
parenting
Mengenal Campak pada Bayi, Penyebab dan Cara Mengatasinya
HaiBunda
Jumat, 26 Feb 2021 08:02 WIB

Dari sekian banyak penyakit, campak merupakan salah satu penyakit yang kerap dialami oleh anak-anak, Bunda.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dikenal juga sebagai Morbili atau Measles. Biasanya gejala yang ditimbulkan meliputi batuk pilek, demam tinggi, hingga disertai ruam merah di sekujur tubuh.
Mengutip Mayo Clinic, campak sangat menular dan disebabkan oleh virus yang berkembang biak di hidung dan tenggorokan anak dan juga orang dewasa yang terinfeksi.
Kemudian, saat penderita campak batuk atau bersin, droplet yang telah terinfeksi tersebut menyebar ke udara, di mana orang lain yang ada disekitar juga dapat menghirupnya.
Droplet yang terinfeksi juga dapat mendarat di permukaan, di mana droplet tersebut tetap aktif dan menular selama beberapa jam.
Sehingga, apabila ada orang lain yang memasukkan jari mereka ke dalam mulut, hidung ataupun menggosok mata setelah menyentuh permukaan yang telah terinfeksi, maka akan ikut tertular.
Campak akan sangat berbahaya bila disertai dengan komplikasi pneumonia, radang otak, dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sebanyak 1 dari setiap 20 anak penderita campak mengalami pneumonia, yang merupakan penyebab kematian paling umum akibat campak pada anak.
Oleh karena itu, Jika Bunda menemukan indikasi campak pada si kecil, dianjurkan untuk segera menghubungi dokter demi pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut.
Campak pada bayi
![]() |
Sejatinya bayi yang baru lahir sudah memiliki imunitas pasif, yang didapat ketika mereka masih di dalam kandungan dan juga selama menyusui, Bunda. Sehingga, sangat jarang sekali ditemukan bayi yang menderita campak saat umurnya kurang dari enam bulan.
Akan tetapi, ternyata bayi yang belum mendapat vaksinasi memiliki peluang terkena campak lebih besar ketimbang bayi yang sudah divaksin lho Bunda!
Menurut studi berjudul Early Waning of Maternal Measles Antibodies in Era of Measles Elimination pada tahun 2010 melaporkan bahwa kekebalan pasif tersebut berangsur-angsur dapat hilang hanya dalam waktu 2-5 bulan setelah lahir atau saat menyusui dihentikan.
Tidak ada cara medis untuk menyembuhkan campak, tetapi ini bisa dicegah. Sehingga tindakan vaksinasi dibutuhkan demi mencegah terjadinya komplikasi campak yang lebih parah. Terdapat dua vaksin yang tersedia untuk diberikan, yaitu vaksin MR dan MMR.
Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI merekomendasikan pemberian vaksin MR dijadwalkan pada bayi di usia 9 bulan untuk menerima imunisasi campak. Sebaiknya dilakukan imunisasi ulangan pada usia 18 bulan (vaksin MR), dan pada usia 5-6 tahun atau 6-7 tahun saat dalam program Bulan Imunisasi Anak di Sekolah (BIAS).
Sedangkan MMR untuk mencegah penyakit gondongan, campak, dan rubella yang diberikan pada anak di atas 1 tahun. Apabila MMR sudah diberikan tidak perlu lagi melakukan lagi imunisasi campak (MR) pada usia 18 bulan.
Lebih lanjut, jika anak belum juga menerima vaksin campak hingga berusia 12 bulan, maka vaksin MMR/MR dapat langsung diberikan. Booster yang diberikan ketika mereka berusia 5-7 tahun, Bunda.
Efek samping vaksin campak
Manfaat vaksin telah banyak memiliki andil untuk mencegah terjangkitnya dari beberapa penyakit menular yang berbahaya.
Bunda mengkhawatirkan keamanan vaksinasi, termasuk vaksin campak, hal terbaik yang harus dilakukan adalah tetap mendapat informasi dan selalu memeriksa risiko dan manfaat dari setiap prosedur medis.
Lebih lanjut, secara umum vaksin campak tidak menimbulkan efek samping sama sekali. Tetapi, beberapa orang dapat mengalami beberapa reaksi memungkinkan muncul, Bunda. Mengutip Healthline beberapa reaksi tersebut meliputi:
- Demam ringan
- Ruam merah
- Bengkak ringan
- Nyeri di tempat suntikan
Namun gejala ini bersifat normal dan akan menghilang antara dua hingga tiga hari. Sementara efek serius sangat jarang terjadi.
Meski begitu CDC mengungkapkan bahwa efek seperti nyeri,ruam merah ketika vaksin diberikan. Selain itu, demam atau pembengkakan pada kelenjar di pipi atau leher terkadang juga kerap terjadi.
Reaksi yang lebih serius namun jarang terjadi seperti kejang (sering dikaitkan dengan demam), nyeri sementara dan kekakuan pada persendian (kebanyakan terjadi pada wanita remaja atau dewasa), pneumonia, pembengkakan otak, dan jumlah trombosit rendah yang dapat menyebabkan perdarahan yang tidak biasa atau memar.
(haf/som)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Daftar Pelaksanaan BIAN Tahap 2 dan Lokasi Pendaftarannya, Bunda Perlu Tahu

Parenting
Campak pada Anak: Gejala, Penyebab & Cara Pengobatan

Parenting
Kenali Campak pada Bayi, Begini Gejala & Cara Mencegahnya Bun

Parenting
Pentingnya Imunisasi Campak untuk Anak, Kapan Diberikan?

Parenting
Pentingnya Vaksin Rubella Cegah Penularan Wabah Campak pada Anak

Parenting
Jutaan Anak Tak Divaksin di Seluruh Dunia, Waspada Wabah Campak
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda