HaiBunda

PARENTING

7 Kebiasan Orang Tua Membuat Otak Anak Mengecil, Termasuk Memukul & Berteriak

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 20 Oct 2023 17:10 WIB
Kebiasaan membuat otak anak kecil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PRImageFactory
Jakarta -

Tidak ada aturan baku dalam menerapkan pengasuhan kepada Si Kecil. Bunda tentu tahu, bahwa metode yang berhasil ditetapkan pada Si Kecil belum tentu berhasil ketika diterapkan pada anak lainnya.

Anak-anak memang begitu kompleks, Bunda. Sehingga dalam pengasuhannya, Bunda mesti benar-benar memahami gaya parenting seperti apa yang cocok diterapkan kepada Si Kecil. 

Meski begitu, Bunda perlu tahu bahwa ada kebiasaan-kebiasaan orang tua yang harus dihindari karena dampaknya bisa membuat otak anak mengecil. Biasanya ini berhubungan dengan tindakan pendisiplinan untuk anak. 


Marah, memukul, mengguncang, atau membentak anak-anak sering dianggap dapat diterima kebanyakan orang sebagai tindakan pendisiplinan untuk anak-anak. Padahal, kebiasaan pengasuhan yang keras atau harsh parenting dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan.

Dikutip dari The Health Site, praktik pengasuhan yang keras seperti itu dapat memengaruhi perkembangan otak Si Kecil sehingga menyebabkan struktur otaknya lebih kecil pada saat remaja. Pengaruhnya kadang-kadang dapat melampaui perubahan di otak, dan juga menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka lho, Bunda.

Harsh Parenting pengaruhi struktur otak anak

Mengutip dari Science Daily, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Development and Psychology, Sabrina Suffren, PhD, dari Université de Montréal dan Pusat Penelitian CHU Sainte Justine, bekerja sama dengan para peneliti dari Stanford University menyebutkan bahwa  anak-anak yang mengalami kekerasan parah memiliki korteks prefrontal dan amigdala yang lebih kecil, dua struktur yang memainkan peran kunci dalam pengaturan emosi dan munculnya kecemasan dan depresi.

"Temuan ini signifikan dan baru. Ini adalah pertama kalinya praktik pengasuhan yang keras yang tidak termasuk pelecehan serius telah dikaitkan dengan penurunan ukuran struktur otak, serupa dengan apa yang kita lihat pada korban tindakan pelecehan yang serius," kata Suffren.

“Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa praktik pengasuhan yang keras dapat menyebabkan perubahan fungsi otak di antara anak-anak, tetapi sekarang kita tahu bahwa itu juga memengaruhi struktur otak anak-anak,” tambahnya.

Sebagai bagian dari pemantauan penelitian ini, praktik pengasuhan anak dan tingkat kecemasan anak dievaluasi setiap tahun saat anak berusia antara 2 dan 9 tahun. Data ini kemudian digunakan untuk membagi anak ke dalam kelompok berdasarkan keterpaparan mereka terhadap kekerasan yang terus-menerus.

"Perlu diingat bahwa anak-anak ini terus-menerus mengalami praktik pengasuhan yang keras antara usia 2 dan 9 tahun. Ini berarti bahwa perbedaan otak mereka terkait dengan paparan berulang terhadap praktik pengasuhan yang keras selama masa kanak-kanak," kata Suffren tingkat kecemasan anak-anak dan melakukan MRI anatomi pada mereka antara usia 12 dan 16 tahun.

7 Kebiasaan orang tua yang membuat otak anak kecil

Bunda, setelah mengetahui bahayanya harsh parenting, berikut ini adalah beberapa praktik pengasuhan yang perlu Bunda hindari karena membahayakan perkembangan otak, mental, serta psikologis Si Kecil dirangkum dari Health Site dan Very Well.

1. Memukul anak

Seringkali orang tua cenderung menggunakan cara ini untuk mendisiplinkan anak-anak mereka. Kebiasaan memukul anak-anak harus dihindari ya, Bunda. Memukul anak-anak sebagai hukuman atas perilaku buruk justru dapat membuat mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang pemarah dan pembenci. Itu juga dapat membuat mereka percaya bahwa menggunakan kekuatan dan kekerasan fisik adalah cara yang tepat untuk mendapatkan hasil.

2. Berbohong di depan anak-Anak

Orang tua adalah guru pertama dan terbaik seorang anak. Karena itu, sebagai orang tua harus memberi contoh yang baik untuk Si Kecil. Jika Bunda berbohong di depan Si Kecil, mereka juga akan melakukan hal yang sama di masa depan. 

3. Berteriak pada anak

Berteriak dapat membuat anak lebih agresif, secara fisik dan verbal, serta membuat mereka juga berteriak sebagai pembalasan. Hindari meneriaki Si Kecil atau siapa pun di hadapan Si Kecil atau mereka akan menirunya.

4. Menggunakan bahasa yang buruk

Jangan pernah mengumpat atau menggunakan kata-kata makian di depan anak-anak. Ini dapat mengirimkan pesan yang salah kepada mereka bahwa boleh saja menggunakan kata-kata seperti itu dan mereka mungkin juga mulai mengumpat di sekolah. Menurut peneliti, anak-anak yang mengumpat cenderung melakukan perundungan dan pencurian. Maka jika Bunda tidak ingin Si Kecil menggunakan kata-kata buruk, sebaiknya hilangkan dulu kata-kata buruk itu dari kosa kata Bunda, ya.

5. Memiliki harapan yang tidak realistis

Jika Bunda memiliki ekspektasi yang tidak realistis tentang apa yang seharusnya dilakukan Si Kecil, sebenarnya dapat menciptakan masalah. Jadi pastikan harapan Bunda sesuai dengan tingkat perkembangan Si Kecil ya, Bunda.

6. Ikut Campur dengan Masalah Anak

Meskipun ada beberapa situasi di mana orang tua harus turun tangan untuk membantu anak mereka mengatasi konflik, selalu melawan pertempuran anak membuat mereka tidak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Orang tua memang harus mencontohkan bagaimana menangani konflik dan menegaskan diri mereka sendiri. Tetapi ketika anak-anak bertambah besar, orang tua harus secara bertahap mendorong anak-anak untuk mengambil lebih banyak resolusi konflik.

7. Melebih-lebihkan atau Meremehkan Masalah

Ketika orang tua meremehkan masalah, mereka berpotensi melemahkan emosi anak mereka dan secara tidak sengaja mengajari mereka untuk menghindari masalah atau, kata Jaclyn Gulotta, PhD, LMHC , konselor kesehatan mental dan psikolog berlisensi yang berspesialisasi dalam pengasuhan anak, hubungan keluarga, dan perkembangan anak.

"Orang tua yang melebih-lebihkan masalah atau masalah sedang menciptakan perilaku yang dipelajari untuk membuat bencana dan menekankan situasi negatif," kata Dr. Gulotta.

Nah itu lah Bunda beberapa kebiasaan yang harus Bunda hindari dalam mengasuh Si Kecil agar tak menyebabkan korteks prefrontal dan amigdala yang lebih kecil. Mendidik atau mendisiplinkan boleh, namun gunakan cara yang bijak ya, Bunda. Semoga bermanfaat!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Lomba yang Bisa Diikuti Anak Sejak Kecil Serta Manfaatnya

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini

Mom's Life Amira Salsabila

Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi

Kehamilan Pritadanes

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

Mom's Life dr. Bonita Effendi, Sp. P.D, BMedSc, M.Epid

Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia

Mom's Life Amira Salsabila

Cerita Aline Adita Akhirnya Berhasil Hamil setelah 7 Th Jalani Promil

Kehamilan Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Curhat Inul Daratista Usai Kabarkan Adam Suseno Sudah Boleh Pulang dari RS

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi

Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini

Idol K-Pop Hadiri Paris Fashion Week, Cha Eun Woo hingga Mingyu SEVENTEEN

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK