Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

4 Sehat 5 Sempurna Belum Cukup Penuhi Nutrisi Anak, Ini Penjelasannya Bun

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 06 Jul 2021 18:40 WIB

Anak makan
4 Sehat 5 Sempurna Belum Cukup Penuhi Nutrisi Anak, Ini Penjelasannya Bun/ Foto: iStock
Jakarta -

Konsep 4 sehat 5 sempurna merupakan panduan pola makan sehat yang telah dikenal sejak dulu, Bunda. Konsep ini dipopulerkan oleh Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo sekitar tahun 1952.

Dalam 4 sehat 5 sempurna, makanan terbagi menjadi empat kelompok nutrisi dan satu penyempurnanya. Keseluruhan nutrisi di konsep ini menekankan pentingnya sumber kalori, protein, serta vitamin dan mineral untuk tubuh.

Konsep 4 sehat 5 sempurna telah cukup lama digunakan di Indonesia dan menjadi acuan pola makan sehat serta bernutrisi. Dilansir laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berikut 4 hal penting tentang konsep ini:

  1. Konsep 4 sehat 5 sempurna menekankan pada konsumsi nasi, lauk pauk, sayur, buah dan memandang susu sebagai bahan pangan yang menyempurnakan.
  2. Susu menjadi makanan atau minuman yang dikelompokkan tersendiri dan dianggap sebagai penyempurna.
  3. Dalam 4 sehat 5 sempurna, tidak menyertakan informasi jumlah atau porsi yang harus dikonsumsi dalam sehari.
  4. Konsep 4 sehat 5 sempurna tidak menjelaskan bahwa tubuh perlu minum air mineral secara cukup, aman, dan bersih.

Konsep 4 sehat 5 sempurna dianggap tidak cukup untuk dijadikan panduan pemenuhan gizi di Indonesia. Pemerintah lalu berusaha menyempurnakan konsepnya agar masyarakat tak menganggap mudah soal gizi anak dari makanan 4 sehat 5 sempurna saja.

Dokter spesialis anak, dr.Melisa Anggraeni, M.Biomed, Sp.A, mengatakan makan 4 sehat 5 sempurna jangan dianggap sudah cukup untuk memenuhi nutrisi anak. Menurutnya, anak-anak masih membutuhkan gizi yang seimbang dalam menu makanannya.

"Kita membutuhkan makronutrien dan mikronutrien di makanan anak. Di beberapa penelitian, kita dapatkan bahwa protein, lemak, dan mikronutrien seperti vitamin A, C, D , E, dan mineral juga penting dan jangan dilupakan. Pada penelitian, banyak anak yang kekurangan vitamin dan mineral ini," kata Melisa saat dihubungi HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Konsep 4 sehat 5 sempurna kini sudah tak digunakan lagi untuk pemenuhan nutrisi anak. Sebab, konsep ini hanya menekankan pada konsumsi nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan memandang susu sebagai bahan pangan yang menyempurnakan. Padahal, sekarang susu dianggap bukan lagi penyempurna, Bunda.

Pemerintah lalu mengganti 4 sehat 5 sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). KOnsep baru ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

Pedoman gizi seimbang (PGS)

Dalam Peraturan Menkes No. 41 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pendidikan dan penyuluhan gizi dengan menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian merubah perilaku konsumsi masyarakat.

Namun, slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi sekarang ini, sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan kondisi saat ini.

"Perbedaan mendasar antara slogan 4 sehat 5 sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur.
Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar, yaitu aneka ragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal," demikian isi dalam Permenkes No. 41 Tahun 2014.

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi aneka ragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal.

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa PGS juga dijadikan acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota, tenaga kesehatan, dan pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan gizi seimbang.

Anak makanIlustrasi anak makan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/NeoPhoto

Prinsip gizi seimbang

Menurut dr.Melisa, prinsip konsep 4 sehat 5 sempurna sebenarnya sama dengan PGS, Bunda. Namun, pemerintah berusaha menyempurnakannya dengan mempertimbangkan gizi anak.

"Proporsi harus ada persentase yang dianggap cukup. Tapi sebenarnya pada prinsipnya sama, tapi PGS ini adalah penyempurnaan dari 4 sehat 5 sempurna saja," ujar Melisa.

Pedoman gizi seimbang tak hanya berisi konsep makanan bernutrisi untuk anak-anak. Dalam PGS, aktivitas fisik juga harus ditingkatkan agar anak sehat.

Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 Pilar. Keempatnya ini merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Berikut 4 pilar tersebut:

1. Mengonsumsi aneka ragam pangan

Aneka ragam makanan yang dimaksud adalah jenis pangan, proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan, dan dilakukan secara teratur. Dalam beberapa dekade terakhir, anjuran pola makan telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai
dengan kebutuhan yang seharusnya. Misalnya, banyak makan sayuran, buah-buahan, atau minum air dalam jumlah yang cukup.

Terkait prinsip ini, Bunda juga perlu memahami asupan makan pada bayi ya. Untuk anak usia 0-6 bulan, air susu ibu (ASI) merupakan makanan tunggal yang sempurna karena mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih

Penyakit infeksi rentan dialami anak-anak. Ini juga salah satu faktor penting yang memengaruhi status gizi anak secara langsung, Bunda.

Seorang anak yang mengidap penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya, pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas.

Cara terbaik mencegah infeksi adalah membiasakan perilaku hidup bersih. Budaya perilaku hidup bersih ini yaitu:

  • Kita bisa terhindari dari kuman penyakit tifus dan disentri bila membiasakan diri selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil.
  • Biasakan menutup makanan yang disajikan agar tidak dihinggapi lalat dan binatang lainnya, serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit.
  • Selalu menutup mulut dan hidung bila bersin agar tidak menyebarkan kuman penyakit.
  • Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit cacingan.

3. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik juga perlu dibiasakan pada anak-anak agar tubuhnya sehat ya. Aktivitas fisik ini dapat meliputi segala macam kegiatan tubuh, termasuk olahraga karena dapat menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh.

Aktivitas fisik juga dapat memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh, termasuk metabolisme zat gizi. Inilah sebabnya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh si Kecil.

4. Memantau berat badan secara teratur

Memantau berat badan perlu dilakukan secara teratur untuk mempertahankan berat normalnya. Di zaman sekarang, anak-anak banyak yang mengalami obesitas atau malah kurang gizi dan nutrisi, Bunda.

Bagi bayi dan balita, indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS.

Bunda dapat melihat hasilnya dalam tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat (KMS) ya.

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda