Jakarta -
Belakangan ini, begitu banyak video viral tentang bullying alias perudungan. Bahkan, pelaku maupun korbannya masih di bawah umur. Karena itu, anak perlu dibekali pengetahuan apa itu bullying dan apa yang harus dilakukan saat jadi korban.
Penuis buku anak Elinor Greenwood mengatakan,
bullying bisa melukai siapa saja yang terlibat dengannya. Anak-anak perlu tahu dengan jelas apa itu bully.
"Apa itu bullying? Bully adalah jika seseorang menggunakan kata-kata untuk mengancam, menyebarkan rumor, menggoda atau mengejek," kata Greenwood, dalam buku
My Mixed Emotions; Learn to Love Your Feelings.
Tak hanya itu Bunda, Greenwood menjelaskan, anak-anak yang suka menggunakan kekuatannya dengan menendang, memukul, mendorong juga termasuk bullying. Bahkan mengambil barang atau merusak barang milik orang, hingga menakut-nakuti, juga termasuk bullying.
Perkataan anak-anak yang menyakiti temannya seperti mengajak untuk tidak menemani seseorang, hingga meninggalkan seseorang dalam kelompok, merupakan tipe bullying yang lebih buruk.
"Bullying ini bisa terjadi pada anak laki-laki atau perempuan. Dan biasanya terjadi saat perjalanan menuju dan pulang dari sekolah, di sekolah, melalui internet, dan di rumah," jelas Greenwood.
Ilustrasi bullying/ Foto: Instagram |
Lantas, bagaimana anak harus menghadapi bullying? Greenwood mengingatkan, bullying tak bisa diterima. Karenanya, apabila anak menjadi korban bullying, Bunda bisa mengingatkan anak-anak untuk memberi tahu seseorang yang dipercaya.
Misalnya saja cerita ke orang tua, guru, kepala sekolah, atau teman dekat. Apabila terasa lebih mudah dengan menuliskan, kirimkan catatan ke orang tersebut.
"Jangan pernah merahasiakan bullying. Cobalah menceritakan ke orang lain hingga orang bertindak. Hindari tempat yang membuat Anda jadi korban bullying, seperti tempat yang tidak bisa dilihat guru," katanya.
Nah, kalau anak-anak ada di dekat pelaku bullying, Greenwood mengingatkan agar anak-anak untuk tidak menertawai atau malah berdiri melihat aksi bullying.
"Jika anak melihat seseorang yang dibully, temukan seseorang yang bisa membantu menghentikannya," tegas Greenwood.
Menurut psikolog Patricia Yuannita, M.Psi, sebenarnya kasus perundungan sudah ada dari era 1990-an. Semenjak itu, perundungan berkembang dengan pesat.
"Perundungan berkembang pesat karena perkembangan ekonomi dan teknologi. Keduanya memicu
anak-anak dan remaja ini untuk bertahan di lingkungan," kata wanita yang akrab disapa Yoan ini.
Bunda, simak juga cerita Tasya Kamila yang sempat jadi korban bullying, dalam video
Intimate Interview berikut:
(muf/muf)