Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Miris, Ibu Hamil Di-bully Hanya karena Terlalu Langsing & Perutnya Kecil

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 15 Jun 2020 10:15 WIB

Asian women are sitting hugging their knees in bed. Feeling sad, disappointed in love In the dark bedroom and sunlight from the window through the blinds.Vintage tone.
Miris, Ibu Hamil Di-bully Hanya karena Terlalu Langsing & Perutnya Kecil/ Foto: iStock
Jakarta -

Apa salahnya hamil namun tubuh tetap langsing ya, Bunda? Cerita kali ini datang dari seorang content creator, dari Sheffield, Inggris. Ia menceritakan pengalaman buruknya ketika hamil putra pertamanya, Leo.

Saat hamil, tubuh Samantha tetap langsing. Ukuran pakaiannya hanya S dan Samantha menjadi bahan ejekan dari sekitarnya. Hal yang menurutnya paling menjengkelkan masih teringat betul di pikirannya.

"Berdiri di tengah-tengah kereta yang penuh sesak, koper-koper saya yang berat membebani saya, saya merasa sangat lelah. Itu November 2016 dan saya hamil tujuh bulan. Kaki saya sakit, punggung saya sakit dan saya harus duduk," ujarnya kepada The Sun.

"'Anda pikir seseorang akan membiarkan wanita hamil duduk!' kata saya dengan keras kepada teman saya dan berharap-harap mencari tempat duduk," sambung Samantha.

Satu atau dua penumpang meliriknya, lalu melihat tubuhnya dan berbalik, tidak percaya. Kejadian itu membuat Samantha berharap bisa membawa hasil USG untuk menunjukkan bukti kepada penumpang.

"Tetapi sebaliknya saya harus bertahan selama satu jam perjalanan pulang. Itu bukan pertama kalinya orang meragukan fakta bahwa saya hamil," ujarnya.

Selain mendapat perlakuan tidak baik oleh orang asing, teman-temannya terus mengatakan bahwa ia tidak terlihat hamil.

"Dulu saya benar-benar menangis karena komentar mereka - Saya hanya ingin memamerkan perut. Perut saya hampir tidak terlihat sampai saya hamil tujuh setengah bulan dan orang-orang terus-menerus mempertanyakan apakah saya mengatakan yang sebenarnya tentang fakta bahwa saya mengandung bayi," kenang Samantha.

Thoughtful woman at home - copyspaceIlustrasi wanita sedih/ Foto: Istock

Nahas, setelah melahirkan Leo bukannya komentar bully mereda malah meradang. Beberapa orang mengatakan bahwa Leo bukan anak Samantha karena badan Leo besar.

"Saya pergi ke kelompok ibu dan bayi dan saya diberitahu bahwa tidak normal untuk terlihat sangat kurus. Mereka meminta untuk melihat foto benjolan saya untuk membuktikan saya menggendong anak saya. Saya membencinya dan tidak kembali," kata Samantha.

"Butuh empat bulan untuk mulai merasa percaya diri dan mengabaikan komentar. Enam bulan setelah memiliki Leo, hubungan saya dengan makanan semakin membaik karena saya mengajarinya kebiasaan yang baik," lanjutnya.

Bila Bunda mengalami mom-shaming seperti dialami Samantha, ada tips menghadapi mom-shaming yang bisa dicoba nih. Pertama bersikap legowo alias tenang meskipun sebelumnya tak pernah dikritik atau menjadi korban mom-shaming. Selalu persiapkan mental seakan kita sudah pernah menjadi korban mom-shaming.

Kedua, memahami bahwa menilai dan mengkritik membuat sebagian orang merasa lebih baik. Misalnya jika pelakunya adalah anggota keluarga sendiri, mungkin mereka ingin terlibat dalam pengasuhan anak.

Ketiga, kurangi waktu kita bersama orang-orang yang menjadi pelaku mom-shaming. Baik itu keluarga atau teman sebagai upaya menenangkan diri.

Simak juga kondisi restoran di era new normal melalui video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda