Jakarta -
Bau badan umumnya dialami orang dewasa. Tapi, bau badan juga bisa terjadi pada balita, Bunda. Kalau balita mengalami bau badan, bisa jadi itu sinyal ada penyakit di baliknya.
Spesialis anak Murtaza Kamal, MD, Pediatrics, mengatakan, bau badan pada anak yang belum pubertas sebenarnya bukan sesuatu yang jarang. Tapi, penelitian yang membahas bau badan pada anak praremaja jarang banget. Karena itulah, American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk memperhatikan bau badan pada anak-anak yang belum mencapai pubertas.
Kamal menjelaskan, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap bau badan pada
balita. Pertama, balita mengalami bau badan setelah makan makanan tertentu seperti produk susu non-organik, daging, telur, dan makanan pedas.
Selain itu, lanjut Kamal, bisa juga disebabkan adanya parasit di dalam tubuh. "Beberapa balita mungkin memiliki kelenjar keringat yang hiperaktif. Ini kondisi yang disebut hiperhidrosis, yang menghasilkan lebih banyak keringat sehingga menyebabkan bau badan berlebihan," ujarnya, mengutip
Mom Junction.
Bau badan pada balita juga bisa disebabkan kondisi langka yang disebut 'sindrom bau ikan'. Ini bisa menyebabkan bau amis pada napas, urine, dan keringat. Kondisi ini karena kelainan genetik, dan baunya mungkin tidak diperhatikan segera setelah lahir.
"Balita Anda mungkin berbau seperti ikan busuk jika mereka memiliki gangguan metabolisme, yang disebut Trimethylaminuria. Jika balita menderita gangguan metabolisme Tyrosinemia tipe 1 atau metionin malabsorpsi, mereka mungkin memiliki bau seperti kol yang berbeda," jelas Kamal.
 Ilustrasi bau badan balita tak sedap/ Foto: Getty Images/iStockphoto/yaoinlove |
Ia menjelaskan, sangat mudah untuk membedakan jika si kecil menderita bau badan, karena baunya menyengat. Bunda dapat mengamati bau ketiak atau bau di bagian tubuh lainnya. Kalau ingin menggunakan deodoran atau parfum untuk mengatasi bau badan pada balita, sebaiknya bicarakan dahulu ke dokter anak. Dokter mungkin menyarankan menggunakan deodoran ringan untuk anak tanpa antiperspiran.
"Namun, produk yang mengandung soda kue, teh, cuka sari apel yang diencerkan, atau tisu bayi alami, minyak esensial encer, dan kristal deodoran alami lebih aman untuk digunakan untuk balita daripada deodoran kimia," jelas Kamal.
Sebelum menggunakan zat-zat alami seperti minyak esensial pada kulit si kecil, Kamal mengimbau untuk berhati-hati dan terlebih dahulu memastikan dengan mengujinya pada area kecil di kaki atau lengan, demi menghindari reaksi alergi.
Sebagai tindakan pencegahan, Kamal mengatakan, cobalah mengajari anak tentang kebersihan dasar dan bantu mereka menjaga kebersihan diri sendiri, mandikan anak setiap pagi dan sore, dan bersihkan tempat tidur serta pakaiannya secara teratur untuk mencegah pembentukan mikroba dan bau.
"Hindari memberikan makanan seperti susu non-organik, daging, makanan pedas yang mengandung bawang putih, cabai, dan bawang bombai untuk mengurangi masalah bau pada si kecil," imbuhnya.
Terkait bau badan, dijelaskan Profesor Lynnette Mazur, spesialis anak dari University of Texas Health Science Center dan the Shriner's Hospital, di Houston, pada bayi terkadang juga mengalami bau asam ketika habis muntah ,atau ada bagian tubuhnya yang kotor. Tapi bau ini cenderung tidak mengganggu orang yang menggendongnya dan akan hilang setelah bayi mandi.
"Bayi umumnya memilikiÂ
bau badan yang khas dan akrab di hidung kita, atau biasa juga digambarkan sebagai bau 'milky'," ujar Prof Mazur, dikutip dari
Baby Center.
Bunda, simak juga yuk tips memandikan bayi, dalam video di bawah ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)