
parenting
Mengenal Kekerasan Emosional pada Anak, Tak Disadari Dilakukan Orang Tua
HaiBunda
Senin, 17 Apr 2023 20:25 WIB

Kekerasan emosional sering juga disebut sebagai kekerasan psikologis. Ini pola perilaku yang merusak harga diri seorang anak dan berdampak negatif pada perkembangan emosionalnya.
Selain menahan cinta dan dukungan, kekerasan emosional pada anak secara emosional juga dapat berupa menolak, mengkritik, mengancam, merendahkan, dan mencaci anak. Pelakunya juga mungkin mempermalukan anak, terlibat dalam penyebutan nama yang tidak menyenangkan dan menghina mereka.
Kekerasan emosional dapat terjadi bersamaan dengan kekerasan fisik, kekerasan seksual, atau pengabaian dan merupakan salah satu bentuk kekerasan yang paling sulit dikenali. Seringkali, itu halus dan berbahaya, perlahan-lahan menggerogoti harga diri dan rasa aman yang dimiliki anak.
Seperti bentuk kekerasan lainnya, kekerasan emosional pada anak adalah tentang kekuasaan dan kontrol. Pelaku memanipulasi dan mengendalikan anak dengan menggunakan kata-kata dan tindakan yang menyakitkan dan merusak secara emosional.
Mengalami kekerasan emosional dikaitkan dengan efek jangka panjang yang menghancurkan. Hal ini termasuk peningkatan tingkat penyakit dan gangguan kesehatan mental.
Pada 2017, terdapat 2,3 persen anak-anak di Amerika Serikat mengalami penganiayaan psikologis atau emosional, menurut laporan yang disiapkan oleh Administrasi Anak, Remaja, dan Keluarga. Demikian seperti dilansir laman Verywell Family.
Pihak berwenang dapat mengkonfirmasi kasus penganiayaan, termasuk kekerasan emosional dan jenis kekerasan lainnya terjadi pada 1 dari 8 anak atau 12,5 persen selama masa hidup mereka. Namun, banyak kasus yang tidak pernah dilaporkan. Peneliti memperkirakan bahwa 40 persen anak mengalami penganiayaan sejak masa kecil.
Tanda-tanda kekerasan emosional pada anak
Kekerasan emosional bisa lebih sulit dideteksi daripada bentuk kekerasan anak lainnya. Biasanya, itu terjadi di dalam rumah seorang anak, seringkali tanpa saksi dari luar. Terkadang, perilaku anak adalah satu-satunya hal yang menunjukkan bahwa ada masalah.
Berikut adalah perilaku yang bisa menjadi tanda-tanda seorang anak mengalami kekerasan emosional dilansir dari Healthline:
- Takut pada orang tua.
- Mengatakan mereka membenci orang tua.
- Berbicara buruk tentang diri mereka sendiri, misal, "saya bodoh".
- Tampak tidak dewasa secara emosional jika dibandingkan dengan teman sebayanya.
- Menunjukkan perubahan bicara yang tiba-tiba, seperti gagap.
- Mengalami perubahan perilaku yang tiba-tiba, seperti berprestasi buruk di sekolah.
Jika di atas adalah perilaku yang tampak pada anak, berikut ini adalah tanda-tanda yang tampak pada orang tua atau pengasuh yang merupakan pelaku kekerasan emosional pada anak itu:
- Menunjukkan sedikit atau tidak ada rasa hormat untuk anak.
- Berbicara buruk tentang anak.
- Tidak menyentuh atau menggendong anak dengan penuh kasih sayang.
- Tidak merawat kebutuhan medis anak.
Jika Bunda yakin atau menemukan seorang anak dilecehkan secara emosional, jangan langsung menganggap bahwa pelecehan atau kekerasan tersebut dilakukan oleh orang tua anak tersebut. Perhatikan juga ada penyebab lain dari perubahan perilaku anak.
![]() |
Jenis kekerasan emosional pada anak
Kekerasan emosional terhadap anak dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Di satu ujung spektrum yang paling sering tidak disadari adalah penghinaan atau kata-kata atau tindakan yang meremehkan, sementara ujung lainnya bisa berupa ketidakpedulian dan pengabaian total. Pengasuh yang kasar secara emosional sering menggunakan kata-kata dan tindakan yang kasar pula.
Ketika orang tua atau pengasuh tidak menunjukkan kasih sayang kepada anak atau gagal membuat mereka merasa diinginkan, aman, dan berharga, tindakan ini mengakibatkan kehilangan emosi. Orang yang melakukan kekerasan juga mungkin menahan kasih sayang fisik atau sentuhan penuh kasih, yang keduanya sangat penting bagi perkembangan emosi anak dan perasaan aman dan memiliki.
Setiap orang dalam kehidupan seorang anak dapat berpotensi melakukan kekerasan emosional dan pelecehan tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Contoh pelecehan emosional termasuk:
- pengasuh bayi yang terus-menerus berteriak pada anak-anak dan membuat ancaman, paparan kekerasan dalam rumah tangga di rumah.
- Orang tua sambung yang mengatakan bahwa mereka berharap seorang anak tidak ada.
- Seorang guru yang mengolok-olok seorang anak di depan kelas atau orang tua dengan gangguan penggunaan alkohol yang marah ketika mereka minum.
Lalu apa dampak kekerasan emosional pada anak di masa depan? Baca di halaman selanjutnya ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak juga video dampak psikologis anak yang jauh dari orang tua berikut ini:
APA SAJA EFEK JANGKA PANJANG KEKERASAN EMOSIONAL PADA ANAK?
Ilustrasi Mengenal Kekerasan Emosional pada Anak, Tak Disadari Dilakukan Orang Tua. Foto: Getty Images/iStockphoto/globalmoments
Efek jangka panjang kekerasan emosional pada anak
Kekerasan emosional memiliki dampak yang krusial pada hidup seorang anak. Trauma yang diterima berlaku jangka panjang, bahkan mungkin seumur hidup anak tersebut.Â
Mengutip dari Verywell Family, para ahli menggunakan skala peringkat yang disebut Adverse Childhood Experiences (ACE) untuk mengkategorikan dan mengukur dampak pelecehan anak dan trauma lainnya. Dalam sistem ini, skor yang lebih tinggi berarti lebih banyak paparan terhadap kekerasan dan trauma.
Penelitian menunjukkan bahwa skor ACE yang lebih tinggi terkait dengan risiko dampak kesehatan fisik dan mental yang merugikan serta masalah perilaku yang lebih besar di kemudian hari.
Konsekuensi dari pelecehan anak dalam bentuk apa pun bisa parah dan seringkali bertahan hingga dewasa. Seorang anak sering percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas pelecehan tersebut dan itu berarti mereka tidak dicintai, tidak dapat dicintai, dan tidak diinginkan.
Pelecehan emosional anak terkait dengan perkembangan mental yang buruk dan kesulitan membuat dan menjaga hubungan yang kuat. Ini dapat menyebabkan masalah di sekolah dan tempat kerjanya.
Dilansir laman Healthline, kekerasan akan selalu menjadi siklus jika tidak dihentikan. Anak-anak yang dilecehkan secara emosional atau fisik dan tidak mencari bantuan dapat menjadi pelaku sendiri saat dewasa.
Apa yang harus dilakukan jika merasa menjadi pelaku kekerasan emosional pada anak?
Bahkan orang tua terbaik pun mungkin pernah membentak anak-anak mereka atau menggunakan kata-kata marah pada saat stres. Itu belum tentu kasar. Namun, Bunda harus mempertimbangkan untuk memanggil seorang konselor jika merasa perilaku Bunda mulai mengkhawatirkan.
Mengasuh anak memanglah tanggung jawab yang sangat berat yang tidak mudah dilakukan. Carilah bantuan professional untuk memeriksakan dan bercerita seputar keluhan Bunda mengasuh Si Kecil.
Jika memiliki kebiasaan yang berpotensi menyebabkan perilaku yang tidak menyenangkan pada anak, mulai dari diri sendiri, ubah dari sekarang ya, Bunda.
Mungkinkah anak yang menjadi korban kekerasan emosional bisa sembuh?
Luka dan trauma memang membekas lama, terutama pada anak. Namun, bukan tidak mungkin seorang anak yang telah menjadi korban kekerasan emosional untuk dapat pulih.
Mencari bantuan dan dukungan psikologis untuk korban anak adalah langkah pertama dan yang terpenting untuk anak penyintas kekerasan emosional agar dapat pulih. Hal ini tentu tidak berjalan semudah itu.
Dalam perjalanannya, membutuhkan waktu yang lama dan sulit bagi si anak untuk berdamai dengan masa lalu bahkan pelaku kekerasannya. Namun, menuju pulih bukanlah hal yang mustahil, Bunda.
Upaya selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan mendapatkan bantuan psikologis yang sama bagi pelaku dan anggota keluarga lainnya. Jika Bunda melihat kekerasan pada anak, Bunda bisa segera melapor pada Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada nomor telepon pengaduan (021) 31901556 atau WhatsApp pengaduan 08111772273.
Itulah Bunda seputar kekerasan emosional dan psikologis pada anak yang mungkin terkadang terlihat remeh padahal sebenarnya memiliki dampak yang sangat besar pada kehidupan seorang anak.
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Miris Anak 6 Th Dipaksa Lari di Treadmill oleh Ayahnya, Dianggap Kegemukan Berujung Tewas

Parenting
YouTuber Parenting Ruby Franke Mengaku Bersalah Atas Tuduhan Kekerasan pada Anak

Parenting
Kekerasan pada Anak Meningkat di Masa Pandemi, Ketahui Dampak Negatifnya

Parenting
Jarang Disadari Orang Tua, Begini Bentuk dan Tanda Kekerasan pada Anak

Parenting
Ajari Anak Bersyukur agar Masa Depannya Lebih Bahagia


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda