Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Disiplin Konstruktif, Alternatif Tegur Anak Tanpa Hukuman

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 03 Nov 2020 18:38 WIB

mother scolds her child
Disiplin kontruktif untuk menegur anak tanpa menghukum/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph

Jakarta - Pikiran anak kecil itu ibarat seperti tanah liat. Untuk mendapatkan bentuk yang orang tua inginkan hanya dengan membentuk tanah liat tersebut. Termasuk dalam mendisiplinkan anak, Bunda bisa menerapkan disiplin konstruktif dengan mempelajari aturannya.

Kebanyakan orang tua seringnya menghukum anak ketika melakukan kesalahan. Padahal, orang tua perlu memahami bahwa anak-anak itu belum tahu kalau mereka melakukan hal yang salah.  Bagi anak-anak, itu hanya sesuatu yang mereka lihat dan tiru.  

Hukuman adalah cara yang keras untuk membuat anak menyadari kesalahan mereka.  Namun, ini dapat mempengaruhi kecerdasan emosional anak.

Sedangkan disiplin konstruktif merupakan cara membimbing perilaku anak dengan memahami mereka, persyaratan mental, emosional, dan psikologis mereka. Disiplin yang membangun akan membantu orang tua mengungkapkan cinta, pengampunan, dan penerimaan.

Seringkali, orang tua menghukum anak-anak dengan mengingat tindakan masa lalu.  Yang perlu dipahami di sini adalah, orang tua menghukum anak-anak agar tidak mengulangi kelakuan buruknya di kemudian hari.  Masa depan anak itu  yang terpenting.  Disiplin positif berfokus pada perbuatan yang akan dilakukan anak di masa depan.  

Berikut beberapa aturan emas dalam menerapkan disiplin konstruktif dikutip dari laman Moms:

1. Bicaralah dengan anak

Berbicara dengan anak tentang perilaku mereka itu aturan nomor satu, Bunda.  Ketika anak berperilaku tidak pantas atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab, lebih baik berbicara dengannya secara baik-baik. Menghalangi atau melarang anak tidak akan berhasil menangani hal ini.  

Anak-anak harus memahami alasan kemarahan orang tuanya.  Eggak kalah penting, anak juga perlu mengetahui kesalahan mereka. Tapi solusinya bukan time-out.  

Mengurung anak di dalam ruangan hanya akan membuat darah mereka mendidih.  Ini tidak membantu siapa pun.  Kemarahan sering kali terjadi karena seseorang berjalan di jalan yang salah.

Laura Markham, psikolog dan pendiri Aha Parenting, mengatakan di balik amarah, selalu ada rasa takut atau sakit hati atau ketidakberdayaan.

Mungkin saat ini Bunda sedang marah, begitu juga anak-anak. Untuk itu perlu menenangkan diri, dengan meminta anak untuk pergi ke kamar mereka.  Namun, setelah Bunda tenang kembali, pergilah ke kamar mereka, dan bicaralah dengan mereka.

Brett Laursen, seorang profesor psikologi di Florida Atlantic University mengatakan, banyak anak yang memiliki peralatan elektronik dan permainan senilai ratusan, bahkan ribuan dolar di kamar mereka, yang tidak terlalu membuat Anda tersiksa," katanya. 

2. Dengarkan anak 

Disiplin konstruktif mengajarkan orang tua untuk mendengarkan anaknya, bukan sekedar mencari alasan untuk membentak anak.  Orang tua juga bisa salah lho, Bunda.  

Meneriaki anak tanpa mendengarkan ceritanya akan menyebabkan perilaku dan kemarahan yang lebih buruk, Bunda tentu tak ingin anak-anak seperti itu. 

Hal ini karena otak anak belum berkembang sepenuhnya, anak belum tahu bagaimana membedakan antara yang baik dan yang buruk.  Tidak mendengarkannya anak dapat merusak kepercayaan diri anak dan menyakitinya.  

Berbeda jika orang tua mendengarkan anaknya, tentu bisa memahami sisi cerita mereka.  Mendengarkan anak-anak akan membuat mereka merasa aman.  Anak tahu bahwa apapun yang terjadi, ada seseorang yang akan mendengarkan mereka.

3. Bantu anak memperbaiki kesalahan

Sekarang, setelah Bunda dan anak mengetahui alasan masing-masing, segalanya cenderung menjadi lebih jelas.  Anak memahami orang tuanya dan sebaliknya. Disiplin konstruktif difokuskan pada masa depan,  Bunda perlu memastikan bahwa anak-anak tidak mengulangi kesalahan mereka.

Ini dapat dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada anak.  Mulailah dengan meminta anak untuk meringkas situasinya.  Kemudian, tanyakan alasan tindakannya dan mintalah solusi dari mereka. 

Cara ini akan mengembangkan pikiran anak, dengan menanamkan keterampilan pemecahan masalah.  Bantu anak menemukan solusi untuk memperbaikinya.  Kalau Bunda masih merasa bahwa anak perlu dihukum, jelaskan alasan mengapa dihukum.  Usahakan agar hukuman tidak dikurangi karena tujuan membuat anak memahami kesalahan mereka dan janji untuk tidak mengulanginya.

Secara keseluruhan, disiplin yang membangun mungkin merupakan alternatif yang lebih baik daripada hukuman.

Disiplin konstruktif ini memang menjadi bagian penting dari pengasuhan zaman modern.  Anak-anak yang menjadi lebih pintar dari hari ke hari, membuat beberapa metode pengasuhan lama mungkin tidak berhasil dengan baik.  


Sama halnya dengan setiap kali menghukum anak karena melakukan sesuatu yang salah, hal tersebut tentu bukan pendekatan yang paling bijaksana.  Sebaliknya, cobalah mendisiplinkan mereka secara konstruktif di lain waktu.  Orang tua akan menemukan solusi yang lebih baik untuk masalah ini, ditambah lagi, memperkuat ikatan orang tua dengan anaknya.

Bunda, simak yuk cara Lenna Tan mendidik anak laki-laki dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda