Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tren Ibu Muda Bikin Konten Parenting, Ini Aturannya Menurut Psikolog

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Minggu, 03 Apr 2022 14:30 WIB

Ibu dan Anak
Tren Ibu Muda Bikin Konten Parenting, Ini Aturanya Menurut Psikolog/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Media sosial alias medsos kini telah berubah menjadi platform berbagi segala informasi, termasuk ilmu parenting. Apa Bunda termasuk yang suka mendapatkan informasi ini dari konten medsos?

Saat ini, konten parenting tak hanya dibuat oleh para pakar. Tren ibu muda membuat konten parenting sudah banyak di media sosial, dari mulai cara mengasuh anak hingga pemberian MPASI. Mereka bahkan melibatkan anaknya di konten lho.

Sebenarnya, tak ada yang salah melibatkan anak dalam membuat konten. Tapi, Bunda perlu pahami dulu aturannya nih.

Psikolog Klinis Danang Baskoro, M.Psi., mengatakan bahwa orang tua tak boleh sampai mengabaikan dampak buruk konten pada anaknya. Apalagi, bila tujuan membuat konten hanya demi mendapatkan penilaian dari orang lain.

Banner 100 Nama Bayi Laki-laki Modern

"Menurut saya, orang tua boleh bikin konten kalau tidak berdampak pada anak. Tapi kalau belum cukup usianya lalu memaksa dan dia mengabaikan dampaknya, tapi lebih menomorsatukan kesan dari orang lain, maka itu sudah mulai harus hati-hati, itu masuk toxic parenting," kata Danang kepada HaiBunda, belum lama ini.

Menurut Danang, tujuan utama membuat konten parenting itu harus jelas. Terutama bila menyangkut apa yang dilakukan orang tua pada buah hatinya.

Sebelum kelewat batas, orang tua perlu menanyakan kembali tujuan membuat konten tersebut. Jangan sampai kita mengutamakan konten, tapi malah mengabaikan kebutuhan merawat anak dengan benar.

"Ada istilah loss of control external, jadi mengambil keputusan berdasarkan penilaian orang lain," ujar Danang.

"Itu harusnya menjadi kebutuhan kesekian, dibandingkan kebutuhan merawat anak, agar dia sehat. Kalau itu jadi sebaliknya, itu yang harus dipertanyakan, 'Aku ini kenapa kok bisa begini?'," lanjutnya.

Benar atau tidaknya konten yang dibuat, memang sulit dinilai oleh publik karena tidak mengetahui kebenaran di balik layar. Jadi, semuanya harus kembali lagi pada orang tua yang membuat konten ini bersama anaknya.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua agar tidak kebablasan membuat konten parenting yang membahayakan anak? Klik halaman berikutnya ya, Bunda.

Simak juga tips mengatasi parental burnout, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

SELALU LOGIS SEBELUM MEMBUAT KONTEN YANG MELIBATKAN ANAK

Ibu dan Anak

Tren Ibu Muda Bikin Konten Parenting, Ini Aturanya Menurut Psikolog/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Bunda harus mengerti aturan dalam membuat konten parenting yang melibatkan anak ya. Jangan sampai apa yang kita lakukan justru membahayakan buah hati. Apalagi, bila semua dilakukan demi bisa viral.

"Be logic, logis saja. Tanyakan ke diri sendiri, seberapa penting penilaian orang lain," ujar Danang.

Validasi atau penerimaan adalah hal lumrah yang diinginkan setiap manusia. Tapi, jangan sampai demi validasi, Bunda rela melakukan hal berbahaya yang melibatkan buah hati.

Danang mengatakan bahwa tak ada untungnya meminta validasi dari orang lain yang tidak kita kenal di media sosial. Lebih baik, validasi saja diri sendiri atau minta dari orang sekitar ya.

"Manusia itu hidup sebenarnya untuk mendapatkan validasi atau penguatan-penguatan dari orang lain, lalu seberapa penting validasi dari orang lain?" kata Danang.

"Kenapa enggak validasi diri sendiri saja atau dari orang terdekat? Kenapa dari orang lain yang enggak kita kenal? Apa ini perlu atau urgen atau fantasi saja? Jadi, jawabannya ya logis saja," sambungnya.


(ank/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda