
moms-life
Mengenal Victim Mentality, Seseorang yang Selalu Melihat Dirinya Paling Susah
HaiBunda
Sabtu, 19 Aug 2023 14:15 WIB

Hampir semua orang mengalami pasang surut dalam hidup. Hal-hal buruk mungkin terjadi pada Bunda atau orang yang dikenal. Akan tetapi, ada beberapa orang yang mengklaim itu bukan kesalahan mereka, orang-orang ini disebut victim mentality.
Mereka berpendapat bahwa mereka tidak memiliki kendali atas situasi sulit dan masalah yang mereka hadapi. Itu selalu terjadi pada mereka.
Korban dapat menjadi bagian dari identitas seseorang, tetapi itu adalah perilaku yang dipelajari dan dapat diubah. Ini sering berkembang sebagai mekanisme pertahanan untuk mengatasi peristiwa kehidupan yang merugikan.
Orang yang terus-menerus menyalahkan orang atau situasi lain atas peristiwa dalam hidup mereka, diduga memiliki victim mentality.
Apa itu Victim Mentality?
Victim Mentality adalah ketika seseorang merasa seperti korban di berbagai situasi, bahkan ketika bukti menunjukkan sebaliknya. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada mereka.
Pandangan ini dapat mempengaruhi banyak bidang kehidupan, seperti hubungan, pekerjaan, dan kesehatan juga. Seorang psikolog klinis di San Antonio, Texas, Dr. Julie Landry, mengatakan bahwa seseorang bisa mengalami hal itu karena beberapa faktor berikut ini:
- Mengalami berbagai situasi di mana mereka tidak memiliki kendali.
- Rasa sakit emosional yang berkelanjutan yang mengarah pada ketidakberdayaan yang dipelajari.
- Pengkhianatan oleh seseorang yang paling dekat dengan mereka.
Orang dengan gangguan pengguna alkohol atau gangguan penggunaan zat mungkin menemukan bahwa victim mentality membuat mereka berada dalam lingkaran kecanduan. Mereka mungkin merasa tidak berdaya untuk mengubah keadaan mereka, meminta dukungan dari orang lain sementara merasa tidak mampu untuk menghidupi diri mereka sendiri.
Penyebab Victim Mentality
Sangat sedikit, jika ada, orang yang mengalami victim mentality hanya karena mereka bisa, ini sering berakar pada beberapa hal berikut ini:
1. Trauma masa lalu
Melansir dari laman Healthline, bagi orang luar, seseorang dengan victim mentality mungkin tampak terlalu dramatis. Akan tetapi, pola pikir ini seringkali berkembang sebagai tanggapan terhadap viktimisasi yang sebenarnya.
Itu bisa muncul sebagai metode untuk mengatasi pelecehan atau trauma. Menghadapi satu demi satu keadaan negatif dapat membuat hasil ini lebih mungkin terjadi.
Tidak semua orang yang mengalami situasi traumatis terus mengembangkan victim mentality, tetapi orang bereaksi terhadap kesulitan dengan cara yang berbeda. Rasa sakit emosional dapat mengganggu rasa kontrol seseorang, berkontribusi pada perasaan tidak berdaya hingga mereka merasa terjebak dan menyerah.
2. Pengkhianatan
Pengkhianatan kepercayaan, terutama pengkhianatan yang berulang, juga dapat membuat orang merasa seperti korban dan mempersulit mereka untuk mempercayai siapa pun.
3. Ketergantungan
Pola pikir ini juga dapat berkembang bersamaan dengan kodependensi. Orang kodependen dapat mengorbankan tujuan mereka untuk mendukung pasangannya. Akibatnya, mereka mungkin merasa frustrasi dan kesal karena tidak pernah mendapatkan apa yang mereka butuhkan, tanpa mengakui peran mereka sendiri dalam situasi tersebut.
4. Manipulasi
Beberapa orang yang berperan sebagai korban mungkin tampak senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka sebabkan, menyerang, dan membuat orang lain merasa bersalah, atau memanipulasi orang lain untuk mendapatkan simpati dan perhatian.
Ciri-ciri Seseorang Termasuk Victim Mentality
Vicki Botnick, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi (LMFT) di Tarzana, California, menjelaskan bahwa orang mengidentifikasi dengan peran korban ketika mereka mengalihkan ke keyakinan rang lain menyebabkan kesengsaraan mereka dan tidak ada yang mereka lakukan akan membuat perbedaan.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri seseorang yang termasuk victim mentality:
1. Menghindari tanggung jawab
Salah satu tanda utamanya adalah kurangnya akuntabilitas. Ini mungkin melibatkan:
- Menempatkan kesalahan di tempat lain
- Membuat alasan
- Tidak mengambil tanggung jawab
- Bereaksi terhadap sebagian besar rintangan hidup dengan mengatakan bahwa itu bukan kesalahannya.
2. Tidak mencari kemungkinan solusi
Orang-orang yang berasal dari tempat yang menjadi korban mungkin menunjukkan sedikit minat untuk mencoba melakukan perubahan. Mereka mungkin menolak tawaran bantuan, dan sepertinya mereka hanya tertarik untuk mengasihani diri sendiri.
3. Rasa ketidakberdayaan
Banyak orang yang merasa menjadi korban percaya bahwa mereka kekurangan kekuatan untuk mengubah situasi mereka. Mereka tidak menikmati perasaan tertindas dan ingin hal-hal berjalan dengan baik.
4. Pembicaraan diri yang negatif dan sabotase diri
Orang yang hidup dengan victim mentality dapat menginternalisasi pesan negatif yang disarankan oleh tantangan yang mereka hadapi.
Setiap kesulitan baru dapat memperkuat ide-ide yang tidak membantu sampai tertanam kuat dalam monolog batin mereka. Seiring waktu, self-talk negatif dapat merusak ketahanan, membuatnya lebih sulit untuk bangkit kembali dari tantangan dan sembuh.
5. Kurang percaya diri
Orang yang melihat diri mereka sebagai korban mungkin akan bergumul dengan rasa percaya diri dan harga diri. Hal ini dapat memperburuk perasaan menjadi korban.
5 Cara mengatasi Victim Mentality
Mengenali gejala victim mentality dalam hidup diri sendiri mungkin bisa membantu Bunda untuk mencari tahu cara mengatasinya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi victim mentality:
1. Belajar bertanggung jawab
Mulai dengan mengidentifikasi satu atau dua hal kecil yang dapat Bunda lakukan untuk membuat perbedaan positif dalam hidup. Bekerjasamalah dengan pelatih jika Bunda memerlukan bantuan untuk menentukan apa yang akan memberikan dampak terbesar.
2. Dapatkan terapis
Sindrom korban seringkali berasal dari trauma yang mendasarinya. Jika demikian, Bunda mungkin memerlukan bantuan dari ahli kesehatan mental untuk mengungkap dan memproses akar penyebabnya sehingga tidak lagi mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
3. Berlatih mengatakan tidak
Ketika merasa orang lain memiliki kendali atas hidup daripada Bunda sendiri, itu seringkali karena batasan yang tidak jelas. Berlatih mengatakan tidak, ini bisa sangat sulit dilakukan pada awalnya, terutama jika Bunda takut merusak hubungan dengan orang di sekitar.
4. Bersikaplah baik pada diri sendiri
Mereka yang memiliki kompleks korban seringkali merasa bahwa dunia sedang mencari mereka. Mereka secara tidak sadar mengadopsi keyakinan bahwa jika mereka selalu mengharapkan hal buruk terjadi, mereka tidak akan dibutakan oleh jenis trauma yang terjadi di masa lalu.
5. Temukan hikmahnya
Jika dapat menentukan apa yang disembunyikan oleh victim mentality, Bunda dapat menemukan cara lain yang lebih sehat untuk memenuhi apa yang Bunda inginkan.
Nah, itulah beberapa hal yang perlu Bunda ketahui terkait victim mentality. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video empat manfaat meditasi untuk kesehatan mental yang ada di bawah ini, ya, Bunda.
(asa)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Peran Psikolog Klinis Atasi Kesehatan Mental di Masa Pandemi & Era Pesatnya Teknologi

Mom's Life
Tak Hanya Fisik Bun, Kesehatan Mental Juga Penting Dijaga Saat Pandemi

Mom's Life
4 Alasan Orang Tua Perlu Periksa Kesehatan Mentalnya, Bunda Perlu Tahu

Mom's Life
Bunda Perlu Tahu, Ini Trik Sederhana Usir Stres Saat di Rumah

Mom's Life
Anniversary Mommies Daily ke-10 Ajak Bunda Lebih Peduli Kesehatan Mental


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Zhao Lusi Bintang Hidden Love Sebelum Jatuh Sakit hingga Pakai Kursi Roda dan Akui Alami Depresi
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda