Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

4 Ucapan Orang Tua yang menyakiti Anak & Membuatnya Minder

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 15 Sep 2020 16:51 WIB

Angry mother is scolding at her son.
4 ucapan orang tua yang menyakiti anak/ Foto: iStock

Saat Bunda sedang emosi, mulut terkadang suka lepas kendali sampai melontarkan kata-kata yang menyakiti hati atau menurunkan kepercayaan diri anak. Padahal, perkataan yang menyakiti perasaan anak, bisa berdampak sampai mereka dewasa.

Dilansir Smart Parenting, terapis keluarga Karyl McBride mengatakan, "Rasa malu dan penghinaan menyebabkan ketakutan pada anak-anak. Ketakutan ini tidak hilang ketika mereka dewasa. Hal tersebut menjadi rintangan dalam kehidupan emosional yang sehat dan sulit dihilangkan."

Amy Morin, psikoterapis dan instruktur di Northeastern University, menjelaskan bahwa perkataan orang tua ke anaknya juga bisa mempengaruhi perkembangan keyakinan pada anak. 

Dalam bukunya, 13 Things Mentally Strong Parents Don't Do, Morin mengatakan bahwa perkataan orang tua bisa mempengaruhi perkembangan kekuatan mental yang anak-anak butuhkan untuk mencapai potensi terbesarnya. Untuk mengubahnya artinya orang tua juga mengubah kebiasaannya dalam berbahasa.

"Beberapa frasa yang biasa Anda ucapkan mungkin tampak tidak berbahaya, tapi frasa tersebut bisa menyebabkan anak tumbuh dengan mentalitas korban, atau anak meyakini kalau mereka tak bisa berhasil," kata Morin dikutip CNBC.

Untuk itu, Morin mengimbau orang tua untuk tidak lagi mengucapkan kata-kata ini yang bisa menyakiti anak:

1. "Kita tidak akan pernah membelinya"

Bunda tentu sering mendengar rengekan si Kecil untuk membeli ini dan itu. Kalau Bunda merasa harganya melebihi kisaran, jangan bersikeras tidak akan pernah bisa memilikinya hanya karena alasan uang.

Sebaliknya, Morin menyarankan agar menunjukkan kepada anak-anak bahwa Bunda memiliki kendali atas keuangan. Misalnya, apabila anak ingin pergi ke Disney, beri tahu ke anak: "Kita belum mampu membeli tiket karena tahun ini tidak termasuk dalam anggaran."  

Kemudian, pertimbangkan untuk menyiapkan stoples sehingga anak-anak dapat mulai menabung untuk perjalanan ke taman hiburan. Cara ini bisa membantu anak-anak mengembangkan kebiasaan keuangan yang cerdas.

"Mereka akan tumbuh dengan mengetahui bahwa jika mereka menginginkan sesuatu yang tidak mampu mereka beli, itu hanya masalah menyesuaikan prioritas," kata Morin.

2. "Kamu membuat Bunda sangat marah"

Morin mengingatkan pentingnya orang tua bersikap tetap tenang dan menahan keinginan menyalahkan anak-anak, atau orang lain atas emosi kita.

Ketimbang marah-marah karena perilaku anak, Morin menyarankan agar orang tua bisa mengucapkan perkataan yang sehat, "Bunda tidak suka jika Kakak melakukannya," dan kemudian jelaskan alasannya.  

"Anak-anak penting untuk memahami bagaimana perilaku mereka dapat mempengaruhi orang lain.  Ini akan mendorong mereka untuk lebih sadar akan perasaan orang lain, bukan hanya perasaan mereka sendiri," ujar Morin.

Selain itu, dengan tetap bersikap tenang, Bunda mengajarkan anak bahwa kita semua memiliki kemampuan untuk mengendalikan perasaan kita sendiri, dan tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya dengan cara yang sehat. Bunda tentu tidak mau anak-anak tumbuh dengan cara pikir, tidak apa-apa menyalahkan orang lain atas perasaan mereka.

Sebagai manusia biasa, mungkin ada waktunya Bunda nggak bisa menahan diri untuk tetap tenang. Kalau ini terjadi dan mengucapkan sesuatu yang Bunda sesali, meminta maaflah.

"Maaf karena kehilangan kesabaran. Lain kali, saya perlu waktu sejenak untuk menenangkan diri."

 3. "Saya benci pekerjaan saya"

Morin mengatakan, ketika Bunda lelah di tempat kerja dan curhat dengan suami, memang tampak tidak berbahaya karena tak bicara langsung ke anak. Tapi, anak-anak mendengar dan menangkap pesan ini.

"Faktanya, penelitian menemukan sikap kita tentang kehidupan berpengaruh besar dalam menentukan kesuksesan anak kita, terutama dalam hal prestasi akademik," kata Morin.

Selain itu, mengeluhkan pekerjaan di sekitar anak-anak mengajarkan mereka bahwa bekerja itu tidak menyenangkan.  Akibatnya, anak-anak mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa kedewasaan itu menghabiskan waktu dengan sengsara.

 4. "Semuanya akan baik-baik saja"

Anak tak terpilih dalam tim olahraga di sekolahnya? Jika orang tua meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, ini tak akan mempersiapkan anak-anak untuk masa depannya.

Namun, orang tua bisa mengajari anak-anak bahwa mereka cukup kuat untuk menghadapi rintangan hidup yang tak terhindarkan. Anak hanya perlu lebih banyak waktu latihan.  

"Jika itu masalahnya, hibur mereka dengan pelukan dan akui perasaan mereka dengan mengatakan, "Bunda tahu kamu benar-benar ingin dipilih, tetapi akan ada lebih banyak kesempatan," tutur Morin.

Kemudian, dorong anak untuk terus berlatih dan coba lagi saat anak merasa siap.  Dengan melatih dan membimbing anak-anak melewati masa-masa sulit, membuat anak lebih siap menghadapi hal-hal yang tidak berjalan dengan baik di masa depan.

Nah, sebisa mungkin hindari empat perkataan di atas agar tak menyakiti hati anak ya, Bunda. Sehingga tidak berdampak pada rasa percaya dirinya ketika dewasa kelak.

Bunda, simak juga yuk bahayanya memarahi anak secara berlebihan dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda