
parenting
Mengenal Pola Asuh 'Lazy Parenting' dan Dampaknya untuk Perkembangan Anak
HaiBunda
Selasa, 08 Oct 2024 22:15 WIB

Daftar Isi
Pola asuh lazy parenting belakangan sedang ramai diperbincangkan. Gaya pengasuhan ini kerap dianggap sebagai kebalikan dari helicopter parenting. Yuk kenalan lagi dengan pola asuh lazy parenting, Bunda.
Pada dasarnya, saat menerapkan pola asuh ini orang tua seakan seperti pengawas yang tidak terlalu banyak terlibat dalam keseharian anak. Tidak selalu menyediakan kebutuhan anak, yang sebenarnya masih bisa mereka lakukan sendiri.
Bukan berarti karena orang tua benar-benar malas dalam arti sebenarnya, tetapi lebih kepada dengan sengaja membiarkan anak agar mau lebih berusaha mandiri.
Apa itu pola asuh lazy parenting?
Dikutip dari Motherly, lazy parenting adalah pengasuhan dengan lebih banyak memberi anak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian, dan tanggung jawab anak.
Ini tentang keputusan orang tua mengambil langkah mundur dengan penuh kesadaran, untuk membiarkan anak berjuang sendiri sejenak daripada terburu-buru dan selalu 'menyelamatkannya'.
Dengan demikian, diharapkan anak bisa mengetahui seberapa besar kemampuan mereka yang sebenarnya. Sering kali kondisi ini terlewatkan karena orang tua terlalu banyak membantu anak dan mereka jadi lebih jarang berusaha.
Adakah manfaat pola asuh lazy parenting bagi anak?
Ketika orang tua selalu turun tangan saat anak menghadapi suatu masalah atau dalam keperluan sehari-harinya, anak tidak mendapat kesempatan untuk mempelajari apa yang mampu mereka lakukan.
Dikutip dari laman Parents, selain itu bergantung pada usianya, lama-kelamaan anak memiliki pola pikir bahwa bahwa mereka memang sebenarnya tidak mampu.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kecemasan saat anak mulai menghadapi kehidupan di luar rumah lantaran orang tua tidak selalu ada untuk membantu.
Jika orang tua terus mengantisipasi dan menangani setiap tantangan bagi anak, mereka juga kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan hidup dasar.
"Secara naluri, orang tua pasti ingin selalu melakukan hal-hal untuk anak, yang sebenarnya mampu anak lakukan sendiri," ungkap Amy McCready, pendiri Positive Parenting Solutions dan penulis The “Me, Me, Me” Epidemic: A Step-by-Step Guide to Raising Capable, Grateful Kids in an Over-Entitled World.
Kapan orang tua perlu turun tangan?
Orang tua harus membantu atau memimpin ketika anak jelas-jelas kesulitan melebihi tingkat keterampilan mereka. Bantuan ini sebaiknya diberikan hanya setelah memberikan bimbingan yang tepat kepada anak dan memberi anak kesempatan untuk mencoba tugas yang sesuai dengan usianya secara mandiri.
Ketika orang tua turun tangan dan membantu, cara mereka melakukannya juga penting.
"Penting untuk mendekatinya sebagai pendukung daripada penyelamat. Peran kita adalah membimbing mereka melalui tantangan dan mendorong pemecahan masalah," imbuh McCready.
Melalui cara ini, anak belajar bahwa tidak apa-apa untuk meminta bantuan, tetapi mereka juga mengembangkan kepercayaan diri untuk menyelesaikan tugas-tugas hariannya.
Penting juga untuk orang tua langsung turun tangan jika anak menghadapi dalam bahaya. Hal ini terutama untuk melindungi anak dan mengadvokasi mereka saat dibutuhkan.
"Semuanya tentang keseimbangan antara memberi dukungan dan menumbuhkan kemandirian. Mundur selangkah memang sulit bagi kebanyakan orang tua, namun ketika anak-anak tidak mengalami bagaimana rasanya gagal, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka dan memperbaiki diri untuk masa depan," pesan McCready.
Tips menerapkan pengasuhan lazy parenting
![]() |
Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan jika Bunda ingin menggunakan pola asuh lazy parenting seperti dilansir Motherly:
1. Ciptakan ruang untuk anak
Temukan tempat di rumah yang dapat Bunda siapkan untuk anak agar mereka dapat menjelajahi apa pun dan segala sesuatu di dalamnya dengan bebas. Tempat tersebut dapat berupa seluruh ruangan atau area kamar yang dibatasi.
Isi tempat tersebut dengan barang-barang yang sesuai dengan usia anak, di mana mereka tidak memerlukan pengawasan ketat demi keamanan saat bermain. Kemudian, biarkan anak bermain sementara Bunda menjauh.
Namun, bergantung pada kepribadian dan usia anak, mereka mungkin membutuhkan kehadiran Bunda secara fisik di tempat tersebut bersama mereka. Pada intinya adalah Bunda tidak perlu selalu mengarahkan atau membatasi permainannya.
Berikan anak waktu dan ruang untuk mengatasi rasa frustrasi mereka dan mengatasi masalahnya sendiri. Inilah tujuannya: Mempelajari bahwa mereka mampu melakukan banyak hal secara mandiri.
2. Biasakan diri dengan konsekuensi
Memberikan tanggung jawab kepada anak berarti menerima kenyataan bahwa akan ada saat-saat mereka tidak melakukan dengan tepat seperti yang seharusnya.
Pola asuh lazy parenting berarti Bunda perlu menerima hal ini dan meyakini bahwa dalam batas kewajaran. Anak-anak mungkin perlu menanggung konsekuensi alami dari keputusan dan tindakan mereka.
Misalnya, berikan bimbingan pada anak untuk menyiapkan buku dan keperluan sekolah sendiri. Jika ada tugas atau buku tertinggal, yakini bahwa anak mampu mengelola konsekuensi alami dan pengalaman itu akan membantu mereka lebih teliti di lain waktu.
3. Biarkan anak melakukannya dengan perlahan
Tanpa sadar orang tua terkadang terburu-buru karena takut anak terlambat dan ada begitu banyak hal yang harus diselesaikan. Untuk penerapan pola asuh ini, biarkan anak melakukannya dengan perlahan.
Nantinya seiring bertambah pengalaman dan seiring waktu, anak dapat melakukannya dengan lebih cepat.
4. Berikan pengingat jika perlu
Tidak apa-apa untuk memberikan pengingat-pengingat kecil seperti, 'Tolong simpan barang-barangmu' atau 'Rapikan pakaian kotormu' saat anak tampak lupa.
Ketika tugas harian ini lama-kelamaan menjadi kebiasaan, anak akan semakin paham dan tidak perlu diingatkan kembali.
5. Jadi contoh yang baik
Orang tua tidak dapat mengharapkan anak dapat melakukan hal yang sama jika tidak ada contoh nyata yang diberikan. Terapkan kebiasaan seperti melipat pakaian sendiri, mematikan lampu saat meninggalkan ruangan, atau membatasi screentime.
Selalu berikan contoh yang baik karena pada dasarnya anak banyak belajar dari meniru lingkungan sekitar, terutama orang tua.
Demikian ulasan tentang pola asuh lazy parenting bagi perkembangan anak. Ingat, sesuaikan dengan usia dan kebutuhan tugas harian anak juga ya, Bunda. Semoga bermanfaat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
10 Pola Asuh Salah yang Perlu Dihindari Orang Tua, Termasuk Suka Membandingkan

Parenting
20 Nasihat Parenting Aneh Sepanjang Masa, Bayi Diletakkan Dalam Sepatu

Parenting
3 Teknik Mengendalikan Emosi Bunda saat Memarahi Anak

Parenting
Pola Asuh ala Ratu Elizabeth II, Ajari Anak Hemat hingga Berpakaian Sopan

Parenting
Kunci Sukses Pola Asuh Ideal, Ini Saran Ahli


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda