Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Mencegah Obesitas pada Bayi Usia 0-6 Bulan, Kenali Penyebab & Tanda-tandanya

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 10 Jan 2024 20:10 WIB

Mencegah bayi obesitas
Mencegah bayi obesitas/ Foto: Getty Images/szeyuen
Daftar Isi
Jakarta -

Masalah gizi pada anak merupakan PR serius dan harus segera ditangani oleh para orang tua. Pasalnya, gizi yang buruk di masa keemasan Si Kecil bisa memengaruhi seluruh kehidupannya di masa depan, Bunda.

Perlu Bunda ketahui, ketika berbicara tentang gizi buruk, sesungguhnya kita bukan hanya berbicara tentang stunting atau kekurangan berat badan saja. Di antaranya, kelebihan berat badan dan obesitas juga merupakan salah satu masalah gizi yang kerap terjadi pada Si Kecil yang perlu Bunda perhatikan.

“Dampak masalah gizi stunting dan obesitas berdampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah gizi ini menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus,” ujar Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA dikutip dari halaman resmi Kementrian Kesehatan RI.

Bayi yang gemuk biasanya cenderung disukai karena lucu, menggemaskan, dan dianggap sehat. Namun, belum tentu bayi gemuk memiliki gizi yang seimbang, Bunda. Bayi yang mengalami obesitas juga masuk dalam kategori mengalami gangguan gizi.

Bayi obesitas

Dilansir Healthline, pada umumnya pertumbuhan berat badan bayi memang pesat di awal kehidupannya. Namun, ada beberapa bayi yang tumbuh lebih cepat dari bayi lainnya, bahkan di luar batas kisaran yang normal jika dibandingkan dengan panjangnya. Jika Si Kecil mengalami hal ini, bisa menjadi tanda bahwa Bunda harus waspada.

Mengutip penjelasan Kemenkes, obesitas adalah akumulasi lemak abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Jika terjadi di masa balita, kemungkinan bisa mentap sampai dewasa.

Tak hanya itu saja, obesitas bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan, menurut WHO, obesitas menyebabkan 10,3 persen kematian dari seluruh dunia. Pada anak-anak, hal ini bisa berdampak pada tumbuh kembanganya, yang di kemudian hari bisa memicu diabetes melitus hingga gangguan makan.

Kapan bayi disebut obesitas?

Dilansir dari laman VinMec International Hospital, selama 12 bulan pertama kehidupannya, jumlah lemak dalam tubuh bayi biasanya meningkat sangat cepat karena ASI mengandung 50 persen lemak. Oleh karena itu, sulit untuk menilai apakah bayi kelebihan berat badan atau obesitas.

Penting juga untuk diperhatikan bahwa tidak semua bayi gemuk di bawah usia satu tahun akan menjadi orang dewasa yang kelebihan berat badan/obesitas. Namun, jika berat badan bayi terus meningkat di usia sekolah dengan kecepatan yang sama dengan masa bayi, maka bayi tersebut lebih cenderung mengalami obesitas.

Oleh karena itu, hampir tidak ada kasus anak di bawah usia satu tahun yang mengalami obesitas. Menurut dokter, berat badan bayi mungkin berada di atas kisaran normal pada grafik pertumbuhan, tetapi kecil kemungkinan bayi kelebihan berat badan. Bayi yang disusui biasanya terkontrol dengan baik. Namun, masih ada kasus bayi menjadi gemuk karena faktor genetik atau lingkungan.

Selama masa bayi, dokter akan membuat plot pertumbuhan Si Kecil pada grafik yang menunjukkan panjang berat badan. Nantinya, dokter  mungkin akan menghitung BMI Si Kecil. Bunda dapat menggunakan bagan untuk melacak pertumbuhan Si Kecil dan membandingkan pertumbuhannya dengan bayi lain dengan jenis kelamin dan usia yang sama. Menurut grafik pertumbuhan WHO, bayi dengan berat-untuk-panjang lebih besar dari persentil ke-98 dianggap memiliki berat badan yang melampai panjang badan.

Penyebab bayi alami obesitas

Meski kemungkinan atau risiko obesitas anak di bawah usia satu tahun tidak tinggi, pada beberapa anak kondisi ini tetap bisa terjadi karena faktor genetik atau lingkungan. Selain itu, beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan obat-obatan juga bisa menyebabkan obesitas pada bayi.

Beberapa faktor risiko lain meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak:

  • Tidak mendapatkan ASI: Susu formula dengan bahan yang tidak tepat dapat menyebabkan obesitas pada bayi
  • Genetika: Jika orang tua mengalami obesitas, bayi mereka juga dua kali lebih mungkin mengalami obesitas dibandingkan anak lain;
  • Pola makan penyapihan tidak ketat: Orang tua yang sering memberikan makanan ringan manis atau berlemak seperti cokelat, kentang goreng, dll, kepada anaknya akan memudahkan anak untuk menambah berat badan terlalu banyak
  • Bayi makan kapan saja: Jika anak sering merasa ngidam (walaupun bukan karena lapar) dan didorong oleh orang tua untuk makan banyak, kebiasaan ini akan menetap sehingga menyebabkan bayi makan terus menerus sehingga berat badan tidak terkontrol lagi.
  • Penyapihan tinggi lemak: Ketika diet penyapihan bayi terlalu kaya lemak, rendah karbohidrat dan rendah protein, itu akan mengubah sinyal lapar dari otak sehingga menyebabkan sering makan.

Dampak obesitas pada anak

Dampak obesitas pada Si Kecil bisa memengaruhi sepanjang hidupnya. Banyak penyakit yang kemudian muncul dikarenakan Si Kecil kelebihan berat badan.

Saat ini, obesitas anak di Amerika Serikat merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Menurut CDC, satu dari lima anak dan remaja di Amerika Serikat mengalami obesitas. Anak-anak yang mengalami obesitas lebih cenderung membawa kondisi tersebut hingga dewasa.

Sedangkan menurut data Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita di Indonesia tercatat 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen. Target penurunan angka obesitas di 2024 tetap sama yaitu, di angka 21,8 persen. 

Anak-anak yang mengalami obesitas berisiko lebih tinggi terkena berbagai kondisi kesehatan.Dikutip dari Mayoclinic, kondisi tersebut meliputi:

  • Asma
  • Apnea tidur
  • diabetes tipe 2
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • kolesterol tinggi
  • Penyakit jantung
  • Gangguan muskuloskeletal seperti osteoarthritis
  • Kanker tertentu, termasuk kanker usus besar dan kanker payudara
  • Hati berlemak

Selain itu, anak yang mengalami obesitas di masa depan lebih berisiko mengalami:

  • Penindasan
  • Isolasi sosial
  • Rendah diri
  • Depresi 

Cara mencegah obesitas pada bayi

Setelah mengetahui bahayanya obesitas, kini Bunda tentu tahu bahwa tindakan pencegahan pada penyakit ini teramat diperlukan. Obesitas merupakan faktor paling sering menjadi pemicu diabetes pada anak-anak. Di masyarakat ada anggapan bahwa bayi yang gemuk berarti sehat, padahal risiko obesitas, diabetes, dan lain sebagainya bisa jadi membayangi Si Kecil.

Sebagai pencegahan, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah diabetes pada bayi berusia 0-6 bulan dikutip dari kanal Kementrian Kesehatan RI:

  1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
  2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan
  3. Melanjutkan ASI sampai usia 2 tahun
  4. MP-ASI dimulai pada usia 6 bulan
  5. Pemberian makanan Bayi Anak (PMBA) sesuai kelompok umur dan tummy time untuk bayi yang belum bisa merangkak sebagai usaha aktivitas fisik

Nah, itulah Bunda seputar tentang obesitas pada bayi dan pencegahannya. Sehat selalu ya Bunda dan Si Kecil. Semoga informasinya bermanfaat, Bun.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda