Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

5 Fakta Wanita Sulsel Punya Perusahaan di Dubai, Pernah Terlilit Utang Ratusan Juta

Annisa Afani   |   HaiBunda

Selasa, 03 May 2022 20:20 WIB

Nur Afni Ramang, warga Soppeng yang kini memiliki perusahaan di Dubai
Nur Afni Ramang/Foto: Istimewa

Takdir memang tak ada yang tahu, ya, Bunda. Jika seseorang tengah berada di sama kesulitan hingga terlilit utang, bisa saja dalam beberapa tahun ke depan, ia bisa menjadi pebisnis sukses dan hidup lebih nyaman.

Pengalaman ini dialami oleh seorang wanita asal Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel). Adalah Nur Afni Ramang, yang kini dikenal sebagai pengusaha sukses karena berhasil bangun perusahaan di Dubai.

Bunda penasaran dengan kisahnya? Simak fakta-fakta yang sudah HaiBunda rangkum dari detikcom sebagai berikut:

1. Mantan suami bekerja sebagai ASN

Nur Afni Ramang hidup sulit sejak lama, Bunda. Orang tuanya sudah meninggal ketika dirinya masih begitu kecil.

Sayangnya, pernikahannya pun tak membuat kehidupannya membaik. Dahulu, ia pernah menikah dengan seorang ASN di Dinas Sosial Pemkab Soppeng pada 2002. Namun rumah tangga yang sudah dikaruniai dua orang anak tersebut berakhir karena sang suami bersikap kasar di tahun 2008

"Saya cerai karena (eks suami) suka mabuk, sering begadang, kalau pulang sering marah-marah dan berlaku kasar," tuturnya, dikutip dari detikcom pada Selasa (3/5/2022).

Banner Obat Alami Atasi Payudara SakitBanner Obat Alami Atasi Payudara Sakit/ Foto: HaiBunda/ Novita Rizki

2. Pernah terlilit utang

Nur Afni Ramang meninggalkan kampung halamannya hanya berbekal dua pasangan baju dan uang Rp50 ribu, Bunda. Sebelum ke Dubai, ia juga pernah malu terjerat utang sebesar Rp200 juta.

Akibat utang tersebut, Nur Afni mengaku sampai harus menggadaikan sertifikat rumah untuk melunasi sebagian utangnya.

"Sekitar Rp200 juta utangku dulu. Orang-orang pada datang ke rumah menagih, sampai sertifikat rumah saya jaminkan sama orang untuk bayar utang sebagian," ungkap Nur Afni.

Perempuan yang akrab disapa Ani mengaku jerat utang ini karena pernah gagal berbisnis. Dia pernah menekuni sejumlah pekerjaan. Jadi tukang kredit alat elektronik dan pakaian pernah dilakoni. Selain itu juga pernah buka usaha kuliner menjual songkolo (beras ketan hitam) dan bebek palekko (bebek daging cincang).

"Lancar ji usaha sebenarnya. Cuman saya beralih (fokus) menjadi semacam rentenir, meminjamkan uang ke orang yang butuh," paparnya.

Saat itu, usaha peminjaman uang ini dinilai Ani cukup berhasil dan mengaku cukup banyak menggaet nasabah. Dia kemudian berani menambah modal dari kerabatnya dengan meminjam hingga Rp450 juta.

"Ada dulu kepala dinas di Soppeng, saya kasih pinjamkan uang sekitar Rp450 juta, itu modal keluarga yang saya kasihkan (pinjamkan)," katanya.

Ani mengaku mengenakan bunga pinjaman 20 persen untuk setiap Rp1 juta pinjaman yang diberikan. Pembayaran si kepala dinas ini disebut Ani cukup lancar pada awalnya. Hingga kemudian si kepala dinas ini berkasus sehingga harus masuk penjara.

"Cuman ditangkap mi itu orang (si kepala dinas) padahal pembayaran baru setengah. Baru setengah dilunasi," jelasnya.

Ini kemudian membuat bisnis pinjam uang Ani goyah. Uang Rp450 juta yang dipinjam si kepala dinas tak mungkin lagi diharap bisa kembali seluruhnya karena si kepala dinas kini mendekam di penjara.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, simak juga kisah wanita eks TKW dapat hadiah mewah dari mertua bule dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

BANTUAN TEMAN

Nur Afni Ramang, warga Soppeng yang kini memiliki perusahaan di Dubai

Nur Afni Ramang/Foto: Agung Pramono

3. Dibantu teman jadi TKW

Dengan berbagai masalah hidupnya tersebut, Ani membulatkan tekad untuk merantau tahun 2014. Menurutnya, bertahan tinggal di Soppeng tak akan menyelesaikan persoalan utangnya yang mendesak dibayarkan.

"Setelah terlilit banyak utang pasrah sekali. Saya tanya teman urus ka ke luar negeri, kemana saja yang penting kutinggalkan ki Soppeng," kenangnya.

Ani kemudian dibantu salah satu temannya untuk berangkat ke Jakarta. Termasuk membantu biaya tiket pesawat.

"Temanku arahkan ka ke Jakarta. Katanya di sana nanti dijemput. Tiketku saja saya tidak tau, cuman na kirimkan ka temanku," sebutnya.

Tiba di Jakarta, Ani diarahkan ke salah satu agen tenaga kerja wanita (TKW) yang rutin mengirim tenaga kerja ke luar negeri. Tiket dan visa ke luar negeri Ani pun ditanggung.

"Kita TKW dulu tidak tahu apa-apa. Semua ditanggung. Tidak ada uangku keluar sepeserpun. Nanti di Dubai ada juga yang jemput ki langsung diarahkan ke kantor agen TKW. Nanti di sana baru langsung dibawa ke rumah majikan," ujarnya.

4. Gonta-ganti pekerjaan

Sebelum sukses memiliki perusahaan sendiri, Ani awalnya bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART). Enggak hanya itu, ia juga berkali-kali ganti majikan dan pekerjaan hingga nasibnya mujur menjadi sekretaris perusahaan.

"Tiba di Dubai itu tahun 2014. Saat itu langsung diarahkan ke tempat majikan," ungkap Ani.

Dia mengaku saat itu sebagai ART harus bisa mengerjakan semua hal. Mulai dari menyiapkan sarapan untuk anak-anak majikan, kemudian cuci mobil hingga mencuci karpet rumah. Bahkan termasuk pekerjaan yang biasanya hanya dikerjakan laki-laki juga ia lakoni.

"Gaji saat itu Rp2,5 juta. Tidak ada jam kerja. Pokoknya bangun pagi lantas siapkan sarapan, cuci mobil, cuci karpet."

Ani mengaku pernah hingga 5 kali ganti majikan hanya dalam waktu 7 bulan. Saat itu, dia sempat berada di fase jenuh, ingin berhenti, dan kembali saja ke Indonesia.

"Saat itu pasrah ma. Mau ma pulang Indonesia," paparnya.

Hingga pada suatu saat, agen TKW menawarkannya pekerjaan lain. Dia diminta masuk di perusahaan penyedia jasa kebersihan, cleaning company.

"Menjadi cleaning service. Namun hanya beberapa saat, sebentar saja saya kerja di sana," tuturnya.

Selepas itu, ada perusahaan atau kantor konsultan penyalur tenaga kerja yang membuka lowongan kerja staf. Ani mengaku mencoba peruntungan dengan memasukkan curriculum vitae (CV).

Pendaftarnya ratusan orang dari berbagai negara termasuk ada dua orang Indonesia ikut daftar. Ani menjadi salah satunya dan beruntung mendapatkan pekerjaan yang ia mau.

"Saya termasuk beruntung karena diterima. Apalagi langsung dikasih kerja sebagai sekretaris di Al Wasaya, kerja selama 7 bulan. Gaji saya 2.500 dirham atau Rp10 juta per bulan."

"Jika dapat customer dapat komisi Rp1 juta per orang. Saya sering dapat 20 orang Arab setiap bulannya. Jadi dapat bonus Rp20 juta," bebernya.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

PUNYA PERUSAHAAN SENDIRI

Nur Afni Ramang, warga Soppeng yang kini memiliki perusahaan di Dubai

Nur Afni Ramang/Foto: Agung Pramono

5. Punya perusahaan sendiri

Diketahui, Ani sukses membangun perusahaan di Dubai yang bergerak di bidang penyalur tenaga kerja. Dia mendapat kepercayaan relasinya, yakni warga Dubai, untuk membuka perusahaan tersebut atas namanya.

Perusahaan miliknya bernama Alichani Human Resources Consultancy. Kantor itu bergerak untuk mengatur sopir, asisten rumah tangga, mengurus panti jompo, dan sebagainya.

"Tidak sembarangan orang bisa buat kantor begitu. Di Dubai itu harus bikin surat izin yang harus ada orang Arab yang menjadi atas nama, saya menjadi owner dan saya yang kelola itu kantor," katanya.

Ani sendiri mengaku tidak pernah membayangkan bisa sampai di posisi ini sekarang, Bunda. Apalagi kini dia juga memiliki usaha pengiriman kayu gaharu ke Dubai untuk bahan pembuatan parfum, pengharum ruangan. Bahkan bisnisnya kini sudah merambah ke skincare, dan travel.

Dengan kerja keras yang ia lakukan, kini semua utang yang pernah melilit hingga membuatnya malu sudah dilunasi. "Semua utang sudah saya bayar," katanya.


(AFN)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda