PARENTING
5 Contoh Khutbah Ramadan Menyentuh Hati untuk Ceramah Jumat di Sekolah
Hasna Fadhilah | HaiBunda
Jumat, 24 Mar 2023 07:00 WIBTidak lama lagi umat Islam akan menyambut bulan suci Ramadan 2023. Saat memasuki bulan Ramadan, biasanya Si Kecil akan diminta untuk membuat materi khutbah Ramadan untuk disampaikan di hadapan teman-temannya. Kegiatan ini tak semata-mata untuk mengenalkan ajaran Islam kepada Si Kecil, tetapi juga melatih kepercayaan diri mereka saat tampil di depan umum dan menyampaikan pendapatnya.
Khutbah Ramadan yang disampaikan pun bisa berupa materi sederhana seputar kewajiban berpuasa atau makna dari bulan Ramadan itu sendiri. Terpenting adalah anak-anak mampu memahami dengan baik kemuliaan di bulan Ramadan.
Berikut kumpulan khutbah Ramadan yang dapat Bunda jadikan inspirasi bersama Si Kecil dalam membuat materi ceramah untuk di sekolah. Simak selengkapnya berikut ini, ya, Bunda!
Materi khutbah tentang selamat datang Ramadan 2023
Contoh materi khutbah berikut yang membahas mengenai bulan Ramadan dan keutamaan di dalamnya dikutip dari buku Materi Khotbah Jumat Setahun, penerbit Al-Qalam (2005).
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kita banyak sekali nikmat sehingga kita dapat berkumpul di sini. Shalawat dan salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Hadirin salat Jumat rahimakumullah,
Tak terasa waktu begitu cepat, bulan suci Ramadan tahun ini kembali kita sambut. Tentu saja kita menyambut dan memasukinya dengan perasaan yang bahagia. Oleh karena itu, setiap kali Ramadan datang, sebagai seorang muslim kita harus memperlihatkan kegembiraan tersebut kepada Allah SWT dan juga sesama manusia.
Kegembiraan menyambut Ramadan ternyata memiliki keutamaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Salah satu bentuk kegembiraan yang dapat kita perlihatkan ketika memasuki bulan Ramadan adalah dengan mengucapkan kalimat Marhaban ya Ramadan atau selamat datang Ramadan.
Marhaban berasal dari kata rahb yang berarti ‘luas’ atau ‘lapang’. Hal ini berarti ketika kita menyambut Ramadan dengan mengucapkan Marhaban ya Ramadan maka kita benar-benar menyambut kedatangan Ramadan dengan hati yang lapang dan senang. Sehingga kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan tarbiyah atau didikan langsung dari Allah SWT, dalam mewujudkan kepribadian yang Islami.
Meski begitu, bergembira dalam menyambut Ramadan tidak cukup hanya diucapkan oleh lisan, namun kita perlu membuktikannya secara nyata. Sebagai tanda gembira, sebelum memasuki bulan Ramadan, kita sudah harus membersihkan jiwa dari noda dan dosa untuk memerangi hawa nafsu sehingga kita dapat mengendalikannya. Jika hal tersebut ditanamkan di dalam diri kita, niscaya kita tidak akan melewati begitu saja bulan Ramadan yang mulia.
Selain itu, Ramadan memiliki makna membakar atau mengasah. Ramadan disebut membakar karena pada bulan ini dosa-dosa umat muslim akan dibakar habis sebab kesadaran yang tinggi dan mendalam serta amal saleh yang banyak. Ramadan juga berarti mengasah karena pada bulan tersebut jiwa-jiwa manusia akan diasah kembali melalui ibadah-ibadah yang mulia sehingga tidak ada lagi kesombongan, hawa nafsu setan, mementingkan diri sendiri, dan sifat-sifat buruk lainnya.
Maka dari itu, bulan Ramadan sudah semestinya kita fungsikan sebagai bulan menabur kebaikan yang bermanfaat bagi umat manusia. Salah satu bukti nyata yang dapat dilakukan ialah menghidupkan bulan Ramadan dengan mengerjakan amal ibadah sebanyak-banyaknya. Sebelum itu, kita sudah harus benar-benar memahami bagaimana tata cara pelaksanaannya seperti syarat wajib dan syarat sah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan masih banyak lagi.
Jika bulan Ramadan telah kita persiapkan matang dengan jiwa yang gembira lantas kita melaksanakan berbagai ibadah serta aktivitas selama Ramadan dengan baik, niscaya kita akan meraih ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana yang tertulis dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yaitu:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dengan begitu, sudah sewajarnya jika setiap kali bulan Ramadan tiba, sebagai seorang muslim, kita menyambutnya dengan rasa senang sehingga ibadah yang akan kita jalani sebulan penuh tidak akan terasa berat.
Segala keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadan semoga dapat menjadi pengingat bagi kita bersama agar memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin untuk memperbanyak amal ibadah kepada Allah SWT. Semoga kita mampu menjadi umat-Nya yang beruntung dan dapat berkumpul di surga-Nya kelak. Amin ya rabbal ‘alamin.
Sekian khutbah Jum’at kali ini. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat untuk hadirin sekalian. Saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata dan perbuatan.
Saya akhiri, wassalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
Materi khutbah di bulan Ramadan tentang puasa
Khutbah yang membahas mengenai puasa di bulan Ramadan berikut dikutip dari buku 35 Khutbah Jumat Populer, penerbit Media Sinar Lima (2001).
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Puji dan syukur marilah kita sampaikan kepada Allah SWT, sehingga pada kesempatan Jumat kali ini kita dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu salat Jumat secara berjamaah di masjid. Salawat dan salam kita sampaikan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW juga segenap keluar dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir kali ini kelak di hari akhir akan mendapatkan syafaat dari beliau. Amin.
Mengawali khutbah singkat pada siang hari ini, kita akan melaksanakan ritual ibadah tahunan yang diwajibkan kepada setiap umat Islam yaitu puasa atau dalam bahasa Arab disebut ‘ashshiyam atau ashshaum’.
Kata ‘ashshiyam’ artinya menahan atau mencegah, sementara kata ‘ashshaum’ menurut syari’at Islam berarti menahan diri dari segala apapun yang dapat membatalkan puasa dari terbi fajar (subuh) sampai tenggelamnya matahari (maghrib) disertai dengan niat, syariat dan rukun tertentu.
Bila kita melihat puasa dari segi pengamalannya termasuk dalam ibadah yang paling berat ketimbang ibadah-ibadah wajib lainnya. Bayangkan selama satu bulan penuh secara terus menerus kita berpuasa dengan menahan rasa haus dan lapar. Ini bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan perjuangan dan menguras energi yang banyak. Pada kenyataannya pun tidak sedikit di antara kita mengaku Islam, namun tidak menjalankan ibadah puasa karena beratnya puasa itu dilakukan.
Hanya orang-orang yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi yang dapat melaksanakan ibadah puasa dengan baik. Itulah sebabnya Allah SWT menyampaikan melalui ayat Al-Qur’an pada surah Al-Baqarah ayat 183, bahwa kewajiban ibadah puasa itu bagai orang-orang yang memiliki rasa iman di dalam hatinya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Semua ibadah dalam agama Islam apapun bentuknya, mesti dilandasi dengan nilai iman sebagai pondasi demi suksesnya ibadah tersebut. Iman adalah suatu keyakinan di dalam hati bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada kita untuk beribadah selama hidup di dunia.
Di mana dengan ibadah inilah, manusia akan mulia dan mampu meraih posisi tertinggi yaitu menjadi manusia yang bertakwa. Inilah tujuan akhir mengapa setiap manusia diwajibkan beribadah. Jadi jangan bermimpi kita mampu memperoleh derajat taqwa bila ibadah saja kita tinggalkan selama hidup di dunia.
Kaum muslimin khutbah Jumat yang berbahagia, rahimakullah
Menyambut bulan suci Ramadan di tahun kita, maka kita perlu mempersiapkan diri dengan bekal iman dan ilmu yang cukup agar puasa yang akan kita lakukan nantinya memiliki dampak positif bagi peningkatan kualitas diri kita. Ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan agar puasa di tahun ini benar-benar berdampak positif:
- Berpuasalah benar-benar dengan niat karena Allah SWT, bukan karena hal lain
- Jagalah ucapan, pandangan dan pendengaran dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW
- Tetaplah bersemangat ketika menjalani tugas harian, baik kepada Alllah SWT (hablum minallah) dan kepada sesama manusia (hablum minannas)
- Isilah waktu luang dengan banyak bertadarus, zikir, dan hal-hal bermanfaat lainnya
- Berbagilah kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan
Demikianlah khutbah singkat pada siang hari ini, semoga hal-hal tersebut dapat kita amalkan demi meraih ibadah puasa yang terbaik di tahun ini. Semoga materi khutbah tadi dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Saya pamit undur diri, mohon maaf apabila ada salah kata dan perbuatan.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
Contoh khutbah Jumat tentang Puasa Membentuk Masyarakat Islam
Materi khutbah Jumat mengenai bagaimana ibadah puasa mampu membentuk masyarakat yang Islami berikut ini dikutip dari buku Materi Khotbah Jumat Setahun, penerbit Al-Qalam (2005).
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT sehingga pada kesempatan kali ini kita dapat dipertemukan dalam shalat Jumat berjamaah di masjid yang kita cintai ini. Selawat dan salam tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kelak di akhir kita mendapatkan syafaat dari beliau. Amin.
Kaum muslimin sidang Jumat yang berbahagia, rahimakumullah
Menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan dunia ini merupakan suatu keharusan yang mesti diupayakan oleh setiap muslim. Tegaknya nilai-nilai keislaman merupakan langkah awal terbentuknya manusia menjadi seorang muslim yang berkepribadian Islami. Dari pribadi Islami inilah kemudian diharapkan lahirnya sebuah keluarga yang Islami pula, sehingga cepat atau lambat akan terwujud masyarakat yang Islami.
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadis disebutkan bahwa puasa memiliki pengaruh yang sangat positif bagi perkembangan pembentukan karakter pribadi yang Islami. Hal ini dikarenakan ada beberapa fungsi ibadah puasa yang berkaitan dengan masalah tersebut. Setidaknya ada 6 fungsi utama puasa dalam bentukan karakter sebuah masyarakat:
- Puasa berfungsi sebagai pakaian takwa, sehingga orang yang berpuasa biasanya akan berhati-hati dan penuh pertimbangan bila hendak melakukan sesuatu. Pertimbangan tersebut maksudnya apakah hal yang dikerjakan tersebut bertentangan atau tidak dengan kehendak Allah SWT dan Rasul-Nya.
- Puasa berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan manusia berbuat kejahatan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyebut puasa sebagai junnah (perisai) yang membentengi dan melindungi manusia dari kemungkinan melakukan hal-hal yang tidak benar, apalagi setiap muslim yang berpuasa harus mampu mengendalikan dirinya. Hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi menyebutkan, Nabi Muhammad SAW bersabda “Puasa itu benteng. Bila seseorang di antara kamu berpuasa, hendaklah ia tidak berkata kotor dan berlaku jahil. Bila ada seseorang memaki dengan kata-kata kasar dan hendak mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’”
- Ibadah puasa dalam kaitannya pembentukan masyarakat Islami adalah tradisi taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah SWT), karena dengan puasa seorang muslim dididik untuk selalu merasa dekat dengan Allah SWT. Ketika perasaan ini tumbuh niscaya tidak akan ia berani menyimpang dari jalan Allah SWT. Bentuk-bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT misalnya tarawih dan witir, i’tikaf di masjid, dan masih banyak lagi.
- Ibadah Ramadan adalah sebagai pendidik keikhlasan seorang muslim dalam mengabdi kepada Allah SWT. Hal ini dikarenakan, pada dasarnya seseorang bisa saja tidak berpuasa meskipun ia mengaku berpuasa atau kelihatannya seperti orang yang sedang berpuasa. Oleh karena itu, Allah kemudian menyatakan bahwa puasa itu untuk-Ku sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap amal bani Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, ‘kecuali berpuasa, puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim)
- Puasa mendidik seorang muslim untuk disiplin dalam menjalankan ajaran Islam. Hal ini terkandung dalam ibadah puasa yang meskipun seorang muslim telah begitu lapar dan haus, ia tidak akan makan dan minum sebelum waktunya berbuka. Atau ketika sedang asyik makan dan minum sahur, lalu sampai waktu fajar, meskipun makan dan minumnya belum selesai, maka ia segera menghentikannya. Inilah yang disebut disiplin. Dari hal-hal tersebut artinya ibadah Ramadan begitu besar perannya dalam mendidik kita sebagai muslim untuk menjalankan ajaran Islam.
- Ibadah Ramadan berfungsi sebagai pengukuh hubungan dengan sesama muslim. Hal ini kita rasakan dengan lebih banyaknya kita bertemu di masjid atau di berbagai acara dengan sesama kaum muslimin. Lebih dari itu, bahkan kesadaran berukhuwah ini diperkukuh lagi dengan menunaikan kewajiban zakat serta pada saat hari raya Idul Fitri di mana kita akan berkumpul dari seluruh lapisan masyarakat sebagai lambang dari persatuan dan ukhuwah yang kukuh.
Dengan demikian, amat terasa bahwa ibadah Ramadan dari tahun ke tahun memberikan arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan masyarakat yang Islami, yaitu masyarakat yang disiplin dan sunguh-sungguh dalam menyebarkan dan menegakkan ajaran Islam di muka bumi. Semoga khutbah Jumat pada siang hari ini yang singkat dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
Ceramah Jumat di Bulan Ramadan 1444 H tentang Sehat Jasmani dan Rohani saat Puasa
Materi ceramah Jumat tentang manfaat puasa di bulan Ramadan untuk kesehatan jasmani dan rohani berikut dikutip dari buku Khutbah Jumat Sejuta Umat, penerbit Pustaka Media (2018).
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Hadirin khutbah Jum’at rahimakumullah
Pada kesempatan yang penuh rahmat kali ini, saya mengajak kita sekalian untuk sama-sama mensyukuri nikmat dan hidayah yang melimpah dari Allah SWT dimana kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperbanyak ibadah di bulan Ramadan ini.
Salah satu ibadah yang sarat dengan kebaikan dan kemaslahatannya adalah shaum atau puasa. Kemaslahatan puasa ini tidak terbatas hanya pada waktu dan tempat, melainkan berlaku sepanjang zaman. Karenanya, Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk berpuasa sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ketakwaan merupakan target utama dari ibadah puasa, karena takwa adalah induk dari segala bentuk kebaikan. Pertanyaan, kebaikan-kebaikan apa sajakah yang mungkin di raih saat bulan puasa Ramadan? Ada beberapa kebaikan yang bisa kita dapatkan, di antaranya:
- Keikhlasan. Puasa mendidik keikhlasan, kebersihan, dan ketulusan niat dalam beribadah. Hal ini dapat kita lihat pelaksanaannya, ia termasuk ibadah sirri (rahasia) hanya dirinya dan Allah SWT yang tahu ia puasa atu tidak. Perkara ini sangat penting, karena merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah oleh Allah SWT. Bila dilihat dari arti bahasanya, puasa artinya menahan, meninggalkan dan tidak melakukan sesuatu, maka salah satu cirinya adalah kerahasiaan. Ibadah rahasia itu lebih dekat kepada keikhlasan, sebagai dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman “Dia meninggalkan makannya, minumnya, dan nafsunya demi Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah)
- Muraqabah. Puasa mendidik sikap merasa diawasi dan dilihat oleh Allah SWT. Mungkin saja seseorang menyendiri di tempat yang sepi lalu ia akan makan atau minum tanpa seorang pun mengawasi dan mengetahui, akan tetapi hal itu tidak ia lakukan karena ia merasa diawasi oleh Allah SWT. Begitu pula dengan perbuatan maksiat. Sikap seperti ini, seharusnya dimiliki oleh setiap muslim yang beriman, karena kepatuhan terhadap perintah atau menghindari larangan Allah SWT sebenarnya bukan didasari oleh rasa takut, tetapi karena kesadaran. Puasa mendidiknya bahwa Allah SWT akan selalu mengawasi dan melihatnya.
- Kesabaran. Puasa mendidik seseorang untuk sabar dan menahan diri. Sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, ia harus menahan semua keinginan lahir maupun batin, dan hal ini cukup memberatkan, akan tetapi demi tujuan mulia semua itu tetap dilakukan. Dengan meninggalkan perkara-perkara yang pada dasarnya dibolehkan, kita dididik untuk bisa meninggalkan perkara-perkara yang tidak dibolehkan, maka beruntunglah seseorang yang berpuasa dan memahami hal ini. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa “Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya dari makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah)
- Kepekaan sosial. Puasa akan menumbuhkan rasa kepekaan sosial. Rasa lapar dan haus mengingatkan orang yang berpuasa kepada saudara-saudaranya yang hidup dalam kemiskinan, yang tidak mampu mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Jika kepekaan dalam dirinya bertumbuh, maka ketika ia memiliki kelebihan rezeki, niscaya ia akan menyisihkannya untuk orang yang membutuhkan. Pada hal inilah Islam mengajarkan kebersamaan, karena hidup tidak hanya berdampingan tetapi harus saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.
- Kesehatan. Meskipun saat berpuasa harus menahan diri dari lapar dan haus ternyata puasa memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Misalnya dengan berpuasa dapat membantu mengontrol kadar gula dalam darah hingga meningkatkan kesehatan jantung. Secara psikologis, puasa juga ternyata mampu mengubah pikiran menjadi tenang, damai, bahagia dan mengurangi rasa takut dan agresif sehingga menurunkan tingkat kecemasan dan depresi.
Maka dari itu, puasa bukan hanya sekadar ibadah dan kewajiban kepada Allah SWT semata melainkan terdapat banyak manfaat di baliknya yang mungkin tidak disadari oleh sebagian umat Islam. Mulai dari sekarang penting bagi kita untuk memahami lebih mendalam esensi dari kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan.
Demikianlah khutbah sidang Jumat di siang hari ini, semoga apa yang saya sampaikan dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Mohon maaf apabila ada salah kata dan perbuatan. Semoga kita menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang beruntung dan dilimpahi banyak berkah dari Allah SWT selama bulan Ramadan ini.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
Contoh materi dakwah Jumat di minggu pertama tentang Hakikat Bulan Ramadan
Materi khutbah Jumat mengenai hakikat bulan Ramadan berikut ini dikutip dari buku Materi Khotbah Jumat Setahun, penerbit Al-Qalam (2005).
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah
Pemahaman yang utuh terhadap hakikat bulan Ramadan merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, setiap muslim harus memahami apa hakikat bulan Ramadan tersebut. Itu pulalah sebabnya mengapa seorang muslim tidak pantas menyebut Ramadan hanya sebagai bulan bonus pahala atau bulan penebus dosa.
Pemahaman yang seperti ini menjadikan seorang muslim salah paham terhadap bulan Ramadan. Mereka mengira mereka harus mencari pahala sebanyak mungkin lalu dapat kembali berbuat maksiat setelah bulan Ramadan berakhir karena mereka yakin bahwa dosa-dosa yang lama telah dibakar habis.
Pemahaman bahwa Ramadan sebagai bulan bonus pahala dan pembakar dosa tidaklah salah, tetapi seorang muslim tidak boleh memahami bahwa pahala didapat, dosa dihapuskan sehingga seenaknya melakukan kemaksiatan lagi. Ia justru harus membuktikan dirinya sebagai orang yang lebih berhati-hati karena tidak ingin melakukan kesalahan kembali.
Kaitannya dalam hal ini, perlu dipahami mengenai penamaan yang diberikan kepada bulan Ramadan untuk menggambarkan hakikat kandungan di dalamnya. Setidaknya ada 6 sebutan yang diberikan kepada bulan Ramadan, yaitu:
- Syahrut tarbiyyah atau bulan pendidikan. Sebutan ini menggambarkan bahwa pada bulan Ramadan, kaum muslimin dididik secara langsung oleh Allah SWT. Hal tersebut harus dibuktikan keberhasilannya dengan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berkualitas secara Islami. Bila tidak, bisa jadi ibadah Ramadan kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja.
- Syahrul ibadah atau bulan ibadah. Penamaan ini menekankan pada aktivitas ibadah yang bersifat ritual yang harus kita tingkatkan pada bulan Ramadan. Dengan peningkatan ibadah berarti meningkat pula semangat pencegahan diri kita terhadap kemungkaran dan kemaksiatan. Selepas Ramadan diharapkan tingkat kedisiplinan kita dalam menjalankan ketentuan Allah SWT semakin baik dan meninggalkan larangan-Nya.
- Syahrul Qur’an. Bulan Ramadan adalah ketika pertama kalinya Allah SWT menurunkan Al-Qur’an. Hal itu berarti bahwa selama bulan Ramadan, setiap muslim harus lebih mendekatkan dirinya kepada Al-Qur’an baik dengan membaca, memahami ataupun mengamalkannya. Dengan datangnya bulan Ramadan, Allah SWT mengingatkan kita akan sejauh mana interaksi kita terhadap Al-Qur;an. Bisa seorang muslim mendekatkan diri kepada Al-Qur’an, niscaya Al-Qur’an akan difungsikan sebagai petunjuk hidup dan pembeda antara yang hak dan yang batil.
- Syahrud Dakwah atau bulan dakwah. Sebutan ini diberikan karena pada bulan Ramadan biasanya kegiatan dakwah akan meningkat baik di rumah, masjid, musala, perkantoran, hingga dakwah di televisi dan media sosial. Oleh karena itu, bulan Ramadan hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan gairah aktivitas dakwa yang pada bulan-bulan lain kadang kala mengalami kelesuan. Gairah dakwah harus terus kita tingkatkan karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
- Syahrul Jamaah atau bulan jamaah. Pada bulan Ramadan kesenjangan hubungan antara sesama muslim dapat dijembatani dengan seringnya kita berkumpul di masjid atau musala. Tidak hanya itu, dengan berpuasa, kita turun merasakan haus dan lapar sehingga kita dapat membayangkan bagaimana menderitanya orang yang mengalami kekurangan materi. Berawal dari sana, rasa persaudaraan kita teruji. Selanjutkan merupakan keharusan kita untuk saling menolong kepada orang lain yang disimbolkan dengan menunaikan zakat.
- Syahrul Infaq. Penamaan tersebut karena pada bulan Ramadan ini kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan tidak segan-segan menginfakkan sebagian harta untuk membantu sesama kaum muslimin. Ramadan sebagai syahrul infaq berarti mendidik kaum muslimin untuk menumbuhkan kembali ruhul infaq (jiwa berinfak) dengan harta. Insya Allah dengan berinfak, persoalan-persoalan kaum muslim yang berkaitan dengan dana tidak lagi menjadi persoalan berat.
Maka ketika kita memasuki bulan Ramadan di tahun ini, jangan sampai kita melewatkannya begitu saja tanpa peningkatan kualitas diri. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk memanfaatkan Ramadan sebagaimana sebutan-sebutan yang diberikan kepadanya.
Demikianlah khutbah Jumat yang singkat pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Saya akhiri, wassalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.
Itulah beberapa contoh materi khutbah Ramadan yang dikutip dari berbagai sumber. Semoga dapat menjadi inspirasi Bunda dan Si Kecil dalam menyusun materi ceramah khutbah Ramadan ya!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak penjelasan mengenai pondok Ramadan dalam video di bawah ini: