Jakarta -
Bunda mungkin merasakan sulitnya meminta anak bersih-bersih di rumah. Apalagi kalau di rumah enggak ada asisten rumah tangga (ART). Tak sedikit anak yang mau melakukan tugas kalau ada iming-iming hadiah, misalnya tambahan uang saku.
Banyak yang percaya kalau tugas dan uang saku berhubungan, danÂ
anak-anak hanya mendapatkan uang saku ketika mereka melakukan pekerjaan rumah. Namun, spesialis metode Gentle Parenting, Sarah Ockwell-Smith, tidak sependapat.
"Saya bahkan mengatakan bahwa memberi anak-anak uang saku mingguan atau bulanan, tanpa syarat, sama pentingnya dengan belajar membaca atau menulis," kata Ockwell-Smith.
Ia memberitahukan agar anak mau melakukan tugas rumah, caranya yakni Bunda tak boleh membuat anak tidak melakukannya. Maksudnya, tugas itu penting dilakukan di kehidupan sehari-hari seperti sikat gigi, makan, dan tidur. Jadi tugas rumah tangga itu tidak bisa dinegosiasikan, sehingga tidak ada peluang untuk hadiah atau hukuman.
"Ini berarti mereka tidak mendapatkan hadiah lebih banyak uang jika mereka 'baik', atau mereka tidak kehilangan uang saku jika mereka tidak melakukan pekerjaan mereka, atau berperilaku dengan cara yang tidak dapat diterima oleh orang tua mereka," kata Ockwell-Smith, dalam buku
The Gentle Parenting Book.
Ockwell-Smith mencontohkan, untuk kamar tidur harus dijaga tetap rapi, buang sampah di tempat sampah, piring harus dibawa ke wastafel, dan meja harus dibersihkan setelah makan.
Menurutnya, anak-anak harus melihat orang tua saja tidak dibayar untuk melakukan tugas-tugas ini sebagai orang dewasa, begitu pula dengan anak-anak. Karena itu sangat penting agar anak-anak tahu apa yang diharapkan dari mereka sejak usia dini.
 Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock |
Ockwell-Smith merujuk penelitian yang menunjukkan, dengan memberikan hadiah membuat anak-anak kecil kemungkinan melakukan tugasnya lagi ketika tak diberikan reward tersebut.
"Bagi anak, merasa menjadi bagian dari keluarga dan mengetahui Anda bahagia dengan mereka, itu sudah cukup," katanya lagi.
Nah, kalau anak enggak mau melakukan tugasnya, kata Ockwell-Smith, orang tua jangan memarahinya. Kesabaran Bunda betul-betul diperlukan untuk mengingatkan dengan tetap riang dan menyenangkan.
Contohnya, 'Ooops, Bunda lihat ada piring di atas meja. Apakah itu akan berjalan sendiri ke wastafel, menurut Kakak bagaimana?' Ini jauh lebih baik ketimbang mengatakan, 'Berapa kali Bunda harus memberitahumu?'.
Ockwell-Smith juga memaparkan, Bunda perlu berulang-ulang mengingatkan setiap hari setidaknya sebulan, sebelum membiasakan anak-anak mengerjakan tugas rumah tangga. Mengomel hanya memberikan efek sebaliknya ke anak.
Pada saat yang sama, orang tua juga perlu memperhatikan perilaku dirinya sendiri, apakah selalu konsisten dengan menempatkan sampah di tempat sampah, atau meletakkan piring ke wastafel sesudah makan?
"Jika tidak, maka Anda tidak bisa memaksa anak Anda. Anda adalah panutan anak Anda. Jika Anda berantakan, jangan berharap mereka menjadi apapun, tapi membuat mereka berantakan juga," ujarnya.
Berbicara tentang reward, melansir
Psychology Today, ada untung rugi memberikan anak hadiah ketika mereka berprestasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwaÂ
memberikan imbalan fisik sebagai motivasi ekstrinsik untuk melakukan sesuatu, justru akan merusak perkembangan internal anak.
Dengan kata lain, jika anak-anak diberi penghargaan karena berprestasi di sekolah, bisa saja mereka melakukan hal itu karena hadiahnya, sedangkan pelajaran tersebut tidak benar-benar dikuasainya dengan benar.
Bunda, simak juga cara tegas Meisya Siregar mendidik anak-anaknya, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)