
Bundapedia
Imunisasi Kejar
Nanie Wardhani | Haibunda
Sebagai orang tua yang ter-update saat ini, tentu Bunda tidak asing lagi dengan imunisasi. Namun, tidak semua keluarga atau orang tua dapat memenuhi kebutuhan imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan. Karena itu, pemerintah di Indonesia memiliki program Imunisasi Kejar, yang bertujuan untuk meratakan pengaplikasian imunisasi di Indonesia.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, tujuan imunisasi adalah melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia, seperti imunisasi cacar.
Jika terlindungi, kemungkinan terkena penyakit tersebut akan berkurang, dan akhirnya tercapailah tujuan akhir yaitu pemberantasan penyakit di dunia. Agar terlindungi dari penyakit, seseorang harus mempunyai kekebalan tubuh dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi) yang disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi).
Untuk mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal ulangan. Ada yang cukup satu kali, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi dan yang memerlukan ulangan imunisasi.
Jadwal imunisasi dibuat berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan atau tertunda, imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.
Imunisasi yang telah diberikan sudah menghasilkan respon imunologis walaupun di bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity) sehingga dokter tetap perlu melanjutkan dan melengkapi imunisasi (catch up immunization) dengan Imunisasi Kejar agar tercapai kadar perlindungan yang optimal.
Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju dan Negara di ASEAN lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54 persen diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya disebabkan oleh radang paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai kuman patogen di antaranya kuman HiB dan Pneumokokus.
Imunisasi dibedakan sesuai dengan kelompok umur
![]() |
Pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak. Saat berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk melengkapi imunisasi yang belum lengkap atau Imunisasi Kejar (catch up immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi.
Jenis vaksin atau imunissi rutin lengkap sesuai kelompok umur
- Lahir < 1 tahun: BCG, polio, hepatitis B, DPT, campak, HiB, pneumokokus, rotavirus
- 1 - 4 tahun: DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, HiB, pneumokokus
- 5 - 12 tahun: DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus
- 12 - 18 tahun: TT, hepatitis B, (MM)R, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus, HPV
- Lansia: Influenza, pneumokokus
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang telah menjadi suatu komitmen global. Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara di dunia seperti program pemberantasan polio, tetanus, pertusis, campak, Hib, hepatitis B, rotavirus. Sementara imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis.
Jenis Imunisasi
Berikut jenis-jenis imunisasi:
1. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin.
2. BCG
Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia (booster) tidak dianjurkan.
3. DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali (interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapapun interval keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi melanjutkan imunisasi sesuai jadwal.
4. Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
5. Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6. Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan MMR.
6. MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisasi campak 2 kali atau MMR 2 kali.
7. HiB
IMUNISASI HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali. Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya menyerang anak di bawah usia 5 tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah masuk program pemerintah, yaitu vaksin Pentabio produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B.
8. Pneumokokus
Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus salah satu penyebab penting dari radang telinga, pneumonia, meningitis dan beredarnya bakteri dalam darah. Sayangnya, imunisasi ini belum masuk program pemerintah.
Imunisasi pneumokokus diberikan tergantung usia pasien.
- Usia 2 - 6 bulan: 3 dosis, interval 6 - 8 minggu, ulangan 1 dosis, 12 - 15 bulan
- Usia 7 - 11 bulan: 2 dosis, interval 6 - 8 minggu, ulangan 1 dosis, 12 - 15 bulan
- Usia 12 - 23 bulan: 2 dosis, interval 6 - 8 minggu
- Usia > 24 bulan: 1 dosis
9. Rotavirus
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah diare karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya.
10. Influenza
![]() |
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosis saja.
11. Varisela
Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali. Untuk anak berusia >13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila terlambat, berikan kapan pun saat pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.
12. Hepatitis A & Tifoid
Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun, dengan ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin polisakarida sehingga di atas usia 2 tahun.
Imunisasi atau vaksin pada masa remaja
Berikut imunisasi atau vaksin pada masa remaja:
Imunisasi HPV
Pencegahan kanker mulut rahim yang diberikan pertama kali pada usia remaja awal, sebagai persiapan menuju masa dewasa dan kehamilan. Vaksin HPV diberikan sejak anak berusia 10 tahun, dapat diberikan hingga anak berusia 26 tahun. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah kanker leher rahim. Kejadian kanker serviks di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kanker payudara. Terdapat dua jenis vaksin HPV. Pertama, vaksin HPV bivalen (tipe 16 dan 18), yang diberikan pada 0, 1, dan 6 bulan. Kedua, vaksin HPV kuadrivalen (tipe 6, 11, 16, dan 18) diberikan pada 0, 2, dan 6 bulan.
Pada masa remaja pertengahan, imunisasi diberikan pada remaja yang tidak mendapat imunisasi lengkap sebelumnya, misalnya imunisasi hepatitis B, polio, MMR, varisela, hepatitis A, pnumokokus polisakarida, serta vaksin untuk remaja tertentu yang berisiko tinggi. Demikian juga, pada masa remaja akhir, semua jenis vaksin sudah harus dilengkapi pemberiannya. Imunisasi juga penting diberikan pada lansia untuk mengurangi terjadinya penyakit, khususnya influenza dan bakteri pneumokokus.