
parenting
8 Ucapan Orang Tua yang Maksudnya Baik, tapi Justru Bisa Merugikan Anak
HaiBunda
Selasa, 14 Oct 2025 19:00 WIB

Daftar Isi
-
8 Ucapan orang tua yang maksudnya baik, tapi justru merugikan anak
- 1. "Good job", “I’m proud of you!" atau "Bunda bangga sama kamu!"
- 2. "Tidak, terima kasih"
- 3. "Kamu pintar sekali" dan "Kamu yang terbaik."
- 4. "Tangan bukan untuk memukul"
- 5. "Keluarga kita tidak (seperti itu) melakukannya"
- 6. Mengakhiri permintaan dengan "Oke?"
- 7. "Apakah itu pilihan yang baik?"
- 8. "Makanya ngomong dong.."
Setiap interaksi orang tua dengan anak merupakan bentuk komunikasi. Tidak hanya tindakan, perkataan orang tua juga memengaruhi pengasuhan dan pembangunan karakter anak.
Dikutip dari laman UNICEF, cara orang tua berkomunikasi dengan anak tidak hanya mengajarkan mereka cara berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga membentuk perkembangan emosional mereka dan bagaimana mereka membangun hubungan di kemudian hari.
Misalnya, memberikan pujian, melontarkan kalimat-kalimat yang memotivasi kerap keluar dari mulut orang tua ketika anaknya mencapai sesuatu. Harapannya, kelak anak terus bisa semangat dalam meraih prestasi.
Tentu, setiap orang tua ingin bermaksud baik ketika memotivasi anak. Namun, ternyata ada beberapa perkataan yang malah justru bisa berbalik merugikan anak, Bunda.
Hal ini membuktikan bahwa perkataan orang tua begitu powerful dalam pengasuhan anak. Menurut ahli, ada beberapa ucapan orang tua yang maksudnya baik, tapi justru merugikan. Apa saja perkataan-perkataan yang perlu orang tua hindari?
8 Ucapan orang tua yang maksudnya baik, tapi justru merugikan anak
Ada beberapa ucapan orang tua yang maksudnya baik, tapi justru merugikan anak dan ini perlu kita hindari seperti dikutip dari berbagai sumber:
1. "Good job", “I’m proud of you!" atau "Bunda bangga sama kamu!"
Penelitian menemukan bahwa semakin sering kita mengatakan "Good job" kepada seorang anak, semakin sedikit mereka mengangkat tangan di kelas. Mengapa? Tanpa campur tangan kita, anak-anak bertindak berdasarkan rasa ingin tahu alami dan motivasi internal. Penggunaan frasa yang berlebihan seperti "Good job!" dan "Bangga sekali padamu!" mengubah anak-anak menjadi 'pecandu pujian' dan menciptakan anak yang bergantung pada afirmasi eksternal.
Terlebih lagi, frasa-frasa ini bahkan tidak mencapai tujuan utama orang tua yaitu membuat anak merasa dilihat, didengar, dan dihargai karena terdengar refleksif.
Alih-alih menilai apa yang telah mereka lakukan. Bicarakan prosesnya, perjuangan mereka dalam mencapai itu, "Bunda lihat kamu sudah memecahkan teka-teki itu sendiri. Terus berusaha dan seperti itu, ya!"
2. "Tidak, terima kasih"
Frasa "Tidak, terima kasih" kerap digunakan sebagai pengganti "jangan" atau "berhenti". Namun, penulis Peaceful Parent, Happy Kids, Laura Markham mengatakan tujuan sebenarnya dari "Tidak, terima kasih" adalah untuk mengomunikasikan "Aku tidak menginginkannya, tetapi terima kasih telah menawarkannya kepadaku."
Ketika pengasuh menggunakannya untuk melembutkan penolakan misalnya, saat anak mencoba merebut sesuatu dari tangan kita, kita mengirimkan pesan yang membingungkan.
Hal yang sebaiknya dikatakan sebenarnya sederhana, katakan saja tidak. "Tidak apa-apa menetapkan batasan yang sangat tegas dan keras," kata Markham, dikutip dari Today's Parent.
3. "Kamu pintar sekali" dan "Kamu yang terbaik."
Penelitian Psikolog Amerika Serikat, Carol Dweck, mengungkapkan bahwa anak-anak yang mendengar frasa-frasa ini mulai menghayati bahwa mereka seharusnya bisa melakukan sesuatu dengan benar pada percobaan pertama.
Alih-alih menganggap otak mereka sebagai otot yang semakin kuat seiring penggunaan dan keahlian mereka saat ini sebagai sesuatu yang sementara, semuanya terasa tetap.
Sebagai gantinya, coba menjelaskan pada anak secara deskriptif. Misalnya, "Kamu terus mencoba dan kamu tahu cara memasang boneka binatang itu di tasmu!" Orang tua sering diminta untuk memuji usaha, bukan hanya hasilnya, dan itu kuncinya, tetapi jangan lupa juga untuk membicarakan perasaan anak ketika mencapainya.
4. "Tangan bukan untuk memukul"
Pernyataan ini mungkin berhasil untuk anak-anak yang sangat kecil yang benar-benar belum tahu bahwa memukul itu tidak boleh, tetapi jika tidak, itu malah memperburuk. Sebagai gantinya, ketika seorang anak memukul, bantu mereka mengelola emosi mereka dan menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih dapat diterima.
5. "Keluarga kita tidak (seperti itu) melakukannya"
Ketika orang tua berkata, “Kita tidak melakukan itu di keluarga ini,” rasanya seperti kita memberi tahu anak bahwa mereka salah karena memiliki keinginan itu. Misalnya, jika anak baru saja memukul saudaranya dan kita menjawab, “Kita tidak memukul di keluarga ini,” itu bisa terdengar seperti “Mereka bukan bagian dari keluarga dan tidak diterima,”.
Perkataan tersebut malah mempermalukan dan dapat menimbulkan rasa tidak aman. Sama seperti sebelumnya, kita bantu mereka mengelola emosi mereka dan menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih dapat diterima.
6. Mengakhiri permintaan dengan "Oke?"
Mengakhiri permintaan dengan kata "Oke?", anak mungkin berpikir mereka punya pilihan, dan dalam kebanyakan kasus, sebenarnya orang tua tidak benar-benar menawarkan pilihan.
Menurut pelatih pengasuhan anak yang berbasis di Toronto, Sarah Rosensweet, ketika menambahkan "Oke?" pada sebuah instruksi, orang tua berniat untuk menindaklanjutinya terlepas dari bagaimana mereka merespons dan sedikit tidak tulus dalam meminta. Bunda mungkin ganti dengan "tolong" atau "terima kasih."
7. "Apakah itu pilihan yang baik?"
Situasinya ketika anak pada saudaranya dan memukulnya. Setelah melerainya, orang tua malah berkata, "Apakah memukul itu pilihan yang baik?" Ternyata anak bisa salah menangkapnya. Kita seolah berkata, "Apakah pilihan untuk marah itu pilihan yang baik atau buruk?".
Masalahnya, emosi itu sama sekali bukan pilihan, Bunda. Membingkainya sebagai pilihan "sama seperti mengatakan bahwa mereka ingin menjadi nakal," kata Rosensweet.
Coba katakan, "Kamu pasti sangat kesal dengan adikmu, ceritakan padaku," mengakui kompleksitas pilihan seorang anak, dan ini adalah cara untuk terhubung sebelum mencoba mengoreksi atau mengarahkan.
8. "Makanya ngomong dong.."
Anak-anak tidak tahu kata-kata apa yang harus diucapkan, dan saat sedang kesal, mereka terputus dari bagian otak yang berpikir. Bayangkan kita sendiri benar-benar kesal saat mengobrol dengan pasangan, menangis dan berteriak, dan mereka menyuruh kita bicara apa yang kita inginkan.
Coba memberi anak kata-kata spesifik yang mereka butuhkan, misalnya "Kamu bisa bilang ke kakakmu" atau "Kamu bisa bilang ke adikmu".
Itulah ucapan-ucapan orang tua yang bermaksud baik tetapi justru bisa merugikan anak.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
3 Ucapan yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua Saat Berbicara dengan Anak

Parenting
10 Ucapan Orang Tua Pengganti Kalimat Larangan untuk Anak

Parenting
5 Tips agar Terhindari dari Perbuatan Orang Tua yang Melukai Anak

Parenting
8 Ucapan yang Seharusnya Tidak Bunda Katakan Pada Si Kecil

Parenting
Hati-hati! 7 Ucapan Orang Tua Ini Bisa Ganggu Psikologis Anak


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda