Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Duh Indonesia Peringkat 4 Stunting di Dunia, Apa Bahayanya untuk Anak?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 05 May 2021 09:41 WIB

Baby leg fingers. Shallow DOF. Developed from RAW; retouched with special care and attention; Small amount of grain added for best final impression. 16 bit Adobe RGB color profile.
Dampak Jangka Panjang Stunting pada Anak, Bisa Bikin Produktivitas Menurun Bun/ Foto: iStock

Penurunan angka stunting di Indonesia perlu menjadi perhatian khusus nih, Bunda. Meski mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir, stunting masih belum memenuhi angka toleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut Direktur Bina Akses Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN dr Zamhir Setiawan, M.Epid, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Indonesia kini menduduki posisi keempat di dunia dan urutan kedua di Asia Tenggara terkait kasus stunting.

"Jumlah kasus stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 27,67 persen. Angka itu berhasil ditekan dari 37,8 persen pada tahun 2013. Meski begitu, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan WHO, yaitu kurang dari 20 persen," kata Zamhir, dalam acara Smart Sharing: Program Kerja Sama Penurunan Angka Stunting di Indonesia via Zoom , Selasa (4/5/21).

"Stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia, artinya ini mengkhawatirkan untuk generasi yang akan datang," sambungnya.

Seusai arahan Presiden Joko Widodo, tahun 2024 nanti ditargetkan kasus stunting di Indonesia mengalami penurunan menjadi 14 persen. Untuk mencapai tujuan ini, tentunya dibutuhkan peran serta masyarakat dan kerjasama di multi sektor, Bunda.

Sementara menurut Kepala BKKBN, Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), stunting perlu ditekan dari hulu ke hilir. Caranya melalui program edukasi, Bunda.

"Program edukasi penting agar anak tidak salah gizi dan yang juga harus diperhatikan adalah pengamatan terhadap kondisi gizi anak. Pandemi telah mengakibatkan kegiatan posyandu di banyak daerah terhenti, padahal selama ini Posyandu berperan besar sebagai langkah awal pengawasan gizi anak," ujarnya.

Data menunjukkan bahwa angka kematian neonatal bayi 25 hari meningkat, angka kematian bayi di bawah satu tahun meningkat dua kali lipat, dan angka kematian balita meningkat tiga kali lipat. Ini menunjukkan bahwa di balik ini semua ada fenomena gunung es, misalnya bermula dari anak sakit.

"Stunting ini adalah produk dari sakit berulang dan tidak tercukupi nutrisinya," kata Hasto.

Selain kurang asupan nutrisi dan gizi, stunting dapat disebabkan faktor internal dan eksternal. Simak penjelasan lengkap di halaman berikutnya.

Simak juga penyebab dan tips mengatasi anak GTM, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


DAMPAK JANGKA PANJANG ANAK STUNTING

Baby, Newborn, Hand, Pregnant, Sleeping

Dampak Jangka Panjang Stunting pada Anak, Bisa Bikin Produktivitas Menurun Bun/ Foto: iStock

Stunting bisa disebabkan faktor eksternal dan internal. Sinteisa Sunarjo, Group Business Unit Head Woman Nutrition KALBE Nutritionals, menjelaskan bahwa penyebab utama stuting adalah kurangnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kelahiran, yakni sejak janin di kandungan hingga bayi berusia 2 tahun.

Selain kurang asupan gizi, stunting juga bisa disebabkan faktor eksternal, seperti buruknya fasilitas sanitasi, menimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan. Bila dibiarkan atau lewat dari 1.000 hari, dampak buruk kekurangan gizi pada anak akan sulit diatasi. Hal ini juga mengangkut gizi baik pada ibu hamil.

Stunting tak hanya menyebabkan masalah jangka pendek pada kesehatan anak. Stunting juga bisa membuat produktivitas anak menurun di masa depan, Bunda.

Anak yang mengalami stunting bisa lahir dengan berat badan rendah, badan kecil dan kurus, dan pendek. Pada akhirnya, kondisi ini berdampak pada masa depan anak dalam beraktivitas.

"Selain itu, anak tersebut mengalami bisa mengalami hambatan perkembangan kognitif dan motorik. Saat dewasa bisa muncul gangguan metabolik. Pada akhirnya berdampak pada ekonomi karena menurunkan produktivitas masyarakat kita," kata Sinteisa.

Angka stunting bisa menurun dengan program intervensi gizi yang bertujuan memberikan asupan bernutrisi pada ibu hamil, menyusui, dan bayi usia 6 hingga 9 bulan. BKKBN bekerjasama dengan KALBE Nutritionals dan Klikdokter berencana membuat studi observasional dan program intervesi untuk menanggulangi stunting pada anak Indonesia dengan memberikan asupan gizi yang baik.


(ank)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda