parenting

10 Penyakit Kekurangan Protein pada Anak dan Cara Mengatasinya

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 27 Apr 2023 20:10 WIB

Protein adalah salah satu nutrisi penting dalam pertumbuhan anak. Protein merupakan blok pembangun otot, kulit, enzim, dan hormon, dan itu memainkan peran penting dalam semua jaringan tubuh. Sebagian besar makanan mengandung beberapa protein. 

Namun, ada 10 penyakit yang berkaitan dengan kekurangan protein pada anak. Apa saja daftarnya? Simak yuk bagaimana cara mengatasinya.

Sebagian besar rekomendasi konsumsi protein berkisar 1-1,5 gram per kilogram berat badan untuk bayi atau sekitar 11 gram per hari untuk anak usia 7-12 bulan. Misalnya, rata-rata anak dengan berat 20 pon atau 9,1 kg membutuhkan sekitar 9-14 gram protein per hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lalu, untuk anak 1 - 3 tahun memerlukan 13 gram protein sehari. Anak usia 4 - 8 tahun memerlukan 19 gram sehari. Anak usia 9 -13 tahun 34 gram sehari. Remaja laki-laki 14 - 18 tahun 52 gram, sedangkan perempuan 46 gram.

Sayangnya, tak semua anak berkesempatan untuk mendapatkan makanan bergizi. Mereka yang tinggal di negara berkembang berisiko mengalami kekurangan protein.

Mengutip Verywell Fit, kekurangan protein, atau hipoproteinemia, terjadi ketika anak memiliki kadar protein yang rendah dalam darah, yang dapat terjadi jika anak tidak memiliki cukup protein dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh anak.

Kekurangan protein dapat muncul secara berbeda pada bayi dan anak-anak. Sebagai contoh, satu penelitian menemukan bahwa seorang anak memiliki rambut berwarna keperakan dan bercak kulit yang lebih terang sebagai akibat dari defisiensi protein yang disebabkan oleh penyakit. Bayi prematur yang lahir dengan hipoproteinemia juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami cedera neurologis parah dan kematian.

Penyakit Akibat Kekurangan Protein

Perlu Bunda ketahui, bahwa kekurangan protein membuat anak berisiko mengalami beberapa penyakit. Berikut penyakit yang diakibatkan kekurangan protein:

1. Marasmus

Dilansir Livestrong, marasmus adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan kalori yang parah yang menyerang bayi dan anak kecil, seringkali mengakibatkan penurunan berat badan dan dehidrasi. Marasmus dapat berkembang menjadi kelaparan dan menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi penting. Orang dengan marasmus tampak kurus dengan sedikit jaringan otot.

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein yang parah pada makanan, yang kebanyakan mengandung kalori dari karbohidrat seperti ubi, nasi dan pisang. Biasanya menyerang anak yang lebih besar.

Orang dengan kwashiorkor tampak bengkak di daerah perut akibat retensi cairan, menurut University of Maryland Medical Center. Gejala umum marasmus dan kwashiorkor meliputi kelelahan, lekas marah, diare, pertumbuhan terhambat dan gangguan kognisi dan kesehatan mental.

3. Kekurangan Protein C dan Protein S

Kekurangan protein C dan protein S adalah kondisi bawaan yang menyebabkan pembekuan darah yang tidak normal, menurut Medline Plus. Kekurangan protein C terjadi pada sekitar 1 dari 300 orang.

Kekurangan protein S mempengaruhi 1 dari 20.000 orang. Gejala kekurangan ini termasuk kemerahan, nyeri, nyeri atau bengkak di daerah yang terkena.

Orang dengan kekurangan protein ini perlu berhati-hati dengan aktivitas yang meningkatkan risiko penggumpalan darah, seperti duduk terlalu lama, terlalu lama berbaring, dan perjalanan lama dengan mobil dan pesawat terbang. Penelitian oleh A. Hooda yang diterbitkan dalam Annals of Indian Academy of Neurology pada tahun 2009 menemukan bahwa kekurangan protein S menyebabkan stroke iskemik.

4. Cachexia

Cachexia adalah suatu kondisi yang melibatkan kekurangan protein, penipisan otot rangka dan peningkatan laju degradasi protein, menurut penelitian oleh D.P. Kotler diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine pada tahun 2000. Cachexia menyebabkan penurunan berat badan dan kematian dan berhubungan dengan kanker, AIDS, gagal ginjal kronis, penyakit panas, penyakit paru obstruktif kronik dan rheumatoid arthritis.

5. Edema

Tidak mendapatkan cukup protein dapat menyebabkan edema (pemeliharaan cairan). Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan di berbagai zona tubuh, misalnya kaki, tangan dan perut. Selain pembengkakan, edema juga dapat menyebabkan nyeri pada anggota tubuh, kulit bernoda, hipertensi, dan persendian yang kuat.

6. Kegagalan Organ

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan berbagai fungsi tubuh. Kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh. Salah satunya pemborosan dan penyusutan jaringan otot. Ketika anak tidak mendapatkan cukup protein dalam makanan, tubuh Anda mulai mengambilnya dari tempat lain. Salah satu sumber utama protein adalah otot. Jika tubuh mengambil protein dari otot, itu membuatnya menyusut dan menyusut.

7. Sistem Kekebalan Tubuh Lemah

Protein adalah dasar untuk pembuatan antibodi yang merupakan bagian penting dari kerangka kerja yang aman. Jika anak kekurangan protein, tubuh anak tidak akan mampu memproduksi antibodi ini. Ini membuat anak lebih tidak berdaya terhadap penyakit karena tubuh akan bertempur melawan kuman penyebab penyakit.

8. Gangguan Kesehatan Mental

Kekurangan protein jangka panjang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis anak dengan berbagai cara. Itu dapat memicu gangguan mental (terutama pada anak muda) dan selanjutnya menimbulkan ketegangan, kesuraman, kesedihan dan kekesalan.

9. Patah Tulang dan Osteoporosis

Tanda kekurangan protein lainnya adalah dapat mengurangi kepadatan tulang. Asupan protein yang buruk dapat menyebabkan tulang menjadi lebih lemah dan lebih rentan terhadap kerusakan dan patah tulang. Anak yang mengonsumsi makanan yang kekurangan protein berisiko tinggi mengalami patah tulang, nyeri sendi, dan penyakit terkait tulang lainnya seperti osteoporosis. Mengonsumsi protein dalam jumlah yang tepat membantu menjaga kepadatan dan kekuatan tulang tetap utuh.

10. Masalah Ginjal dan Jantung

Kekurangan protein dalam makanan memengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh. Ini termasuk ginjal juga, Bunda. Organ juga membutuhkan protein yang cukup untuk berfungsi optimal. Jika tidak, dapat menyebabkan Penyakit Kekurangan Protein yakni gangguan fungsi ginjal dan penyakit ginjal kronis.

Kekurangan protein dalam tubuh juga bertanggung jawab menyebabkan penyakit jantung. Diet rendah protein membatasi perkembangan hipertrofi dan berisiko menyebabkan gagal jantung. Konsumsi rendah nutrisi ini dalam waktu lama dapat menyebabkan pembekuan darah yang tidak normal. Orang tersebut berisiko mengalami trombosis vena dalam di vena ekstremitas dalam tubuh. Asupan protein yang rendah juga dapat menyebabkan detak jantung yang rendah.

Cara Mengatasi

Jika anak kekurangan protein, dokter mungkin menyarankan untuk meningkatkan asupan makanan yang mengandung protein, seperti:

  • Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti almond, pistachio, kacang mete, dan biji rami
  • Legum, seperti lentil dan kacang-kacangan
  • Telur
  • Makanan laut, seperti ikan atau udang
  • Biji-bijian utuh seperti quinoa
  • Unggas, seperti ayam atau kalkun
  • Produk olahan susu, seperti yogurt atau keju

Semoga informasinya membantu anak-anak tetap sehat dan tak kekurangan protein ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Simak informasi mengenai nutrisi penting untuk anak dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT