Jakarta -
Beberapa orang tua, dengan berbagai alasan ada yang menyatukan kamar tidur anaknya alias kakak adik yang beda jenis kelamin. Meski tidak sekasur berdua, di usia berapa anak yang beda
jenis kelamin harus pisah kamar dengan saudaranya?
Konselor berlisensi Emily Kircher-Morris, membantu menjawab kebingungan para orang tua tentang berbagi kamar adik kakak beda jenis kelamin ini mengutip
Health Line:
1. Batasan usia
Morris mengatakan tidak ada batasan usia tertentu yang mengharuskan anak-anak yang berbeda jenis kelamin untuk pisah kamar. Seringkali, begitu anak-anak bersekolah, mereka mungkin merasa tidak nyaman berganti pakaian di depan saudara kandung yang beda jenis kelamin.
"Namun, pada saat anak-anak mencapai pubertas, akan jauh lebih sulit bagi mereka untuk merasa nyaman berbagi ruang, dan kebutuhan akan privasi," kata Morris.
Dikutip dari
Todays Parent, terapis keluarga Julie Gowthrope bilang di umur 6 - 8 tahun anak biasanya sudah mulai sadar dengan perbedaan pada dirinya secara anatomi tubuh.
Jadi, si kakak yang laki-laki sudah ngeh kalau dirinya berbeda dengan adik perempuannya, bahkan bisa juga terjadi sebaliknya. Apalagi kalau anak sudah masuk masa puber, penting banget untuk mulai memberi mereka kamar terpisah, Bun.
"Di umur 6-8 tahun orang tua juga bisa ajarkan anak privasi. Misalnya, kita tanamkan ke anak kalau untuk main, tidur, atau belajar bisa dilakukan bersama di
kamar," ujar Gowthrope.
2. Faktor penentu pisah kamarApabila orang tua khawatir salah satu anak bertindak agresif secara seksual, Morris mengatakan agar anak-anak dipisahkan. Begitu pula ketika anak khawatir tentang privasinya.
Ilustrasi kakak adik sekamar/ Foto: iStock |
3. Konsekuensi jika anak tak dipisahkan sejak diniMorris menyadari sejumlah keluarga mungkin melihat berbagi kamar banyak manfaatnya untuk anak. Misalnya, anak-anak memiliki ikatan yang lebih kuat satu sama lain dan merasa nyaman berbagi barang-barang. Selain itu,
saudara kandung merasa nyaman tidur dengan saudara mereka
"Ketika anak-anak memasuki masa pubertas, memiliki ruang di mana mereka dapat merasa nyaman dengan tubuh mereka adalah penting," papar Morris.
Menurutnya berbagi kamar ketika masuk masa pubertas bisa meningkatkan perasaan khawatir pada diri anak.
4. Anak-anak tak mau pisahApabila kejadiannya anak merasa nyaman sekamar sehingga tidak mau dipisahkan, Morris menyatakan agar orang tua menekankan manfaat memiliki kamar sendiri. Orang tua bisa mendorong anak agar mau tidur pisah kamar dengan saudaranya. Cobalah meluangkan waktu untuk membuat ruang khusus bagi anak-anak. Dengan begini, orang tua dapat membantu anak-anak merasa bersemangat dengan perubahan dan memberi mereka rasa memiliki atas ruang baru.
5. Sekamar dengan saudara tiriMorris bilang, ketika saudara tiri satu kamar, yang menjadi perhatian besar yakni usia anak-anak saat menjadi saudara tiri. Ketika mereka bertemu kanak-kanak, situasinya akan sangat mirip dengan saudara kandung. Sedangkan untuk anak yang lebih besar akan lebih bermanfaat apabila mereka memiliki kamar sendiri.
Berbicara tentang kakak adik yang beda jenis kelamin dan tidur sekamar, terapis anak dan keluarga Joanne Seidel pernah bilang tidur sekamar memang bisa menambah rasa saling menghormati pada kakak dan adik. Kemudian, mereka bisa saling membuat merasa aman ketika malam hari. Tapi ingat, Bun, ketika si
kakak dan adik tidur sekamar, tetap kita harus beri privasi untuk mereka.
(rdn/rdn)