Jakarta -
Anak-anak terkadang sulit diatur. Ini membuat orang tua harus pintar-pintar mencari cara. Salah satu cara yang bisa Bunda gunakan dengan terapi berkisah. Seperti apa caranya?
Sebenarnya terapi berkisah bagian dari penerapan prinsip hipnoterapi, Bun. Keduanya sama-sama menggunakan keterampilan berbahasa. Nah, terapi berkisah ini mengandalkan bahasa untuk membantu anak mengubah perilaku yang tampak.
Susanti Agustina, yang pertama kali mempopulerkan biblioterapi di Indonesia, menuliskan dalam berkomunikasi itu ada tiga hal yang memengaruhi keberhasilannya yakni bahasa tubuh 55 persen, pilihan kata 7 persen, dan intonasi kata 38 persen.
"Semakin ekspresif bahasa tubuh saat berkisah bagus, ditunjang intonasi kalimat dan pemilihan kata yang baik, akan semakin bagus kisah untuk terapi perilaku anak," kata wanita yang akrab disapa Bunda Susan dalam bukunya Biblioterapi untuk Pengasuhan.
Menurutnya, kisah yang disampaikan bisa tentang masalah apapun yang memengaruhi
kehidupan anak. Masalah tersebut kemudian dikemas ulamg menggunakan kisah yang terkait dengan perilaku anak. Tapi, kisah ini disampaikan tidak mendominasi kehidupan anak.
"Praktiknya dengan memisahkan identitas anak dari masalah. Bisa juga melibatkan identitas anak menggunakan situasi terbalik dari perilaku tang tampak," katanya.
Misalnya, anak A tak mau keramas. Dalam kisah yang disampaikan justru sebaliknya yakni si A mau keramas. Kata Bunda Susan, dalam terapi berkisah ini fokusnya pada membahasakan masalah. Berdasarkan asumsi kalau masalah adalah masalah, tanpa melihat anak sebagai masalah.
"Gelombang otak anak usia 0 - 5 tahun merupakan gelombang alfa dan teta. Jadi, di titik usia ini sangat riskan masuk apa saja. Saya sangat sarankan lewat terapi berkisah," kata Bunda Susan.
 Ilustrasi terapi berkisah untuk ubah perilaku anak/ Foto: iStock |
Dia menambahkan, terapi berkisah ini menjadi peluang besar untuk memasukkan program positif untuk anak di bawah 5 tahun. Pengalaman apapun di usia ini akan membekas sampai dewasa. Sebelumnya, psikolog Roslina Verauli pernah mengatakan tentang manfaat bercerita ke anak. Bercerita bisa menjadi sarana stimulasi yang merangsang area kecerdasan anak.
"Salah satu stimulasi yang dapat diberikan orang tua pada anak ialah kegiatan bercerita. Bercerita itu berbeda dengan
dongeng. Kalau dongeng itu hanya satu arah, sementara kalau bercerita itu terdapat interaksi dua arah," kata wanita yang akrab disapa Vera ini, mengutip
detikcom.
Bunda, simak juga suka duka Zee Zee Shahab saat menjadi ibu di video berikut.
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)