Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pilih-pilih Makan Sejak Kecil, Anak Alami Gangguan Mata Permanen

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 05 Sep 2019 17:27 WIB

Seorang remaja 19 tahun dari Inggris mengalami gangguan mata permanen akibat suka pilih-pilih makanan sejak berusia 7 tahun.
Pilih-pilih Makan Sejak Kecil, Anak Alami Gangguan Mata Permanen/ Foto: iStock
Jakarta - Keluarga dari Bristol, Inggris, mengungkap kejadian buruk yang menimpa putra mereka akibat suka pilih-pilih makan. Putra mereka (tak disebutkan namanya) mengalami gangguan mata permanen karena mengalami kekurangan nutrisi. Dilansir Guardian, remaja tersebut sebelum didiagnosis hanya mau makan keripik kentang, roti tawar, dan makanan olahan.

Remaja tersebut suka pilih-pilih makanan sejak kecil karena tak toleran dengan tekstur buah dan sayur. Konsumsi pangan dengan gizi yang tak seimbang ini kemudian membuat dia mengalami nutritional neuropathy optic. Defisiensi tersebut sebenarnya bisa dapat diobati jika didiagnosis dini.

Dalam kasusnya, serat di saraf optik sang remaja telah sangat rusak sehingga kerusakan penglihatannya telah dianggap permanen. Ibu remaja itu mengatakan, dia tidak dapat menemukan pekerjaan dan harus meninggalkan kuliah di jurusan TI. Ia bercerita putranya menjadi pemilih makanan sejak usia 7 tahun.

"Yang pertama kami tahu tentang itu adalah ketika dia mulai pulang dari sekolah dasar dengan makan siangnya yang belum tersentuh. Aku membuatnya sandwich yang enak dan memasukkan apel atau buah lainnya, dia tidak akan memakannya. Guru-gurunya juga khawatir," ujar sang ibu.

Sementara itu, kedua saudaranya penyuka segala makanan. Remaja tersebut bertubuh kurus dan awalnya keluarga sama sekali tak permasalahkan hal tersebut. "Anda mendengar junk food dan kaitannya dengan obesitas, sebaliknya dia malah kurus," lanjut sang ibu.

Keluarga baru sadar ada sesuatu yang salah ketika pendengarannya mulai terganggu dan itu terjadi pada usia 14. Tak lama setelahnya, ia mengalami gangguan penglihatan dengan sangat cepat. Bahkan bisa dibilang remaja itu hampir mengalami kebutaan.

"Dia tidak memiliki kehidupan sosial sekarang. Setelah meninggalkan sekolah, ia masuk perguruan tinggi untuk mengikuti kursus di bidang TI. Tetapi dia harus menyerah karena dia tidak bisa melihat atau mendengar apa pun," ujar sang ibu.

Anak tersebut padahal menyukai pekerjaannya, tetapi dia belum dapat menemukan apa pun yang dapat dilakukan. Sang ibu harus berhenti dari pekerjaan di sebuah pub. Sekarang sang ibu merawatnya penuh waktu. Anak tersebut kini mengonsumsi suplemen vitamin, tetapi dietnya masih hampir sama.
ilustrasi anak menolak makan sayurilustrasi anak menolak makan sayur/ Foto: Dok. iStock
Mengalami gangguan asupan makanan terbatas 

"Ketika dia mengadakan konseling, kami berhasil memulainya dengan smoothie buah. Tapi dia sudah tak mau lagi sekarang," tutur sang ibu.

Bocah laki-laki itu mengalami kelainan makan yang disebut Arfid (gangguan asupan makanan terbatas). Penderita menjadi peka terhadap rasa, tekstur, bau dan penampilan jenis makanan tertentu.

"Kami tidak bisa percaya ketika kami diberi tahu apa yang terjadi. Kami diberitahu bahwa kerusakan tidak dapat dipulihkan. Sudah menjadi mimpi buruk," kata wanita usia 40 tahun ini.

Anak itu akhirnya setuju untuk kasusnya dilaporkan dalam Annals of Internal Medicine untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pada usia 14 tahun, ia didiagnosis mengalami kekurangan vitamin B12 dan harus mengonsumsi suplemen, tetapi ia tidak bertahan dengan pengobatan atau memperbaiki pola makannya yang buruk.

Dr. Denize Atan, yang merawat remaja di Rumah Sakit Mata Bristol bilang sang remaja selalu makan kentang goreng setiap hari dari toko setempat dan mengudap keripik kentang, roti tawar, irisan ham serta sosis olahan.

"Dia menjelaskan ini sebagai keengganan terhadap tekstur makanan tertentu yang dia benar-benar tidak bisa mentolerir, dan keripik dan keripik adalah satu-satunya jenis makanan yang dia inginkan dan rasakan bahwa dia bisa makan." kata Atan.

Atan dan rekan-rekannya memeriksa ulang kadar vitamin pemuda itu dan mendapati bahwa ia rendah dalam B12 serta beberapa vitamin dan mineral penting lainnya. Dia tidak kelebihan atau kekurangan berat badan, tetapi kekurangan gizi yang parah.

Dari kasus ini, pelajaran yang bisa diambil adalah ketika hamil sebaiknya kita perkenalkan semua makanan bergizi lewat asupan. Menurut Prof.Dr. Hardinsyah, MS, rasa dari makanan akan terekam di otak janin.

"Begitu ia menyusu dan masuk usia enam bulan, sudah MPASI. Rekaman itu akan kembali terulang, sehingga anak familiar dengan rasa yang diberikan. Anak pun akhirnya terbiasa konsumsi makanan bergizi," kata Hardinsyah saat ditemui HaiBunda baru-baru ini.

Simak juga penjelasan dari dokter penyebab anak tak mau makan.

[Gambas:Video Haibunda]

(aci/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda