
parenting
Cerita WNI Jadi Guru di Polandia, Sekolah Tak Tuntut Murid Capai Target Tertentu
HaiBunda
Selasa, 18 Oct 2022 22:20 WIB

Guru dituntut untuk selalu memiliki tekad kuat dalam membagikan ilmu. Tak kenal lelah, seorang guru asal Indonesia mengajar hingga ke berbagai sekolah di Polandia.
Fitria Anis Kurly telah menjalani profesi sebagai guru di Polandia sejak tahun lalu. Ia dan suaminya menetap di ibu kota Polandia, Warsaw setelah sebelumnya tinggal di Krakow.
Beberapa tahun lalu, pasangan ini sempat menjalani LDR beda negara. Fitria yang berada di Inggris kemudian menyusul sang suami ke Polandia setelah ia menyelesaikan studi S2 pada 2019.
"Saat itu saya tidak bisa pulang ke Indonesia dikarenakan kondisi hamil dan kondisi kesehatan saya yang terus memburuk. Dokter tidak merekomendasikan saya untuk menempuh penerbangan jarak jauh Inggris-Indonesia, sehingga saya memilih untuk ke Polandia," cerita Fitria kepada HaiBunda belum lama ini.
"Augustus 2021 akhirnya saya dan suami mencoba mendaftar pekerjaan di Polandia lalu September 2021 kami mulai bekerja. Saya sebagai guru dan suami sebagai data analyst," lanjutnya.
Fitria adalah guru yang mengajar di tiga sekolah, yaitu satu SD dengan metode montessori, satu SD dengan metode pembelajaran tradisional, dan satu TK dengan dua jenis pembelajaran yang bisa dipilih oleh murid dan orang tua.
Bunda satu anak ini mengajar Bahasa Inggris yang biasa disebut dengan mata pelajaran Native Speaker. Fitria berfokus pada speaking skill dan project ketika mengajar. Ia bercerita, bahasa tak menjadi penghalang dirinya saat mengajar di Polandia.
"Sejak awal pendaftaran lalu tahapan wawancara dengan tiga kepala sekolah dan satu direktur, saya diminta untuk hanya menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas. Dengan begitu anak-anak akan selalu berusaha berbahasa Inggris setiap kali mereka bertemu saya di dalam kelas ataupun di luar," tuturnya.
Ketika pertama kali mengajar di Polandia, Fitria mendapatkan reaksi penuh antusias dari para murid. Pada awalnya, banyak siswa mengira bahwa Indonesia sama dengan India. Fitria pun menjelaskan bahwa keduanya merupakan dua negara berbeda.
"Saya sering memperlihatkan foto-foto dari Indonesia seperti foto makanan, budaya dan tempat-tempat yang indah seperti Raja Ampat, Lombok, dan Bali. Mereka mengatakan Indonesia adalah negara yang luar biasa dan mereka sangat ingin ke Indonesia jika nanti mereka besar," kenangnya.
Mendapatkan pengalaman baru sebagai guru, bagaimana sistem pendidikan anak-anak di Polandia? Baca di halaman berikutnya, ya.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Saksikan juga video tentang cara meningkatkan daya ingat Si Kecil untuk bantu proses belajar:
SISTEM PENDIDIKAN DI POLANDIA
Ilustrasi sekolah/ / Foto: Getty Images/iStockphoto/Shutter2U
Setahun mengajar di Polandia, Fitria harus menyesuaikan pola mengajar dengan sistem pendidikan di Polandia yang secara tahapannya sangat berbeda dari Indonesia.
Di Polandia, anak usia 1-3 tahun sudah bisa memulai Early Childhood Education yang disebut Zlobek. Kemudian anak usia 4-5 tahun, mereka akan memasuki preschool.
"Usia 5-6 tahun wajib memasuki kelas pengantar selama satu tahun untuk mempersiapkan mereka ke jenjang primary school. Usia 6-15 tahun anak menempuh pendidikan SD, lalu selama 4-5 tahun mereka menempuh secondary school, dan setelah itu diberi pilihan untuk masuk ke universitas atau bekerja," papar Fitria.
Di dalam mata pelajaran wajib, proses anak-anak belajar biasanya menggunakan buku seperti pembelajaran pada umumnya. Para siswa juga diberikan banyak proyek untuk mengasah kreativitas, team work, komunikasi, dan rasa bertanggung jawab.
Selain mata pelajaran wajib, anak-anak juga diberikan pilihan ekstra kurikuler baik yang bersifat akademik seperti kelas Bahasa Spanyol, science club, English club, art club, maupun yang non-akademik seperti pilates, cooking club, swimming class, dan kelas kerajinan.
Setiap hari, para siswa belajar mulai dari pukul 08.30-16.30. Kegiatan sekolah dilakukan setiap Senin-Jumat. Selain itu, hubungan para siswa dengan guru di Polandia terbilang cukup erat.
"Saya juga mengetahui bahwa di TK dan SD anak-anak tidak dituntut untuk bisa ini dan itu. Sekolah juga tidak terlalu menuntut untuk anak-anak harus mencapai nilai atau target tertentu," kata Fitria.
Di Polandia, nilai bukanlah tolak ukur untuk meluluskan anak-anak. Baca di halaman berikutnya, Bunda.
TOLAK UKUR BUKAN CUMA NILAI
Ilustrasi sekolah/ / Foto: Getty Images/iStockphoto/tiero
Anak-anak di Polandia tidak bergantung pada nilai agar naik kelas dan lulus dari sekolah. Ada beberapa faktor yang penting dan akan dijadikan pertimbangan oleh sekolah, Bunda. Di Polandia, angka hanyalah formalitas belaka.
Selain rapor untuk mencatat nilai akademis, mereka juga memiliki buku penilaian dalam hal kematangan anak dalam berpikir, bernalar, bersosialisasi, menyelesaikan masalah, mengikuti peraturan, dan menjadi pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab serta empati.
"Direktur pernah berkata 'Jikapun kita diwajibkan untuk memberi nilai berupa angka, maka itu hanya formalitas belaka, kita tidak boleh lupa banyak hal yang lebih penting dari nilai'," tutur Fitria.
Saat ini Fitria juga sudah memiliki seorang anak yang dibesarkan di Polandia. Selama menjadi guru, ia banyak mendapatkan hal positif yang juga dapat ia terapkan dalam pola asuh keluarga. Salah satunya adalah tentang pentingnya pendidikan usia dini.
"Dalam tahap ini, anak sebaiknya tidak dipaksa untuk mencapai target-target tertentu dan belajar bukan hanya melalui metode-metode tertentu. Tahap ini anak sebaiknya distimulasi untuk cinta akan belajar dengan cara mereka sendiri," paparnya.
"Kedua, mendidik anak haruslah dengan penuh kehangatan dan kasih sayang, agar mereka melihat ilmu pengetahuan dan sekolah bukan sebagai hal yang menakutkan dan membuat mereka merasa tidak aman," sambung Fitria.
Selain itu, Fitria juga harus memperkenalkan sang putra, Avicenna, dengan berbagai macam bahasa sebagai anak yang dibesarkan di negara asing. Meski begitu, ia dan suami tetap selalu mengajarkan putranya dengan bahasa dan budaya Tanah Air.
"Meskipun Bahasa Inggris dan Bahasa Polandia adalah bahasa yang paling sering digunakan, saya dan suami selalu mengajarkan Avicenna untuk tetap tahu dan bisa berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia," ujar Fitria.
"Kami sering mengajaknya ke acara-acara kebudayaan yang diadakan oleh KBRI di Polandia atau organisasi kebudayaan lain untuk mengenalkan banyak hal dari Indonesia," ungkapnya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kisah Pilu Cita-cita Siswa 'Dibunuh' oleh Oknum Guru, Berujung Terpuruk

Parenting
Kisah WNI Jadi Guru di Polandia, Kaget Tak Perlu Beri PR dan Ujian ke Murid

Parenting
9 Cara Menulis Puisi yang Menyentuh Hati untuk Guru, Bisa untuk Kado Akhir Tahun Bun!

Parenting
#dearRiver, Mengapa Sebaiknya Tak Selalu Mendengarkan Apa Kata Guru

Parenting
Ini Pentingnya Orang Tua Perlu Jalin Komunikasi yang Baik dengan Guru


7 Foto
Parenting
7 Potret Anak Pesohor yang Masuk Kampus Ternama, Ada di Dalam dan Luar Negeri Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda