Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Mitos dan Fakta Seputar Gerakan Tutup Mulut pada Si Kecil

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Kamis, 24 Nov 2022 12:00 WIB

Baby does not want to eat the food
Ilustrasi Mitos VS Fakta GTM/Foto: iStock

Ketika anak memasuki usia 6 bulan dan mulai mengonsumsi makanan padat, anak kerap sulit menaikkan berat badan karena ada berbagai faktor penyebabnya. Akhirnya, Si Kecil pun melakukan gerakan tutup mulut (GTM).

Jika GTM ini terjadi selama beberapa hari, Bunda tidak perlu khawatir. Namun, beberapa kasus anak susah makan terjadi hingga berminggu-minggu dan sulit diatasi.

Anak-anak yang melakukan GTM atau mogok makan tidak selalu terlihat kurus, Bunda. Sebagian anak bahkan tetap terlihat berisi meskipun melakukan GTM dalam waktu yang lama.

Berbagai macam hal bisa menyebabkan anak mogok makan. Salah satunya adalah karena menu yang Bunda sajikan.

Penelitian menunjukkan selera makan orang tua berpengaruh pada menu yang disajikan ke anak. Sebaiknya, orang tua juga memahami selera makan anak ya. Bisa jadi, selera makan anak sangat berbeda dengan Ayah dan Bunda.

Kesukaan makanan anak bukan dari perspektif orang tua. Baik orang tua, ataupun anak punya food preference sendiri. Jadi, belum tentu saat Bunda suka ayam goreng, Si Kecil akan menyukai makanan yang sama.

Mitos dan fakta GTM

Ada banyak mitos yang tersebar di masyarakat tentang gerakan tutup mulut pada anak nih, Bunda. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretan faktanya:

1. Mitos: Anak susah makan boleh diberi susu saja

Faktanya: Anak yang GTM boleh diberikan makanan cair agar nutrisinya tetap terpenuhi, Bunda. Pada anak yang mogok makan atau GTM, pemberian susu sebagai makanan pengganti bisa diberikan selama tiga hari saja. Lebih dari itu, lemak mulai pecah dan anak tidak bisa mendapatkan kalori untuk energi.

"Jika lebih dari tiga hari anak masih mogok makan, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Namun, ini berlaku jika gizi kurang dan berat badannya turun drastis selama mogok makan," kata Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A (K), MPH, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, pada HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Jika tidak muncul masalah, Bunda tetap bisa memberikan susu sebagai pengganti makan selama dua minggu. Lebih dari itu, disarankan untuk beralih ke makanan cair karena kalorinya sama dengan makanan padat.

2. Mitos: Ada suplemen makanan yang diklaim bisa menambah nafsu makan anak untuk sembuhkan GTM

Faktanya: Pemberian suplemen boleh diberikan jika isinya vitamin dan mineral, Bunda. Namun, apakah ini bisa mengatasi GTM pada anak?

Kekurangan vitamin dan mineral dapat mengurangi nafsu makan anak. Sayangnya, pemberian suplemen tidak efektif pada anak-anak yang tidak membutuhkannya, terlebih jika anak menolak makan karena cara pemberian makan yang kurang benar (inappropriate feeding practices) dan neophobia. Pemberian suplemen tidaklah berguna.

"Pemberian suplemen sebaiknya dilakukan apabila GTM sudah berlangsung agak lama atau lebih 6 bulan. Dilihat juga apakah berat badan anak tidak kunjung naik dan mengalami tanda kurang gizi lainnya," imbuh dokter Aryono.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat mitos dan fakta lainnya yuk, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

[Gambas:Video Haibunda]






MITOS DAN FAKTA GTM

Baby does not want to eat the food

Ilustrasi Mitos VS Fakta GTM/Foto: iStock

3. Mitos: Sabar menunggu anak makan sampai habis, biar lama asal habis

Faktanya: Menunggu anak menghabiskan makanannya boleh dilakukan. Bunda juga bisa membujuk Si Kecil sesuap dua suap asal tidak memaksa mereka.

"Ambil jeda waktu 10-15 menit. Jika masih tidak mau, lebih baik berhenti. Penelitian menunjukkan apabila makan lebih dari 30 menit pertama, anak akan kehilangan konsentrasi," jelas dr Aryono.

Jangan juga memberi makanan sebagai hadiah, misalnya anak kalau mau makan bubur nanti diberi biskuit. Jika demikian, anak justru selalu menunggu hadiahnya, Bunda.

Banner GTM

4. Mitos: Nyeker bisa atasi GTM

Faktanya: Nyeker tidak bisa dihubungkan dengan GTM, Bunda. Saat anak menolak untuk makan, hal pertama yang harus Bunda lakukan adalah mencari tahu penyebab anak menolak makan.

"Kalau anaknya GTM, ya harus dicari tahu kenapa GTM. Enggak dihubungkan dengan disuruh jalannya nyeker, enggak sih. Enggak dihubungkan dengan kayak gitu-gitu," Dokter Spesialis Anak, dr. Mira Dewita, Sp.A, pada HaiBunda, belum lama ini.

5. Mitos: Menu makan anak disesuaikan oleh orang tua

Faktanya: Sebuah penelitian menunjukkan bahwa selera makan orang tua turut mempengaruhi menu yang disajikan pada anak, Bunda. Padahal, belum tentu makanan kesukaan Bunda juga menjadi makanan kesukaannya.

Kalau terus dilakukan, anak bisa saja kehilangan nafsu makannya. Hasilnya, mereka akan menolak makan atau mogok.

"Sebaiknya, orang tua juga memahami selera makan anak ya. Bisa jadi, selera makan anak sangat berbeda dengan Ayah dan Bunda," kata dr Aryono.

Kesukaan makanan anak bukan dari perspektif orang tua. Baik orang tua, ataupun anak punya food preference sendiri. Jadi, belum tentu saat Bunda suka ayam goreng, Si Kecil akan menyukai makanan yang sama.


(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda