jabatan dalam jenjang karier.

Saat minta persetujuan, berikan suami pemahaman tentang kondisi pekerjaan dan konsekuensi yang akan dihadapi nantinya. Coba samakan persepsi suami istri untuk urusan ini.

Ketika suami sudah paham, maka di situ akan timbul kerelaan atau kesepakatan antara suami dan istri. Jadi ketika istri sibuk dan tidak bisa melayani suami, suami juga akan lebih legowo karena sudah sepakat dan mengizinkan.

2. Jangan terpaku pada materi

Materi memang penting dalam sebuah keluarga. Tapi, tidak semua hal hanya dilihat dari materi ya.

Pasangan suami istri sebaiknya mengembalikan konsep pendapatan ke konsep rezeki. Istri juga harus punya pemahaman yang lebih tinggi tentang rezeki, seperti rezeki tak cuma diusahakan tapi juga dikasih sama Tuhan.

Bunda sebaiknya tidak mencibir suami karena memiliki penghasilan yang lebih kecil. Bisa saja suami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari rezeki yang lebih banyak, tapi memang belum berhasil.

Pada kebanyakan kasus, istri selalu memiliki perspektif bahwa suami kurang berusaha atau menggampangkan ide untuk mencari rezeki. Padahal, ini belum tentu sama dengan perspektif suami.

Untuk mencegah power imbalance, Bunda sebaiknya tidak terpaku pada materi. Bunda juga harus bersabar dalam mengubah perspektif suami bila memang tidak sesuai dengan ekspektasi.

3. Bicara dari hati ke hati

Cara mencegah power imbalance juga bisa dengan bicara dari hati ke hati dengan suami. Nah, sebelum melakukan upaya ini, Bunda perlu pastikan dulu hubungan dengan suami dalam suasana dan kondisi baik ya.

Coba buat suami mengerti, seperti 'Aku memang harus mencari uang yang banyak'. Ingat ya, ini bukan sesuatu yang kaku karena mencari uang itu bukan sesuatu yang matrealistis.

Bicara dari hati ke hati lebih baik dibandingkan menyerang langsung dari depan. Kita juga bisa memberikan masukan agar suami mendapatkan insight tentang apa yang harus dilakukannya ke depan.

Cara bicara dengan suami untuk selesaikan masalah

Masih banyak pasangan dalam rumah tangga, suami atau istri tidak mengerti tentang psikologi. Mereka jadi tidak tahu kapan harus bicara dengan analogi yang tepat, Bunda.

Istri perlu menyampaikan dengan bahasa dan diksi yang baik saat bicara dengan suami, terutama soal masalah finansial nih. Jangan sampai bicara dengan bahasa yang membuat suami sakit hati, seperti 'Ayah, gajimu itu cuma 3 juta lho'.

Alih-alih menggunakan bahasa yang seperti itu, Bunda bisa memperhalus kata-kata. Misalnya, "Ayah, kita kan ke depan ingin bangun rumah lagi dan rencananya anak mau masuk kedokteran, yuk kita tingkatkan perekonomian kita. Bunda nabung 30 persen dari penghasilan, kalau Ayah gimana rencananya untuk meningkatkan penghasilan?'. Jadi kata 'penghasilan kamu' bisa diganti dengan 'perekonomian kita' untuk lebih memperhalus bahasa.

Setelah memilih bahasa dan diksi yang pas, Bunda perlu menentukan waktu yang tepat. Waktu terbaik adalah saat hubungan Ayah dan Bunda sedang baik. Artinya, kalau mood Ayah baik, tapi hubungan enggak baik, ya bicara akan tetap sulit.

Jadi, perbaiki dulu hubungan dengan suami sebelum Bunda bicara dari hati ke hati. Cara memperbaikinya yakni dengan mengerti kepribadian masing-masing.

Selain itu, simak juga yuk bagaimana cara Bunda tetap jadi pasangan yang menyenangkan dan dapat mengimbangi suami kalau kondisinya Bunda yang tidak bekerja. Buka halaman selanjutnya ya!

Lihat nih, Bunda, keharmonisan Dewi Gita dan Armand Maulana dalam video di bawah ini: 

[Gambas:Video Haibunda]




CARA BUND ATETAP TUMBUH DAN BERKEMBANG MESKI JADI IBU RUMAH TANGGA

Unhappy young couple arguing standing at house door, angry husband pointing at wife blaming her of problems, conflicts in marriage, bad relationships, man and woman having quarrel or disagreement

Foto: iStock

Cara tetap 'tumbuh' bersama suami saat Bunda memutuskan jadi IRT

Power imbalance juga bisa terjadi ketika Bunda memutuskan menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT). Butuh komunikasi yang baik dengan suami dalam menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi di rumah.

Suami yang seharian bekerja di luar rumah tentu akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru setiap harinya. Berbeda dengan istri yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengurus anak-anak di luar rumah.

Dalam kondisi seperti ini, istri rentan mengalami stuck atau jalan di tempat. Namun, hal ini bukan berarti bisa menjadi alasan untuk berhenti upgrade pengetahuan ya.

Lakukan beberapa upaya yuk, Bunda, untuk tetap menambah pengetahuan dan menjadi pasangan yang menyenangkan. Pastikan Bunda tetap menjadi patner iadaman agar rumah tangga senantiasa harmonis.

Bagaimana caranya? Coba beberapa hal di bawah ini:

1. Terlibat dalam kehidupan suami

Dalam rumah tangga, ada kalanya suami dan istri perlu 'satu frekuensi' alias nyambung untuk membangun hubungan harmonis. Tapi, ini bisa jadi tak mudah bagi Bunda yang di rumah saja, sementara suami mencari nafkah di luar atau sebaliknya.

Nah, untuk mengatasinya ini, Bunda perlu menjaga komunikasi agar terjalin dengan baik ya. Caranya dengan terlibat dalam kehidupan suami.

Suami dan istri perlu membuat kesepakatan untuk saling terlibat dalam kehidupan masing-masing sekecil apa pun, kecuali yang sifatnya rahasia dalam urusan pekerjaan. Cara ini bisa menutupi ruang kosong atau jarak yang bisa menyebabkan masalah dalam keluarga, Bunda.

Lalu sejauh mana istri terlibat dalam kehidupan suaminya? Setidaknya, Bunda perlu mengetahui lingkup pergaulan suami. Tapi, sebenarnya dengan kita terlibat saja sudah otomatis mengerti dengan kehidupan yang dijalani pasangan.

Terlibat dalam kehidupan suami mungkin terdengar mudah. Namun, ada pula suami yang justru enggak mau istrinya terlihat dalam kehidupannya. Kalau hal ini Bunda alami, coba yuk bicarakan baik-baik dengan suami apa alasannya.

2. Punya inisiatif untuk meningkatkan kualitas pernikahan

Sebagai istri, Bunda juga harus mengembangkan diri ya. Selain untuk aktualisasi diri, Bunda perlu memerhatikan harapan suami.

Misalnya, istri tidak bisa masak, tapi suami dalam hati mengidam-idamkan istri yang pintar masak. Meski tidak diutarakan terus-menerus, istri perlu memahami keinginan suaminya. Istri bisa belajar masak untuk memenuhi keinginan suami sekaligus untuk berkembang dan meningkatkan kualitas pernikahan.

3. Istri perlu aktif

Selain punya inisiatif, istri juga perlu aktif. Misalnya, bila memiliki suami yang kariernya lancar, Bunda bisa belajar ikut seminar finansial.

Bunda perlu tahu, kita itu umumnya hanya menyukai orang yang seperti kita. Kalau kita suka belajar, kita juga suka orang yang suka belajar.

Jadi, meskipun suami dan istri berbeda secara kepribadian, tapi ada hal-hal yang sama, sehingga cocok dan menikah. Untuk mulai menjadi aktif, Bunda bisa bicara dengan ayah. Selama niatnya untuk meningkatkan kualitas pernikahan, tidak ada salahnya belajar untuk aktif ya.

Selain itu, Bunda juga bisa menyimak nih cara menghadapi suami otoriter. Klik halaman selanjutnya ya!

CARA MENGHADAPI SUAMI OTORITER HINGGA MEMBUATNYA NYAMAN DI RUMAH

Unhappy young millennial married couple sitting on couch in living room after quarrel fight. Angry husband frustrated offended wife at home. Break up, divorce and misunderstanding in relations concept

Ilustrasi suami otoriter/ Foto: iStock

Cara menghadapi suami otoriter

Sifat otoriter suami masih sering ditemukan dalam kehidupan rumah tangga. Ada suami otoriter yang melarang istrinya berkembang dan aktif nih.

Bunda perlu pahami, bila kita dilarang untuk berkembang dan melakukan hal baik oleh suami, artinya kita berada dalam situasi yang kurang nyaman. Sebagai istri, Bunda perlu membicarakan hal ini dengan suami.

Istri juga eggak harus selalu terlihat lemah, karena punya hak untuk bicara atau menentukan hidup sebagai sorang istri. Ingat ya, mengabdi bukan berarti menjadi budak, tapi memberikan yang terbaik dan melayani suami dengan baik. Prinsip ini juga berlaku untuk suami yang harus melayani istrinya dengan baik.

Suami otoriter bisa menciptakan hubungan yang enggak sehat alias toxic relationship lho. Bunda butuh keberanian untuk bicara dengan baik-baik pada suami agar tak jadi otoriter nih. Tapi kalau suami tetap memberikan respons negatif, artinya suami perlu untuk mendapatkan konseling.

Percaya mindset IRT tetap bisa berkembang

Selain butuh cinta, pernikahan itu butuh kesepakatan dan cara untuk bisa mengukur dirinya sendiri. Ada hal-hal penting yang perlu dibicarakan, misalnya, nanti mau punya anak berapa? kalau kamu bekerja berarti aku akan di rumah atau tidak.

Bunda perlu membuat perencanaan yang matang sebelum menikah. Kalau kita tidak merencanakan untuk berhasil, maka kita merencanakan untuk gagal.

Terkadang seorang wanita hanya memiliki satu sudut pandang. Ketika punya lima anak, artinya dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri.

Padahal, sebagai manusia harusnya bisa berpikir kreatif berpikir. Meski memiliki lima anak, Bunda tetap bisa mengembagkan diri sebagai ibu rumah tangga (IRT).

Hindari mendoktrin diri sendiri bahwa jadi ibu rumah tangga pasti tidak bisa melakukan apa pun dengan bebas. Kita perlu mengubah mindset ini dengan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah.

Bunda juga enggak boleh merasa menjadi ibu atau istri yang enggak berguna karena hanya di rumah saja ya. Apalagi bila Bunda sebelumnya terbiasa aktif bekerja di kantor atau melakukan suatu hal untuk progres perusahaan.

Jika Bunda sudah memutuskan untuk menjadi IRT, maka ubah mindset menjadi orang yang berguna di kondisi berbeda. Ubah mindset menjadi, 'Oke, aku di rumah, anak aku butuh aku karena kondisi tersebut, oke aku pendidikan S2 ya enggak apa-apa aku urus anak, biar nutrisinya baik, anakku bisa jadi orang yang berguna, lebih baik daripada anakku diasuh oleh pengasuh yang lulusan SD. Aku akan mengaktualisasikan ilmuku ke anakku, toh aku masih bisa buka bisnis,"

Kalau Bunda memang senang bergaul di lingkup pekerjaan, coba ubah aktivitas dengan membuka bisnis. Bunda bisa gunakan ilmu leadership dalam memimpin bisnis yang dirintis dari rumah.

Cara membuat suami nyaman di rumah

  1. Kita harus tahu apa yang membuat suami nyaman dan tidak nyaman.
  2. Lakukan banyak hal di mana suami merasa nyaman, serta mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang membuat suami enggak nyaman.
  3. Jangan membawa status dan perasaan di kantor ke rumah. Misalnya, di kantor menjadi leader, di rumah enggak harus jadi leader, kecuali memang ada kesepakatan. Kalau di rumah Bunda berperan sebagai istri untuk suami dan ibu untuk anak.

Tips menjaga keharmonisan rumah tangga

Suami dan istri harus punya goal jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Jadi enggak ada kata membosankan kalau kita punya rencana. Jadi planning, eksekusi, feedback, dan terus seperti itu.

Untuk menjaga keromantisan, bisa gunakan bahasa cinta. Tapi, bahasa cinta setiap orang berbeda-beda, ada dalam bentuk verbal, memberikan sesuatu ke pasangan, atau jalan-jalan. Jadi kenali pasangan kita untuk menjaga keromantisan tersebut.

Tapi, enggak juga harus memberikan hadiah, tapi bisa dengan pujian. Itu perlu disengaja agar pasangan senang.


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda