Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

7 Fakta Anti-Asia di Amerika, 2 Gadis Indonesia Jadi Korban

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 27 Mar 2021 20:17 WIB

A man holding Racism is a Virus sign
Kampanye Anti Rasisme, Stop Asian Hate/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Wachiwit

Stop Asian Hate sampai hari ini menjadi topik pembicaraan seluruh dunia khususnya di Amerika Serikat. Tahukah Bunda, bahwa gerakan ini terbentuk karena adanya sentimen anti- Asia yang makin menjadi-jadi sejak pandemi COVID-19 berlangsung.

Akibat sentimen anti-Asia ini, kasus orang non Asia, terutama kulit putih, menyerang orang-orang Asia pun meningkat. Mereka menyerang tanpa sebab dan parahnya menelan korban, Bunda.

Salah satu contoh kasus parah adalah penyerangan kakek 84 tahun asal Thailand yang tinggal di San Francisco. Mengutip Times, dalam rekaman keamanan 28 Januari, Vicha Ratanapakdee didorong ke tanah saat melakukan jalan pagi di San Francisco. Hanya dua hari setelah serangan itu, dia meninggal.

Banner Susuk Suami

Sang pelaku, Antoine Watson yang masih berusia 19 tahun telah didakwa dan mengaku tidak bersalah atas kasus pembunuhan dan pelecehan lansia.

Untuk lebih lengkapnya, Bunda bisa simak fakta berikut ini:

1. Sejak dahulu

Rupanya, diskriminasi hingga kekerasan terhadap warga keturunan Asia telah berlangsung di Negeri Paman Sam jauh sebelum pandemi berlangsung, Bunda. Dikutip dari The Washington Post, warga keturunan Asia telah tinggal 160 tahun lalu. Sejak itu pula, warga keturunan Asia menjadi sasaran kefanatikan.

Di masa civil war, pada 1854, Mahkamah Agung California memutuskan keturunan Asia tidak dapat bersaksi melawan orang kulit putih di pengadilan.

Dilansir CNN Indonesia, keputusan itu sedikit banyak menjadikan 'jaminan' bahwa orang kulit putih bisa dengan mudah lolos dari hukuman atas kekerasan terhadap orang Asia yang dilatarbelakangi rasa benci dan tindakan rasial.

2. Pandemi membuat situasi makin parah

Menurut studi terbaru, kekerasan anti-Asia terus meningkat hingga 150 persen sejak pandemi Corona mulai menyebar, lho.

Di awal 2020, sentimen anti-Asia juga diperparah ketika Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, terus menyebut virus Corona itu sebagai 'Virus China' yang memicu stigmatisasi terhadap orang keturunan Asia di Negeri Paman Sam, bahkan dunia Barat.

Simak juga video Nadia Vega trauma lihat orang melahirkan:

[Gambas:Video Haibunda]




KORBAN MAYORITAS LANSIA DAN WANITA

A man holding Racism is a Virus sign

Kampanye Anti Rasisme, Stop Asian Hate/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Wachiwit

3. Lebih dari 3.800 kekerasan dilaporkan

Penelitian yang dirilis oleh forum pelaporan Stop AAPI Hate pada 16 Maret lalu mengungkapkan hampir 3.800 insiden dilaporkan selama kira-kira setahun selama pandemi.

Ini angka yang jauh lebih tinggi daripada hitungan tahun lalu, yaitu sekitar 2.600 insiden kebencian secara nasional selama rentang waktu lima bulan.

4. Kebanyakan korban adalah wanita

Dalam data yang yang dirilis oleh forum pelaporan Stop AAPI Hate, jumlah korban wanita jauh lebih tinggi dari laporan tersebut, yaitu 68 persen, dibandingkan dengan pria, yang merupakan 29 persen responden.

Russell Jeung, profesor studi Amerika Asia di San Francisco State University dan pendiri forum, mengatakan bahwa perpaduan rasisme dan seksisme, termasuk stereotip bahwa wanita Asia lemah lembut dan patuh, kemungkinan besar menjadi faktor penyebab ini.

"Ada dinamika titik-temu yang terjadi sehingga orang lain mungkin menganggap baik wanita Asia dan wanita dan wanita Asia sebagai target yang lebih mudah," katanya, dilansir NBC News.

5. Lansia kerap diserang

Lansia kerap menjadi sasaran sentimen anti-Asia. Amanda Nguyen sociopreneur dan aktivis HAM geram dan membagikan banyak laporan kasus di media sosialnya setelah penyerangan kakek 84 tahun asal Thailand.

Terdapat penyerangan seorang nenek Vietnam berusia 64 tahun. Ia diserang dan dirampok di San Jose, California. Lalu, ada serangan terhadap seorang pria Filipina berusia 61 tahun yang wajahnya disayat dengan pemotong kotak di New York.

Video Nguyen menjadi viral ketika lebih banyak laporan tentang serangan kekerasan dan perampokan muncul, termasuk salah satu dari seorang pria berusia 91 tahun yang tertangkap kamera dilempar ke tanah di Oakland Chinatown, di mana telah ada lebih dari 20 serangan kekerasan dan perampokan yang dilaporkan sejak Januari.

2 REMAJA INDONESIA JADI KORBAN, SENTIMEN ANTI-ASIA DISOROT PBB

A man holding Racism is a Virus sign

Kampanye Anti Rasisme, Stop Asian Hate/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Wachiwit

6. Dua remaja Indonesia jadi korban

Kabar terbaru, dua remaja perempuan Indonesia-Amerika menjadi korban serangan di stasiun kereta di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat. Mereka ditampar dan dipukul sekelompok orang, Bunda.

Kedua remaja yang tidak disebutkan identitasnya ini menceritakan kejadian nahas itu. Awalnya, keduanya sedang menunggu kereta di Stasiun SEPTA's City Hall. Mendadak ada empat anak perempuan yang melakukan bully ke keduanya. Sepotong peristiwa itu sempat direkam dengan ponsel.

"Salah satu perempuan itu menampar temanku di sisi kanan wajahnya dan dia mulai menangis. Perempuan lain menampar sisi kiri wajahku beberapa kali sampai saya jatuh," kata salah satu remaja.

7. Jadi sorotan PBB

Kasus kriminal akibat sentimen anti-Asia menjadi sorotan PBB. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres prihatin dengan meningkatnya kekerasan terhadap orang Asia dan orang-orang keturunan Asia secara global selama pandemi COVID-19.

Meskipun pernyataan PBB tersebut tidak merujuk ke negara tertentu, pernyataan ini muncul setelah peristiwa penembakan di Atlanta awal bulan ini yang menewaskan delapan orang di tiga panti pijat di mana enam korban di antaranya wanita Asia-Amerika.

"Kami ingin semua kekerasan seperti itu dihentikan," ujarnya.


(aci/kuy)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda