Jakarta -
Sering kali nih ya orang-orang beranggapan anak
cerdas itu kalau secara akademis oke. Iya, kalau nilainya bagus, kalau pintar matematika, juga kalau kemampuan membaca dan menulisnya luar biasa. Jadinya kalau nilai sekolah anak nggak bagus, kita sering juga beranggapan anak kita nggak cerdas.
Padahal
kecerdasan itu banyak macamnya. Ada kecerdasan musikal, kecerdasan naturalis, kecerdasan linguistik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan logikal matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan moral. Kesembilan kecerdasan anak ini dikenal sebagai kecerdasan majemuk, Bun.
"Kecerdasan identik dengan intelegensi. Ada beragam teori intelegensi yang mendasari bagaimana anak adaptif dengan lingkungannya. Anak bisa dikatakan cerdas kalau bisa adaptif di lingkungan manapun," tutur psikolog Dian Nirmala.
Dian adalah psikolog yang menjadi juri dalam kegiatan Anak Cerdas Indonesia (
ACI). Ini merupakan program baru Trans7 yang akan tayang perdana pada Minggu, 19 November 2017, pukul 18.00 WIB.
Anak Cerdas Indonesia/ Foto: dok Trans7 |
Dian juga menjelaskan nih Bun, umumnya anak yang cerdas itu bisa mengatasi persoalan sehari-hari. Saat anak bisa menghadapi lingkungannya dengan baik, meskipun ada berbagai tuntutan, ini juga termasuk anak yang cerdas lho. Misal nih ya, anak kelas satu SD tidak menangis dan tahu bagaimana mengatasi masalah bukunya yang ketinggalan, ini termasuk bentuk kecerdasan juga.
Prestasi di sekolah okelah ya bisa dijadikan salah satu ukuran kecerdasan anak. Tapi kita juga perlu tahu juga dasar apa anak bisa mendapat nilai segitu. Jangan sampai nih, anak cuma sekadar hafal materi pelajaran, tanpa memahami konsep sesungguhnya.
"Kecerdasan majemuk dan kompetensi abad 21 menjadi acuan program
ACI. Nah, anak-anak di ACI ini dilihat seberapa kompeten pemecahan masalahnya, caranya berpikir, bekerja sama, berkomunikasi, dan kemampuan adaptasinya. Tes-tes dalam program ini sengaja dibuat untuk melihat kompentensi itu, apakah sudah muncul atau belum," jelas Dian.
Apa saja sih tes yang digunakan untuk melihat kecerdasan anak? Kalau kata psikolog Mia Marissa Kumala, umumnya tes IQ digunakan untuk melihat kecerdasan seseorang. Tapi ada juga tes-tes yang dikemas dalam wujud permainan untuk melihat kompetensi seorang anak.
Misalnya nih, Bun, ada brain game seperti tebak gambar, tebak kata, puzzle, sudoku, scrabble, dan teka-teki. Lalu ada juga escape room yang cukup kompleks, di mana membutuhkan kerja sama dalam tim.
"Escape room ini bisa melihat mana anak yang tanggap terhadap petunjuk di rumah itu untuk bisa keluar. Dari sini kecepatan berpikir juga dilihat," ujar Mia yang juga terlibat dalam penyusunan program pembinaan dan observasi untuk ACI.
Tes lainnya adalah uji kreativitas. Jadi nih, anak-anak diberikan beberapa benda kemudian diminta untuk membuat sesuatu yang bermanfaat.
Bentuk tes lainnya adalah trivia pengetahuan. Tes jenis ini mendorong kecepatan berpikir anak. Jadi dari trivia ini anak bisa belajar berargumentasi, bukan sekadar menghafal atau menebak.
ACI ini merupakan program pencarian anak cerdas yang dipilih melalui seleksi dari 34 provinsi di Indonesia. 30 Anak cerdas yang terpilih kemudian akan menjalani proses pembinaan dan live show di Jakarta untuk penentuan satu anak yang terbaik di antara anak-anak cerdas dan berkarakter lainnya.
Semoga dari program ACI ini Bun, kita bisa lebih memahami kecerdasan anak kita dan membantunya untuk lebih memaksimalkan kecerdasan yang dimilikinya.
(Nurvita Indarini/rdn)