PARENTING
4 Cara Melatih Regulasi Emosi pada Anak Sejak Dini Menurut Psikolog
Nadhifa Fitrina | HaiBunda
Senin, 06 Oct 2025 16:00 WIBMembantu anak belajar mengatur emosinya bukanlah hal yang instan, Bunda. Di masa tumbuh kembangnya, melatih regulasi emosi pada anak sangat penting supaya mereka bisa mengenali dan menyalurkan perasaannya dengan sehat.
Bunda pasti sering menemui Si Kecil yang tiba-tiba menangis, marah, atau menolak sesuatu tanpa alasan yang jelas. Hal itu wajar karena anak masih butuh bimbingan untuk mengekspresikannya dengan cara yang tepat.
Ketika anak mampu mengenali emosinya sendiri, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Hal ini juga membantu mereka membangun hubungan yang lebih positif dengan orang lain.
Namun, proses ini tidak bisa hanya mengandalkan nasihat semata. Anak belajar lebih banyak dari apa yang ia lihat, terutama dari cara Bunda dan Ayah mengelola emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Lantas, seperti apa cara terbaik untuk melatih regulasi emosi pada anak agar mereka tumbuh lebih tenang dan percaya diri?
Kematangan sensori jadi dasar penting dalam regulasi emosi anak
Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog, menjelaskan kemampuan anak dalam mengatur emosinya ternyata erat kaitannya dengan kematangan sensorinya. Anak yang terbiasa mencoba banyak hal akan memiliki kemampuan regulasi emosi yang lebih baik, Bunda.
"Kemampuan regulasi emosi dari anak itu didukung oleh kematangan sensori," ujar Anastasia kepada HaiBunda dalam acara Bundafest di Lotte Mall Jakarta, baru-baru ini.
Tak hanya itu, kematangan sensori juga memegang peran penting karena Si Kecil perlu melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan gerakan dan eksplorasinya.
"Kematangan sensori itu sangat penting karena dia butuh bisa merangkak, butuh otot-ototnya terlatih, butuh bisa mencoba beragam tekstur, dan anak-anak yang bisa mencoba beragam makanan, itu pasti regulasi emosinya lebih baik dibanding anak yang picky eater atau pilih-pilih makan," kata Anastasia.
"Selain itu, anak perlu melihat bagaimana orang tua merespons perasaan agar ia bisa meniru dan belajar mengelola emosinya sendiri," sambungnya.
Cara melatih regulasi emosi pada anak menurut psikolog
Setelah mengetahui bahwa kemampuan anak dalam mengatur emosinya berkaitan erat dengan kematangan sensorinya, langkah selanjutnya adalah membantu mereka melatih kemampuan tersebut secara konsisten. Berikut penjelasannya:
1. Mulai dari orang tua yang belajar mengelola emosi
Sebelum mengajarkan anak mengatur emosinya, orang tua perlu lebih dulu memahami dan melatih diri untuk memproses perasaan dengan sehat. Anak adalah peniru yang ulung, jadi mereka belajar dari apa yang dilihat, bukan hanya dari apa yang diajarkan.
"Karena kan anak ngeliatin kita nih, dan kita sama-sama sadar kita datang dari pengasuhan dulu yang belum ngajarin kita bagaimana cara memproses emosi secara sehat," jelas Anastasia.
"Kita yang latihan dulu, sehingga akhirnya anak itu bisa mencontoh sekadar mengatur emosinya," tambahnya.
Dengan begitu, anak akan memiliki contoh bagaimana cara menghadapi emosinya tanpa harus meledak atau menekan perasaannya. Ketika Bunda bisa menunjukkan cara menenangkan diri, anak pun akan belajar melakukan hal yang sama.
2. Ajari anak mengenali dan memahami perasaannya
Salah satu cara yang disarankan adalah membantu anak mengenali seberapa besar intensitas emosinya. Dengan begitu, anak belajar bahwa emosi memiliki tingkatan dan semuanya bisa dikelola.
"Bunda bisa me-rate misalnya, '1-10 oke ini rasanya 7 atau 8, kita kesal banget, Bunda butuh waktu buat nenangin diri dulu,'" tutur Anastasia.
Pendekatan seperti ini membuat anak sadar, bahwa bahkan orang dewasa pun bisa merasa marah atau kecewa, tapi tetap punya cara sehat untuk menenangkannya.
Hal ini juga membantu mereka memahami, bahwa perasaan yang intens bukan sesuatu yang harus ditakuti atau disembunyikan.
"Nanti anak akan belajar 'Ohhh Bunda aku orang dewasa, Ayah aku orang dewasa, ternyata juga bisa loh ngerasain emosi yang intens, dan butuh waktu untuk nenangin diri lagi,'" lanjutnya.
3. Ajarkan batasan emosi yang aman
Tak hanya itu, anak juga perlu tahu kalau semua emosi boleh dirasakan, tapi cara mengekspresikannya harus aman bagi diri sendiri dan orang lain. Di usia 3-4 tahun, Si Kecil biasanya masih memiliki dorongan fisik yang kuat saat marah, sehingga perlu diarahkan dengan sabar ya, Bunda.
"Memang itu kalimat yang sering kita pakai, marah boleh, tapi tangan kaki enggak mukul," ujar Anastasia.
Pendekatan ini membantu anak memahami bahwa marah itu boleh, tapi mereka perlu belajar mengendalikan cara mengekspresikannya. Dengan begitu, anak tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak saat sedang emosi.
"Karena ada masa di umur 3-4 tahun, karena tadi kebutuhan sensori mereka pengin mukul, tapi bukan karena anaknya nakal, sehingga Bunda bisa kasih tahu, 'Oke nak, Bunda tahu kamu lagi kesal, tapi tidak boleh mukul dan tidak berkata kasar,'" jelasnya.
4. Ajak anak menyalurkan emosinya dengan cara yang positif
Selain memberi batasan, anak juga butuh cara untuk menyalurkan energi emosinya. Aktivitas fisik seperti berlari, menendang bola, atau bersepeda bisa menjadi bentuk ekspresi aman yang membantu anak merasa lebih tenang.
"Jadi Bunda bisa kasih tahu emosinya itu boleh, tapi perilakunya itu yang kita cari yang lebih aman. Butuh juga penyaluran fisik untuk membantu regulasi emosi anak," kata Anastasia.
Itulah beberapa cara untuk melatih regulasi emosi anak sejak dini menurut psikolog. Bunda sudah terapkan?
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir)Simak video di bawah ini, Bun:
Mengenal Fantastic Five, Fase Penting Perkembangan Anak Usia 5 Tahun!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
5 Penyebab Anak Jadi 'Nakal', Salah Satunya Ternyata Butuh Kegiatan Fisik
Pentingnya Investasi Hubungan Suami Istri untuk Perkembangan Anak
5 Tips Memahami Perkembangan Emosional Anak
7 Pertanyaan Sederhana yang Membuat Bunda Lebih Dekat dengan Si Kecil
TERPOPULER
Acha Septriasa Berhasil Wujudkan Beli Rumah di Australia, Intip Potretnya Jadi Single Mom
5 Potret Gaya Rambut Terbaru BCL, Dipuji Makin Cantik dan Fresh
Sistem Baru Bakal Pangkas Masa Tunggu Haji, Tak Ada Lagi yang Capai 48 Th
3 Resep Japanese Cheese Cake yang Lembut dan Enak, Bikin Ketagihan!
Peneliti Sebut Dampak Kekerasan Verbal pada Anak Sama Bahayanya dengan Hukuman Fisik
REKOMENDASI PRODUK
Review Es Krim Baskin Robbins Musk Melon & Popping Shower, Rasa Favorit Nomor #1 di Jepang
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lotion Anti Nyamuk untuk Bayi yang Aman untuk Kulit
Asri EdiyatiREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Pensil Alis Warna Coklat Muda yang Bisa Jadi Pilihan Bunda
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Bronzer untuk Pemula hingga Kulit Sawo Matang
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Skincare Bayi yang Aman untuk Kulit Si Kecil
Mutiara PutriTERBARU DARI HAIBUNDA
Acha Septriasa Berhasil Wujudkan Beli Rumah di Australia, Intip Potretnya Jadi Single Mom
Peneliti Sebut Dampak Kekerasan Verbal pada Anak Sama Bahayanya dengan Hukuman Fisik
21 Tahun Menikah, Winky Wiryawan & Kenes Tetap Mesra Meski Tanpa Momongan
3 Resep Japanese Cheese Cake yang Lembut dan Enak, Bikin Ketagihan!
Viral Ayah Tenangkan Bayi dengan Suara 'Om', Benarkah Bikin Si Kecil Berhenti Nangis?
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Ike Turner Jr Pemenang Grammy Meninggal Dunia
-
Beautynesia
Makin Seru & Menegangkan, Ini 5 Alasan Kamu Harus Nonton Alice in Borderland Season 3!
-
Female Daily
Hadirkan Varian Warna yang Unik, Intip Softlens Cantik Terbaru dari X2!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Foto: Mariam Mohamed, Wanita Uni Emirat Arab Cetak Sejarah di Miss Universe
-
Mommies Daily
Tak Hanya Indonesia, 9 Negara Ini Juga Punya Program Makan Bergizi Gratis