Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Batasan Screen Time pada Anak Balita Menurut IDAI, Jangan Berlebihan Bun!

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Minggu, 03 Sep 2023 16:15 WIB

Ilustrasi Anak Screentime
Ilustrasi Anak Screentime/Foto: iStock

Anak-anak yang masih berusia di bawah 2 tahun tidak direkomendasikan untuk melakukan screen time dan menggunakan gadget. Namun, adakah kondisi di mana anak di bawah 2 tahun diperbolehkan menggunakan gadget?

Pola pengasuh saat ini sudah terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan tidak dapat terhindari. Meski begitu, screen time pada anak perlu diperhatikan batas waktu penggunaannya. Seperti yang Bunda dan Ayah ketahui, terlalu banyak screen time memberikan dampak buruk bagi tumbung kembang Si Kecil.

"Salah satu efek penggunaan layar pada anak adalah perkembangan kognitifnya. Ada penurunan kemampuan pada pemecahan masalah pada anak. Kemampuan kognitif biasanya diperoleh dari pengalaman dunia nyata," ungkap Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), dalam webinar 'Urgensi Regulasi Screen Time untuk Keseimbangan Tumbuh Kembang Anak', Rabu (30/8/2023).

Usia berapa anak diperbolehkan screen time?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, anak di bawah usia 2 tahun sangat tidak direkomendasikan untuk terpapar gadget, Bunda. Sementara itu, anak yang berusia 2 hingga 5 tahun batasan untuk screen time yang tidak lebih dari 1 jam.

Prof. DR Dr Ahmad Suryawan, SpA(K) selaku Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial IDAI, menjelaskan bahwa saat anak berusia usia 2 tahun, volume otak anak sudah 80 persen. Sehingga, mereka hanya perlu menambah 20 persen.

"Batas 2 tahun itu (perkembangan) otak anak begitu pesatnya, periode kritis ada di sini. Di umur 2 tahun, volume otaknya sudah 80 persen sehingga otak yang normal di 2 tahun itu mudah normal selamanya karena hanya nambah 20 persen," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Sementara itu, anak di bawah 2 tahun masih memiliki kondisi otak yang belum matang. Mereka belum bisa mengenal simbol, menyimpan memori, dan memerhatikan atensi dengan baik.

"Sehingga karakteristik otak di bawah 2 tahun itu masih immature untuk mengenal berbagai simbol, masih immature untuk menyimpan memori, masih immature untuk memerhatikan atensi. Itu otak bayi dan anak di bawah 2 tahun, karakteristiknya seperti itu," ujar dokter yang akrab disapa dr. Wawan ini.

"Sehingga otak bayi dan anak di bawah 2 tahun mempunyai keterbatasan untuk mentransfer pengetahuan dalam bentuk 3 dimensi," sambungnya.

Batasan screen time pada anak

Dokter Wawan menjelaskan anak yang masih di bawah 2 tahun diperbolehkan terpapar layar ketika melakukan video chat. Keterlibatan ini ternyata bisa menambah kemampuan belajar anak dalam mengenal kata-kata baru.

"Penggunaan media video chat, media interaktif untuk berkomunikasi dengan keluarga yang berjauhan lokasi. Bapaknya di Jakarta, mungkin anaknya di Medan. Buktinya apa? Keterlibatan bayi dan anak di bawah usia 2 tahun dengan aktivitas video chat, itu ternyata kalau berusia 24 bulan ke bawah, itu ada gunanya," tuturnya.

"Bisa menambah kemampuan belajar berbagai kata-kata baru dari aktivitas live video chatting. Video chatting lho sekali lagi, jangan keliru," sambung dr. Wawan.

Kegiatan live video chatting yang didampingi mampu menambah wawasan anak jika dilakukan secara interaktif. Jadi, jangan tinggalkan Si Kecil dengan ponsel tanpa dampingan ya, Bunda.

"Live video chatting yang didampingi karena mampu menambah berbagai kata-kata baru bila dilakukan secara interaktif bersama orang tua. Bukan bayi di bawah 2 tahun dikasih HP, terus ditinggal. Itu ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerti terhadap apa yang mereka lihat, karena didampingi. Jadi interaktif live video chat itu dibolehkan untuk anak di bawah 2 tahun," ucapnya.

Lantas, seperti apa dampak anak yang terlalu banyak melakukan screen time? Simak penjelasan dr. Wawan pada laman berikutnya ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


OBESITAS HINGGA PERKEMBANGAN ANAK TERHAMBAT

Ilustrasi Anak Screentime

Ilustrasi Anak Screentime/Foto: iStock

Dampak screen time pada anak

Dokter Wawan mengungkapkan beberapa dampak screen time pada anak. Kalau penasaran, berikut ini deretannya:

1. Obesitas

Anak yang melakukan screen time secara berlebihan berhubungan erat dengan peningkatan indeks masa tubuh, Bunda. Hal ini juga berkaitan dengan peningkatan berat badan anak di usia selanjutnya.

Dokter Wawan mengungkapkan penelitian menyebut durasi screen time 2 jam masih menyebabkan anak mengalami obesitas. Terlebih jika anak melakukan screen time sambil makan.

"Ketika menggunakan durasi dua jam screen time-nya, ternyata masih ada peningkatan obesitas. Ini pengaruhnya signifikan kalau ada paparan iklan makanan. Ditambah screen time saat anak makan. Screen time saat makan itu faktor tidak langsung anak terpicu obesitas. Jadi hati-hati," ujarnya.

Banner ISPA pada Anak

2. Pola dan kualitas tidur menurun

Anak-anak usia 3-5 tahun yang menggunakan media berbasis layar memiliki kualitas tidur yang menurun dibandingkan anak yang tidak screen time, Bunda. Bisa jadi hal ini karena anak terpengaruh konten atau adanya pengaruh dari cahaya biru.

"Karena pengaruh konten materi dalam media tersebut. Mungkin karena saking senangnya dia enggak tidur-tidur. Yang kedua yang kita tidak pernah tahu adalah adanya supresi dari adanya hormon melatonin di dalam tubuhnya anak oleh emisi cahaya biru," imbuhnya.

3. Perkembangan anak terhambat

Dokter Wawan mengungkapkan ada begitu banyak bukti penelitian yang mengaitkan screen time dengan gangguan perkembangan anak. Mulai dari gangguan kognitif, bahasa, hingga perilaku sosial.

"Sudah begitu banyak bukti penelitian yang mengaitkan screen time yang berlebihan di usia dini dengan gangguan kognitifnya, gangguan bicara dan bahasa, serta gangguan perilaku dan sosialnya. Jadi ini sudah tidak bisa terbantahkan karena ini bukan pendapat pribadi personal, tapi ini studi yang banyak," ungkapnya.

Penyebabnya adalah hal yang sekunder, Bunda. Bisa jadi karena interaksi antara orang tua dan anak berkurang, atau fungsi keluarga di dalam rumah tangga berkurang.

"Penyebabnya sebenarnya sekunder. Karena interaksi orang tua dan anak berkurang dan fungsi keluarga di dalam rumah tangga juga berkurang," tuturnya.

Saksikan juga video rekomendasi WHO soal aturan screen time anak berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda