
moms-life
Kisah Perempuan Australia Hidup dengan Sindrom Langka, Terlahir Tanpa Vagina
HaiBunda
Rabu, 15 Nov 2023 22:00 WIB

Selama bertahun-tahun, Ally Hensley merasa malu dengan sindrom langka yang diidapnya. Perempuan 42 tahun ini terlahir tanpa vagina dan baru mengetahui kondisinya saat remaja.
Hensley sempat merasa paranoid, memikirkan anggapan orang lain bila mengetahui kondisinya. Orang-orang mungkin akan mulai 'mencoba menanggalkan pakaiannya dengan mata' untuk mengetahui apakah dia 'terlihat seperti Barbie' atau tidak.
Hensley mengidap kondisi langka yang disebut sindrom Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). Sindrom langka ini memengaruhi 1 dari 5.000 perempuan di seluruh dunia dengan kondisi yang berbeda-beda.
Seorang perempuan yang didiagnosis dengan sindrom ini juga dilahirkan tanpa rahim dan leher rahim, sehingga mereka tidak akan pernah bisa memiliki anak atau hamil.
"Saya menghabiskan waktu bertahun-tahun merasa malu dengan tubuh saya, merasa saya bukan perempuan normal dan harus menghadapi kenyataan bahwa saya tidak akan pernah bisa punya anak," ujarnya dalam Podcast Xpose bersama Samantha X, dikutip dari Daily Mail.
"Saya tidak merasa seperti perempuan pada umumnya, dan menjalin hubungan yang buruk dengan pria, berjuang dengan perasaan tidak memiliki harga diri, kepercayaan diri, dan mempertanyakan pada diri sendiri, 'apakah sebagai wanita saya ini cukup?'," sambungnya.
Meski tidak memiliki vagina dan rahim, penampilan fisik Hensley sama dengan perempuan lainnya. Hensley dilahirkan dengan ovarium, sehingga tubuhnya tetap memproduksi hormon estrogen. Ia memiliki payudara dan pinggul seperti perempuan lain.
Sempat merasa malu dan sedih
Hensley mengaku bahwa kondisinya tersebut sempat membuatnya malu. Ia merasa seperti orang aneh. Belum lagi, ia menghabiskan masa remajanya berkunjung ke dokter untuk memeriksakan area sensitif di tubuhnya.
"Saya merasa seperti orang aneh. Saya merasa kesepian dan malu. Dan bila ada waktu di mana emosi saya terlalu sulit untuk dipahami, itu adalah momen saat saya dilanda kesedihan. Saya merasa 'kotor', Saya merasa kurang dari apa pun," ujarnya.
"Bayangkan saja betapa memalukan sebagai seorang gadis remaja, vagina saya terus dibicarakan oleh dokter dengan orang tua saya."
Banyak dari percakapan tersebut membicarakan soal seks penetrasi. Hensley diberi tahu bila dia ingin mengalaminya, maka ia harus mengubah anatomi organ tubuhnya, dan diminta memilih antara operasi atau pelebaran, yang berarti membuat vagina dengan dilator medis.
Hensley memutuskan untuk menjalani tindakan pelebaran vagina. Namun, penderitaan Hensley dimulai setelah menjalani tindakan ini, Bunda.
Seperti apa ceritanya?
Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya.
JALANI DILATASI VAGINA DAN KINI SUDAH BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI
Kisah Perempuan Australia Hidup dengan Sindrom Langka, Terlahir Tanpa Vagina/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Hensley putuskan untuk menjalani dilatasi vagina
Hensley memutuskan untuk menjalani tindakan pelebaran vagina. Ia ingin, setidaknya organ intim miliknya ini sedikit melebar, Bunda.
"Saya memilih dilatasi, saya ingin membuat vagina sendiri. 'Lesung pipit' vagina saya panjangnya tidak lebih dari ibu jari dan saya harus merenggangkannya setidaknya hingga lima inci,' kata Hensley.
Saat teman-teman seusianya sibuk berkencan dan menjalani kehidupan 'normal', Hensley terjebak di kamar tidurnya dua kali seharu. Ia 'membuat' vaginanya sendiri menggunakan dilator plastik dengan pelumas organ vital.
Butuh waktu sembilan bukan untuk bisa memasukkan tabung keras berwarna merah muda ke dalam 'lesung pipit' vaginanya yang sangat keras. Hensley merasakan sakit yang luar biasa saat melakukan tindakan ini.
"Itu adalah penderitaan. Sederhananya, saya merasa jijik, malu, dan terhina," ujarnya.
Setelah vaginanya melebar dan mencapai panjang tertentu, Hensley sudah bisa melakukan hubungan seks penetrasi.
Kini sudah berdamai dengan keadaan
Setelah 25 tahun berlalu, Hensley akhirnya sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Ia telah menerima dirinya tanpa rasa malu.
Kini, Hensley mendedikasikan waktunya untuk membantu para perempuan untuk menerima dan mencintai tubuh mereka apa adanya, dan bahwa menjadi perempuan tidak selalu bergantung pada bagian tubuh dan anatomi reproduksi. Ia ingin mesyarakat menyadari bahwa 'vagina bukanlah kata yang kotor'.
"Saya benar-benar ingin memulai kampanye tentang mengapa kita harus menghilangkan kata 'normal', mengapa kita harus, atau dapat mendefinisikan kembali peran perempuan, dan mulai menghilangkan stigma tersebut dan menghilangkan rasa malu itu," katanya.
Simak juga tips menjaga kebersihan dan kesehatan area vagina, dalam video berikut:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Kisah Puspa Sari Alami Penuaan Dini Sejak Usia 10 Th, Disebut Nenek-nenek saat SD

Mom's Life
Cerita Puspa Sari Alami Penuaan Dini Sejak Usia 10 Thn, Sempat Berobat & Bekerja di Malaysia

Mom's Life
Gejala Sindrom Progeria yang Dialami Puspa Sari, Dikira Alergi Ternyata Penuaan Dini di Usia 10 Thn

Mom's Life
Alami Penuaan Dini Sejak 10 Thn, Puspa Sari Sering Disebut Nenek-nenek Saat SD

Mom's Life
Kisah Pilu Puspa Sari yang Idap Sindrom Penuaan Dini, Susah Dapat Kerja


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Acha Sinaga bareng Keluarga Nikmati Alam Australia Sebelum Kembali & Menetap di Indonesia
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda