Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Beruntusan pada Bayi Baru Lahir: Penyebab, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 28 Oct 2022 19:46 WIB

Bayi beruntusan
Bayi beruntusan/ Foto: iStockphoto

Melihat kulit Si Kecil beruntusan membuat para orang tua cemas. Khawatir boleh, tapi jangan terlampau panik karena beruntusan pada bayi baru lahir umum terjadi. Lalu, beruntusan bayi baru lahir ini biasanya akan hilang dengan sendirinya.

Menurut Angela Palmer, seorang ahli kecantikan berlisensi yang mengkhususkan diri dalam perawatan jerawat, mengatakan beruntusan bayi baru lahir, juga disebut sebagai jerawat neonatal, adalah suatu kondisi yang muncul dalam enam minggu pertama kehidupan bayi.

"Penyebab pasti dari jerawat neonatus (beruntusan) tidak pasti, tetapi diperkirakan berkembang karena hormon atau reaksi terhadap ragi yang hidup di kulit," tulisnya, dikutip dari Very Well Family.

Beda beruntusan pada newborn dengan bayi di atas 6 minggu

Palmer mengatakan, penting untuk dicatat bahwa ada perbedaan antara beruntusan pada bayi baru lahir dan beruntusan pada bayi yang berusia lebih tua. Beruntusan atau jerawat infantil muncul pada bayi setelah usia enam minggu. Ini hampir tidak umum seperti beruntusan bayi yang baru lahir, tetapi lebih persisten, biasanya berlangsung enam bulan hingga satu tahun atau lebih.

Jika bayi mengalami beruntusan, yang terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter kulit anak untuk memastikan bahwa beruntusannya tidak disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya atau produk kulit tertentu. Tapi seperti halnya beruntusan bayi yang baru lahir, jerawat infantil biasanya tidak berbahaya dan akhirnya hilang dengan sendirinya.

Penyebab beruntusan

Seperti halnya jerawat remaja, hormon diyakini sebagai penyebab utama beruntusan pada bayi. Dalam kasus bayi baru lahir, bagaimanapun, bukan hormon mereka sendiri yang mungkin memicu masalah jerawat, tetapi ibu — yang masih beredar di aliran darah bayi sebagai sisa dari kehamilan.

Hormon-hormon ibu ini merangsang kelenjar penghasil minyak bayi yang lamban, menyebabkan jerawat muncul di dagu, dahi, kelopak mata dan pipi, dan, kadang-kadang, kepala, leher, punggung dan dada bagian atas.

Terlebih lagi, pori-pori pada kulit bayi belum sepenuhnya berkembang sehingga menjadi sasaran empuk bagi penyusupan kotoran dan berkembangnya noda. Di samping itu, bayi biasanya memiliki kulit yang sangat sensitif yang juga bisa menjadi faktor.

Apa saja jenisnya? Baca di halaman berikutnya ya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Tanda merah atau bintik-bintik pada bayi bikin khawatir? Simak ulsannya dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



JENIS DAN CARA MENGATASI BRUNTUSAN

Bayi beruntusan

Bayi beruntusan/ Foto: iStockphoto

Jenis beruntusan pada bayi

beruntusan pada bayi baru lahir sebenarnya terlihat mirip dengan jerawat remaja ringan. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Dermatology, sebagian besar lesi beruntusan bayi adalah papula dan pustula, yakni lesi meradang dan merah yang kebanyakan orang sebut sebagai 'jerawat.

Namun, mereka memiliki beberapa komedo putih dan komedo hitam, yakni pori-pori tersumbat yang muncul sebagai titik-titik putih atau hitam kecil yang tidak meradang pada kulit.

Sebagian besar beruntusan bayi (81,8 persen) berada di pipi, dengan lesi sesekali di punggung dan dada. Namun, artikel lain di jurnal medis Dermatologic Clinics mencatat bahwa beruntusan pada bayi juga bisa muncul di dahi dan hidung. Para peneliti mencatat bahwa rata-rata bayi mengalami beruntusan pada usia 3 minggu, dan kondisinya berlangsung selama 4 bulan.

Cara mengatasi beruntusan pada bayi

Sayangnya, tidak banyak yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi beruntusan bayi. Tapi, ini beberapa tips perawatan beruntusan bayi, dikutip dari What to Expect:

  1. Jangan menekan, memencet, atau menggosok beruntusan.
  2. Bersihkan area tersebut dengan air hangat dua kali sehari. Tepuk kulit kering dengan lembut.
  3. Jangan gunakan sabun atau losion pada area yang terkena.
  4. Hindari produk perawatan kulit lainnya yang ditujukan untuk orang dewasa.
  5. Cobalah pengobatan rumah alami untuk mengobatinya: Beberapa Bunda menyarankan bahwa mengoleskan daerah yang terkena dengan ASI dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
  6. Tanyakan kepada dokter tentang resep atau obat bebas yang mungkin membantu dan aman untuk bayi.
Baca Juga : Dermatitis Atopik

(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda