
parenting
Ketahui Tanda dan Dampak Kekerasan pada Anak, Begini Mencegahnya
HaiBunda
Kamis, 17 Sep 2020 19:23 WIB

Sebagian orang dewasa mungkin tanpa menyadari pernah melakukan kekerasan pada anak atau dirinya pernah mengalami kekerasan saat masih kanak-kanak. Setiap bentuk penyiksaan atau pelecehan pada anak berusia di bawah 18 tahun, dianggap sebagai kekerasan anak, Bunda.
Kekerasan tersebut bisa mengakibatkan bahaya atau cedera bagi seorang anak. Kekerasan ini bisa terjadi dalam bentuk fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Kekerasan pada anak menjadi masalah serius, Bunda. Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), sejak Januari hingga Juni 2020 lalu, ada 3.928 kasus kekerasan anak.
"Kekerasan anak adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang membutuhkan perhatian segera. Konsekuensinya bisa bertahan hingga dewasa," kata Anne Petersen, profesor di Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia di Universitas Michigan, dikutip dari Washington Post.
Sementara mengutip Medical News Today, anak yang menjadi korban kekerasan, biasanya memiliki rasa takut untuk angkat bicara. Hal ini bisa karena pelaku kekerasan adalah orang yang berkuasa atau penting.
Selain itu, anak yang mendapat kekerasan berpikir dua kali saat akan mengungkapkan karena khawatir tak dipercaya. Bahkan ada beberapa anak yang mungkin merasa malu atau khawatir menjadi orang yang disalahkan.
Tindakan kekerasan bisa terjadi di rumah, tempat lain dan terjadi di semua budaya, negara, dan kelas ekonomi. Biasanya tindakan kekerasan pada anak ini melibatkan anggota keluarga atau teman dibanding orang asing. Penyebabnya, bisa karena tekanan ekonomi, pekerjaan, masalah kesehatan mental, atau penyalahgunaan zat terlarang hingga pengalaman serupa di masa kecil.
Tanda-tanda kekerasan anak
Bentuk kekerasan pada anak ada beberapa, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran. Nah, berikut tanda-tanda anak mengalami kekerasan tersebut:
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik pada anak terjadi ketika seorang anak dengan sengaja terluka secara fisik atau berisiko disakiti orang lain. Beberapa bentuk kekerasan fisik, yakni:
- Memukul, mencubit, menampar, menendang, menggigit
- Melukai dengan benda tajam maupun tumpul
- Membakar dengan api atau menyiram dengan air panas
- Menenggelamkan
- Meracuni
- Mengikat atau memaksa anak dalam posisi stres
- Melarang tidur, makan, atau diberi obat-obatan
Kekerasan fisik Ini juga dapat melibatkan dan menjadi penyebab timbulnya gejala dan penyakit pada anak seperti sindrom Munchausen oleh proxy. Sekarang penyakit ini dikenal sebagai gangguan buatan yang diakibatkan oleh orang lain.
Tanda-tanda kekerasan fisik
Indikasi bahwa kekerasan fisik mungkin dialami anak dapat dilihat dengan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
- Mata hitam yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya
- Mengalami patah tulang, memar, bekas gigitan, atau luka bakar
- Cedera yang memiliki pola, misalnya lebih dari satu luka bakar atau bekas luka di tangan
- Menangis atau trauma saat anak dibawa pada satu tempat atau lokasi kekerasan
- Tampak takut pada individu tertentu
- Menjadi waspada
- Tersentak saat disentuh
- Mengenakan pakaian yang tidak pantas, misalnya baju lengan panjang saat cuaca panas untuk menutupi cedera
Sementara orang dewasa yang melakukan kekerasan fisik, biasanya mereka tampak terlalu keras dan kasar saat bersama anak, berperilaku tidak terduga tanpa batasan atau aturan yang jelas, melampiaskan amarah ketika anak melakukan sesuatu yang salah. Selain itu, menggunakan rasa takut anak dengan hukuman fisik daripada mengajarkannya aturan untuk mengontrol perilaku.
2. Kekerasan emosional
Kekerasan secara emosional terjadi ketika orang secara konsisten mengatakan sesuatu dan berperilaku dengan cara yang tidak baik. Hal ini bisa terjadi dengan menunjukkan rasa tidak mencintai, menghargai, atau hanya menganggap anak sejauh yang dibutuhkan saja.
Adapun tindakan kekerasan emosional yang dilakukan orang dewasa kepada anak, seperti:
- Tidak mengizinkan anak mengungkapkan pandangan dan pendapatnya
- Mengejek apa yang anak katakan
- Membungkamnya
- Sering meneriaki, membentak atau mengancamnya
- Meledek caranya berkomunikasi
- Mendiamkan anak sebagai hukuman
- Membatasi kontak fisik
- Mengatakan bahwa dirinya adalah sebuah kesalahan
- Melarang anak berinteraksi sosial dengan teman sebaya dan orang
- Melakukan penganiayaan depan anak
Tanda-tanda kekerasan emosional
Beberapa tanda anak mengalami kekerasan emosional, yakni:
- Tampak menyendiri, cemas, atau takut
- Menunjukkan perilaku yang ekstrem
- Kurangnya keterikatan pada orang tua atau pengasuh
- Perilaku yang tidak sesuai usia
3. Kekerasan seksual
Kekerasan secara seksual didefinisikan sebagai tindakan apa pun yang memaksa atau membujuk seorang anak atau remaja untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksual. Anak yang mengalami hal ini dipaksa atau diundang untuk berpartisipasi dalam aktivitas apa pun yang menyebabkan orang lain terangsang.
Tindakan yang merupakan bentuk kekerasan seksual, di antaranya:
- Menyerang anak melalui penetrasi, seperti pemerkosaan atau seks oral
- Memaksa anak melakukan aktivitas seksual non-penetrasi, seperti menyentuh bagian luar pakaian, menggosok, mencium, dan masturbasi
- Mengajak dan meminta anak untuk melakukan tindakan seksual atau menonton tindakan tersebut
- Melihat, menampilkan, atau membagikan gambar, video, mainan, atau materi seksual lainnya
- Menceritakan lelucon atau cerita kotor nuansa seksual
- Memaksa anak untuk membuka pakaian demi kepuasan seksual
- Berkedip atau menunjukkan alat kelamin seseorang kepada anak
- Mendorong anak untuk berperilaku dengan cara yang tidak pantas secara seksual
Pelaku kekerasan bisa jadi seorang laki-laki atau perempuan dewasa, anak lain, bahkan remaja yang sudah puber. Anak yang mendapat kekerasan secara seksual biasanya menunjukkan tanda-tanda:
- Berbicara tentang pelecehan seksual
- Menampilkan pengetahuan atau perilaku seksual yang melampaui usianya, aneh, atau tidak biasa
- Menarik diri dari teman dan orang lain
- Melarikan diri dari rumah
- Menghindar dari orang tertentu
- Alami mimpi buruk
- Adanya perubahan mood atau nafsu makan
- Hamil atau mengalami penyakit menular seksual (PMS) terutama bagi anak berusia di bawah 14 tahun
- Kesulitan berjalan atau duduk.
- Pelecehan seksual biasanya melibatkan seseorang yang dikenal oleh anak yang menjadi korban. Seringkali, anak akan diancam untuk merahasiakan apa yang telah dialaminya.
4. Penelantaran
Penelantaran anak adalah ketika orang tua atau pengasuh terus menerus gagal memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis dasar anak, sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan anak. Tindakan penelantaran pada anak, seperti:
- Tidak menyediakan makanan, pakaian, atau perawatan medis yang pantas
- Mengunci anak di kamar atau lemari
- Tidak menyediakan tempat tinggal yang memadai, termasuk mengusir mereka dari rumah
- Menempatkan atau meninggalkan anak dalam situasi bahaya, baik fisik maupun emosional
- Meninggalkan anak sendirian dalam waktu yang lama
- Mengabaikan kebutuhan emosional dasar anak
Sementara tanda-tanda anak mengalami penelantaran, seperti:
- Kebutuhan medis atau perawatan gigi yang tidak terpenuhi
- Pakaian anak tidak dicuci, begitu juga tubuh anak tidak dimandikan dan rambut tidak dibersihkan
- Mengenakan pakaian yang sama sepanjang waktu atau tidak sesuai secara konsisten sepanjang tahun
- Sering bolos sekolah
- Tidak memiliki uang untuk ongkos bus atau makan siang
- Menggunakan obat-obatan atau mengonsumsi alkohol
- Dampak kekerasan pada anak
Penelitian menemukan bahwa kekerasan pada anak dapat memengaruhi bagian otak yang mengatur emosi, terutama ketakutan dan kecemasan. Kekerasan juga terbukti mengubah cara fungsi korteks prefrontal, bagian otak yang bertanggung jawab untuk berpikir, merencanakan, menalar, dan mengambil keputusan, yang dapat menyebabkan masalah perilaku maupun akademis.
Namun menurut Ketua Perkembangan Anak di University of Delaware, Mary Dozier, anak yang mengalami kekerasan masih ada harapan untuk pulih. "Efek yang terlihat pada otak anak-anak yang mengalami kekerasan dan perkembangan perilaku tidak statis," ujarnya.
Menurutnya, jika ada yang membantu anak menghentikan kekerasan yang diterimanya maka akan mengubah perkembangan otak anak menjadi positif. "Kami melihat perubahan otak yang positif ketika kekerasan berakhir dan mereka lebih didukung. Intervensi bisa sangat efektif," imbuhnya.
Mencegah kekerasan pada anak
Sebagai orang tua, Bunda bisa mengambil langkah penting untuk melindungi dan mencegah anak mendapat perlakuan buruk ini. Sebagaimana dikutip dari Mayo Clinic, berikut beberapa upaya yang dapat Bunda lakukan agar anak tak jadi korban kekerasan.
1. Berikan cinta dan perhatian
Rawat anak dengan baik, dengarkan dan libatkan diri Bunda dalam hidupnya untuk mengembangkan kepercayaan dan komunikasi yang baik. Dorong anak menjadi terbuka, sehingga mau memberi tahu masalah yang dialami. Dengan lingkungan keluarga dan jaringan sosial yang mendukung dapat menumbuhkan kepercayaan dan harga diri anak.
2. Jangan menanggapi sesuatu dengan amarah
Bila Bunda merasa berada di luar kendali, istirahatlah, dan jangan melampiaskan amarah pada anak. Bicarakan dengan dokter atau terapis tentang cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres dan berinteraksilah lebih baik dengan anak.
3. Kenali pengasuh anak
Periksa latar belakang baby sitter atau pengasuh yang akan Bunda pekerjakan. Bunda bisa melakukan kunjungan secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan untuk mengamati apa yang terjadi.
4. Ajarkan menolak sesuatu
Pastikan anak memahami bahwa dia tidak perlu melakukan apa pun yang tampaknya menakutkan atau membuatnya tidak nyaman. Dorong anak bisa menolak atau segera meninggalkan situasi yang mengancamnya dan mencari bantuan dari orang dewasa yang dipercaya.
5. Ajari anak cara aman saat online
Letakkan komputer di area umum rumah, bukan di kamar tidur anak. Gunakan kontrol orang tua untuk membatasi jenis situs web yang dapat dikunjunginya dan periksa pengaturan privasi anak di situs jejaring sosial.
Bunda, simak juga cara mendidik anak agar tak jadi korban bully dalam video berikut ini:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Viral Bocah 7 Th Ditelantarkan Ortu di Pasar Kebayoran Baru, Tubuh Kurus dan Penuh Luka

Parenting
Viral Bunda Aniaya Anak Pakai Ikat Pinggang di Medan, Sudah Diamankan Polisi

Parenting
4 Kanal Pengaduan Kasus Kekerasan Anak di Jakarta, Bunda Perlu Tahu

Parenting
Marak Tawuran Remaja, Ini Pentingnya Peran Keluarga & Pola Asuh Orang Tua

Parenting
Tega! Bocah 8 Tahun Tewas Dipukuli, Pelakunya Tunangan Sang Ayah

Parenting
Pelajaran dari Kasus Anak Tewas Dihajar Ibu karena Susah Belajar di Tangerang
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda