Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

4 Ciri Anak Kecanduan Gadget, Lupa Makan Bahkan Benturkan Kepala ke Tembok

Zika Zakiya   |   HaiBunda

Kamis, 18 Jun 2020 11:34 WIB

Close-up Of A Girl Using Social Networking Site On Digital Table At Home
Ilustrasi anak kecanduan gadget/Foto: iStock
Jakarta -

Kecanduan gadget ternyata lebih buruk dibanding kecanduan minum dan narkoba. Saking tingginya kecanduan ini sampai membuat para penderitanya mencari pengobatan lewat bantuan terapis profesional.

Demikian hasil penelitian yang diterbitkan oleh BBC.com, Bun. Hal ini ditegaskan oleh Dr.dr.Surilena, Sp.KJ (K) yang juga merupakan psikiater anak dan remaja di RS Atma Jaya, Pluit, Jakarta Utara.

Dalam perbincangan dengan HaiBunda melalui Instagram Live, dr.Surilena menjelaskan bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun belakangan, kecanduan gadget meningkat. Terutama untuk anak dan remaja.

"Kecanduan gadget adalah suatu kondisi di mana seorang anak atau remaja tidak bisa lagi mengontrol perilakunya untuk bermain gadget sehingga seluruh aktivitasnya digunakan untuk gadget," ujar dr.Surilena, Rabu (17/06/2020).

Ditambahkan dr.Surilena, ciri kecanduan gadget yang paling mudah terlihat antara lain:
1. Sudah malas melakukan aktivitas sehari-hari. Termasuk bermain, belajar, dan tidur. Semua harus menggunakan gadget, termasuk buang air kecil dan buang air besar.

2. Interaksi dengan keluarga menjadi terabaikan dan hanya terfokus hanya pada penggunaan gadget saja.

3. Penggunaan gadget lebih dari empat jam setiap hari, bahkan bisa sampai 12 - 16 jam per hari.

4. Marah dan agresif ketika gadget diambil. Menangis, meraung, bahkan sampai membenturkan kepala ke tembok.

Cute little child watch movie on smartphone at bed. Dangers of blue light can damage eyes. Handsome little boy can be age related macular degeneration from blue light, wear eyeglasses since childhoodilustrasi anak kecanduan gadget/ Foto: Love portrait and love the world

Jika sudah demikian, dr.Surilena menyarankan agar segera mencari pertolongan medis. Dari pemeriksaan awal nantinya akan terlihat apakah si kecil membutuhkan terapi rawat jalan ataukah rawat inap.

Selanjutnya, bukan hanya si anak yang mendapat perawatan atas kecanduan gadget ini. Keluarga pun ikut dalam terapi bersama untuk menciptakan lingkungan yang sehat dari gadget.

"Peranan orang tua sangat besar. Jangan sampai anak dilarang menggunakan gadget tapi orang tuanya sendiri tidak bisa lepas dari gadget," jelasnya.

Selain itu orang tua juga harus tegas dalam batasan penggunaan gadget. Komunikasi yang baik dibina lagi mengenai dampak-dampak negatif penggunaan gadget.

Carikan juga kegiatan lain untuk anak agar ia tidak merasa bosan dan kesepian. "Berilah anak aktivitas-aktivitas positif yang membangun anak sehingga membantunya. Mungkin dia suka renang, bulutangkis, atau menari. Maka isilah kegiatan-kegiatan itu," tutup dr.Surilena.

Simak juga pengakuan Bunda Kirana Larasati yang membebaskan anak bermain gadget saat situasi epidemi Corona dalam video berikut. 

[Gambas:Video Haibunda]



(ziz/ziz)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda