Jakarta -
Saat anak berkelakuan kurang baik, orang tua biasanya menggunakan teknik menghitung. Maksudnya, Bunda memberikan kesempatan ke anak untuk memperbaiki perilaku dengan hitungan. Tapi kok enggak berpengaruh ya?
Mungkin seperti pengalaman Bunda, dalam menerapkan teknik menghitung pada anak ini tak sedikit orang tua yang mengalami kegagalan. Apa sebabnya?
"Teknik menghitung gagal karena sebagian besar kegiatan menghitung anak ini ternyata tidak benar-benar serius dilakukan orang tua," kata Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, international parenting trainer dan direktur Auladi Parenting School.
Dijelaskan Abah Ihsan, sapaan akrabnya, ada beberapa hal yang menyebabkan teknik menghitung anak itu gagal:
1. Tak ada konsekuensiSaat menghitung, kata Abah Ihsan, orang tua seakanÂ
mengancam anak mereka harus begini atau harus begitu. Namun, saat hitungan selesai, nyatanya Bunda malah tidak tega menindak anak dengan konsekuensi. Alasannya kasihan.
"Akibatnya, ini seperti semacam gertak sambal," ujarnya, dalam buku
7 Kiat Orang Tua Shalih Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia.
Kalau orang tua tak memberikan anak konsekuensi, lanjut Abah Ihsan, percuma saja menghitung.
2. Hitungan dua kali lipatNah, ini biasanya diterapkan kalau anak tak bergeming hingga mendekati hitungan akhir. Kata Abah Ihsan, ini juga percuma menggunakan teknik menghitung.
 Ilustrasi parenting/ Foto: iStock |
3. Disertai angka pecahanUntuk mengulur waktu, biasanya Bunda berhitung dengan menyebutkan angka pecahan seperti 1,5 atau 2,5. Alih-alih memberi kesempatan pada anak, Bunda justru terkesan tidak tegas.
4. Banyak kata, banyak bicaraSaat Bunda berhitung, Abah Ihsan berpesan, kalau masih saja banyak bicara agar anak menghentikan perbuatan buruknya, kebanyakan malah jadi percuma.
"Dialog dan diskusi anak tentu saja diperbolehkan, tetapi tidak pada saat Anda menghitung anak," katanya.
Abah Ihsan juga memaparkan, kalau Bunda menghitung anak lalu banyak berbicara, bisa jadi anak akan bereaksi dengan banyak kata pula. Ini merusak konsentrasi Bunda yang sedang menghitung.
Kemungkinan lainnya, orang tua semakin terbakar emosinya. Lalu belum sampai hitungan terakhir malah sudah menyeret anak dengan konsekuensi.
"Jadi menghitung yang serius adalah menghitung yang sungguh-sungguh dilaksanakan. Menindak anak dengan konsekuensi ketika akhir hitungan," kata Abah Ihsan menegaskan.
Berbicara tentang hukuman dan konsekuensi, keduanya berbeda. Dijelaskan terapis dan coaching keluarga, Debbie Pincus, MS LMHC, konsekuensi adalah sesuatu yang mengalir secara alami dari pilihan, tindakan, dan keputusan seseorang.
Nah, konsekuensi ini bisa buruk dan baik. Contohnya, apabila kita makan berlebihan, konsekuensinya bisa jadi sakit perut. Tapi jika kita baik terhadap orang lain, mereka mungkin akan berlaku baik juga sebagai balasannya.
"Konsekuensi membantu kita semua belajar dan berkembang," tulis Pincus di
Empowering Parents.
Ia menambahkan, dengan konsekuensi, memberi orang tua kesempatan untuk menjadi orang tua dengan prinsip kita, bukan dari tempat frustrasi, marah, atau kecewa.
Perlu Bunda tahu juga,Â
hukuman sering kali tidak menghormati hak anak untuk mengambil keputusan, bahkan jika keputusan itu salah. Hukuman sering timbul karena kemarahan dan ketakutan, atau terlihat seperti cara agar anak melakukan apa yang kita inginkan.
Bunda, simak juga trik Nuri 'Shaden' saat anak protes karena kesibukan karier, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)