Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kenali Gejala Pneumonia Anak, Penyebab Kematian Balita Paling Tinggi di Dunia

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 29 Oct 2021 14:05 WIB

Anak sakit
Ilustrasi Pneumonia pada Anak/ Foto: iStock

Pneumonia adalah penyakit yang menyerang saluran napas. Tak cuma orang dewasa, anak-anak pun bisa terkena penyakit ini lho, Bunda.

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. I Wayan Andrew Handisurya, SpA, MMRS atau akrab disapa Andrew, pneumonia menjadi salah satu penyebab angka kematian paling tinggi pada anak balita di dunia. Di Indonesia, data tahun tahun 2017 menunjukkan bahwa angka kasus pneumonia terjadi pada sekitar 20 dari 1.000 balita.

Lalu apa penyebab dan cara mencegah pneumonia pada anak?

Dokter Andrew menjelaskan, pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah, seperti infeksi yang terjadi pada paru-paru dan jaringan di sekitarnya. Penyebab pneumonia adalah kuman seperti bakteri Pneumokokus dan virus Influenza.

Pneumonia anak perlu diwaspadai, terutama di masa pandemi ini. Sebab, COVID-19 juga bisa menyebabkan pneumonia.

"Salah satu gejala COVID-19 itu bisa menjadi pneumonia. Kalau ada anak dengan gejala pneumonia di masa pandemi, ini bisa saja Covid. Makanya, perlu dilakukan tes penunjang seperti swab PCR untuk konfirmasi," kata Andrew saat dihubungi HaiBunda, belum lama ini.

"Tapi kalau PCR sudah negatif, kita perlu memikirkan kemungkinan lain yang menyebabkan pneumonia, seperti karena kuman atau virus lain," sambungnya.

Faktor risiko pneumonia pada anak

Berikut 3 faktor risiko yang bisa menyebabkan pneumonia pada anak:

1. Kurang gizi

Anak yang kurang gizi akan memiliki daya tahan tubuh rendah dibandingkan anak yang cukup gizi. Daya tahan rendah membuat anak berisiko terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yang ringan hingga berat sampai menyebabkan pneumonia.

2. Tidak mendapatkan imunisasi

Imunisasi penting untuk mencegah pneumonia ya, Bunda. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan para orang tua untuk melengkapi imunisasi atau vaksinasi anak-anaknya guna mencegah paparan penyakit.

"Bukan cuma imunisasi dasar di Puskesmas, tapi ada beberapa jenis imunisasi yang bisa ditambahkan untuk mencegah infeksi paru pada anak, contohnya vaksinasi Pneumokokus, PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine), dan influenza," ujar Andrew.

3. Sering terpapar asap polusi atau rokok

Faktor risiko penyebab pneumonia anak bisa dari lingkungan yang tidak sehat. Misalnya, anak sering terpapar asap kendaraan, pembakaran, atau rokok.

"Anak balita bisa terkena asap apa pun dan ini bisa menyebabkan masalah kesehatan di saluran pernapasan. Di dalam asap tersebut juga mengandung racun," kata Andrew.

Selain karena ketiga hal di atas, faktor risiko lain yang bisa menyebabkan anak terkena pneumonia adalah penyakit bawaan lain dan tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Simak juga 5 cara mengeluarkan dahak pada bayi, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

GEJALA DAN CARA DETEKSI PNEUMONIA PADA ANAK

Anak sakit

Ilustrasi Pneumonia pada Anak/ Foto: iStock

Gejala pneumonia pada anak

Gejala pneumonia cukup khas, sehingga Bunda bisa waspada saat anak terkena penyakit ini. Berikut 4 gejala pneumonia atau infeksi paru pada anak:

  1. Batuk yang lama-kelamaan menjadi parah
  2. Demam
  3. Napas menjadi cepat dan berat hingga sesak napas
  4. Saat anak bernapas, terlihat ada tarikan di dinding dada (retraksi)

Tanda bahaya yang perlu diwaspadai adalah saat gejala tersebut disertai dengan muntah-muntah hebat, asupan makan berkurang, anak menjadi lemas, kejang, hingga penurunan kesadaran. Kalau muncul tanda-tanda ini, sebaiknya Bunda segera membawa anak ke dokter untuk diperiksa. Dokter akan melihat kondisi anak dan menentukan apakah dia perlu dirawat inap atau tidak.

Cara deteksi pneumonia pada anak

Cara paling mudah mendeteksi pneumonia adalah menghitung laju napas Si Kecil, Bunda. Apakah laju napas anak lebih cepat dari usia seharusnya?

Andrew mengatakan bahwa setiap kelompok usia anak tertentu memiliki laju napas yang normal. Contohnya:

  • Usia di bawah 2 bulan: laju napas di bawah 60 kali per menit
  • Usia 2-12 bulan: laju napas 60 kali per menit
  • Usia 1-5 tahun: laju napas di bawah 40 kali per menit

Saat anak bernapas, Bunda juga perlu melihat apakah terjadi tarikan di dinding dada (retraksi). Segera bawa ke dokter bila laju napas anak lebih cepat dari normalnya dan muncul retraksi.

Apakah pneumonia bisa terjadi berulang pada anak yang sudah sembuh?

Ya, pneumonia bisa terjadi kembali pada anak yang sebelumnya sudah pernah terdiagnosis dan sembuh. Sebab, penyebab penyakit ini banyak. Untuk itu, Bunda perlu melengkapi imunisasi anak sesuai usianya agar tidak memperburuk sakit bila kembali didiagnoisis pneumonia.

"Kalau sudah diimunisasi, kemungkinan untuk terkena kembali bisa berkurang, begitu pun dengan tingkat keparahannya, sehingga bisa dilengkapi imunisasi dasar dan tambahannya," ujar Andrew.

MENCEGAH DAN MENGOBATI PNEUMONIA PADA ANAK

Anak sakit

Ilustrasi Pneumonia pada Anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/simonkr

Pencegahan pneumonia pada anak

Berikut 3 cara mencegah pneumonia pada anak, terutama di masa pandemi ini:

1. Menjalankan protokol kesehatan

Menjalankan protokol kesehatan itu penting ya, Bunda. Biasakan anak mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan memakai masker, agar terhindar dari virus atau bakteri.

2. Imunisasi

Pencegahan yang tak kalah penting adalah imunisasi. Pemberian imunisasi akan mengurangi angka keparahan dan beratnya penyakit.

3. Menyusui eksklusif

Menyusui dapat memberikan manfaat luar biasa pada kesehatan buah hati, termasuk mencegah pneumonia. Ada penelitian yang menunjukkan angka kejadian pneumonia rendah pada anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif.

4. Menghindari paparan asap rokok

Anak bisa menjadi perokok pasif dan terpapar asapnya, Bunda. Paparan asap rokok ini bisa menyebabkan masalah kesehatan di saluran pernapasan. Sebaiknya, hindari paparan asap rokok dan asap apa pun di sekitar anak.

Pengobatan pneumonia pada anak

Untuk mendiagnosis anak pneumonia, dokter akan memeriksa saturasi, melakukan foto rontgen, dan pemeriksaan darah. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab pneumonia..

Ketika anak sudah didiagnosis pneumonia, dokter akan memberikan obat tergantung derajat penyakitnya. Bila ada sesak, anak akan diberikan oksigen untuk membantunya bernapas.

Sementara itu, pemberian antibiotik juga akan diberikan pada pneumonia yang disebabkan bakteri. Nah, pemberian antibiotik ini enggak boleh sembarangan karena penyebab pneumonia bisa menjadi bias antara bakteri atau virus.

"Misalnya, kalau Covid. Kita masih sulit membedakan ini murni infeksi virus atau ada tambahan infeksi bakteri," ujar Andrew.


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda