
Bundapedia
Rapid Diagnostic Test (RDT)
Nanie Wardhani | Haibunda
Apakah Bunda sering mendengar istilah rapid test? Dulu mungkin istilah ini jarang atau bahkan belum pernah Bunda dengar. Tapi kini, Rapid diagnostic test (RDT) sering terdengar sejak kasus COVID-19 merebak beberapa waktu lalu.
Namun kenyataannya, metode RDT tidak hanya dikhususkan untuk penyakit seperti COVID-19 saja lho, Bunda. RDT bisa dilakukan untuk mendeteksi atau mendiagnosis berbagai penyakit lainnya, dengan waktu yang cepat.
Jadi, apa pengertian dari rapid diagnostic test? Lalu apa saja kelebihannya?
Apa itu rapid diagnostic test?
Rapid diagnostic test (RDT) adalah tes diagnostik yang bertujuan untuk mendeteksi suatu penyakit atau kondisi medis dengan cepat. RDT biasanya dilakukan dengan menggunakan sampel darah, urine, atau cairan lainnya dari pasien yang diuji.
Hasil rapid diagnostic test biasanya dapat diketahui dalam waktu kurang dari satu jam, bahkan ada beberapa RDT yang dapat memberikan hasil dalam waktu kurang dari 15 menit.
Sebelum merebaknya kasus COVID-19, umumnya RDT banyak digunakan di daerah-daerah terpencil atau di negara-negara yang tidak memiliki fasilitas laboratorium yang memadai. RDT juga bisa digunakan sebagai alternatif untuk mengetahui hasil tes diagnostik yang lebih cepat dibandingkan dengan tes diagnostik lainnya yang memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasilnya.
Keunggulan lain dari RDT adalah mudah digunakan, tidak memerlukan peralatan yang rumit, dan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang tidak terlatih dengan cukup mudah. Namun, RDT memiliki kelemahan yaitu tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan tes diagnostik lainnya.
Oleh karena itu, hasil tes RDT harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan sebaiknya diikuti dengan tes diagnostik lain untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Selain itu, RDT juga tidak dapat memberikan informasi tentang tingkat keparahan suatu penyakit atau kondisi medis. Jadi, meskipun RDT dapat memberikan hasil yang cepat, pengambilan keputusan medis tidak boleh hanya didasarkan pada hasil tes RDT saja.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan tes cepat yang dapat mengukur antigen, antibodi, atau tanda biologis lainnya untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi penyakit tertentu. Hal ini dapat membantu dokter menentukan diagnosis pada pasien lebih cepat dan membantu dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang harus diambil.
Cara kerja rapid diagnostic test
Rapid test atau RDT biasanya menggunakan prinsip imunokimia untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis tersebut. Imunokimia adalah suatu metode yang menggunakan reaksi antara antigen (suatu protein yang terdapat pada virus atau bakteri) dengan antibodi (suatu protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menghancurkan antigen).
Untuk melakukan RDT, sampel darah, urine, atau cairan lainnya dari pasien yang diuji dicampur dengan reagen (zat kimia yang dapat mengubah warna atau memberikan sinyal visual lainnya jika terdapat antigen dalam sampel).
Jika terdapat antigen dalam sampel maka reagen akan bereaksi dengan antigen tersebut dan memberikan sinyal visual yang dapat terlihat dengan mata. Sinyal visual tersebut bisa berupa perubahan warna, munculnya garis pada strip kertas, atau munculnya partikel yang terlihat di bawah mikroskop.
Hasil tes RDT dapat diketahui dari sinyal visual tersebut. Jika sinyal visual tersebut muncul, maka pasien tersebut diduga terinfeksi oleh penyakit atau kondisi medis yang sedang diuji.
Namun, jika sinyal visual tersebut tidak muncul maka pasien tersebut diduga tidak terinfeksi oleh penyakit atau kondisi medis yang sedang diuji.
Penyakit yang bisa didiagnosis dengan RDT
Beberapa penyakit yang dapat diuji dengan RDT adalah:
Malaria: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antigen spesifik dari parasit Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria.
Covid-19: Rapid Diagnostic Test dapat digunakan sebagai pendeteksi awal COVID-19 agar virus ini tidak segera menyebar ke lebih banyak orang.
HIV: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik yang dihasilkan oleh tubuh ketika terinfeksi HIV.
Hepatitis B: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antigen spesifik yang dihasilkan oleh virus hepatitis B.
Sifilis: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik yang dihasilkan oleh tubuh ketika terinfeksi Treponema pallidum, yang merupakan bakteri penyebab sifilis.
Influenza: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antigen spesifik yang dihasilkan oleh virus influenza.
Tuberkulosis: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antigen spesifik yang dihasilkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang merupakan bakteri penyebab tuberkulosis.
Chikungunya: Tes ini digunakan untuk mendeteksi antigen spesifik yang dihasilkan oleh virus Chikungunya.
Dilansir dari Medline Plus, bahkan test-pack yang Bunda gunakan untuk mendeteksi kehamilan, juga bisa dikategorikan sebagai rapid diagnostic test.
Untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi serius, tes cepat seperti RDT dapat membantu dokter mengidentifikasi pasien yang terinfeksi dan memulai tindakan yang tepat. Dengan demikian, dampak kesehatan dan sosial dari penyakit yang ditularkan oleh orang yang terinfeksi dapat dikurangi.
Kelebihan dan kekurangan rapid diagnostic test
Rapid Diagnostic Test dapat diterapkan untuk menentukan infeksi bakteri atau virus tertentu, menentukan jenis bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi, atau memeriksa kadar antibodi untuk mengidentifikasi infeksi.
RDT dapat digunakan dalam berbagai situasi, termasuk diagnostik darurat dan monitoring kesehatan. Berikut adalah beberapa keunggulan RDT:
Bisa diandalkan dalam mendiagnosis penyakit
RDT memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mendeteksi infeksi bakteri atau virus tertentu. Meskipun begitu, akurasi ini butuh validasi lebih lanjut.
Cepat dan mudah
RDT memberikan hasil yang cepat dan mudah dibaca, yang memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis dengan cepat dan memilih terapi yang tepat.
Tidak memerlukan peralatan rumit
RDT tidak memerlukan peralatan yang rumit atau kompleks, sehingga mudah digunakan dalam situasi darurat.
Biaya terjangkau
RDT juga relatif murah, sehingga lebih terjangkau bagi sebagian besar masyarakat yang membutuhkan diagnosis penyakit tertentu.
Sementara itu, kekurangan RDT di antaranya adalah:
Dapat menimbulkan kesalahpahaman
Kesalahan penggunaan atau pemahaman yang salah dapat menghasilkan hasil yang salah dan tidak akurat.
Sering menghasilkan hasil false negative
RDT mungkin menghasilkan hasil "false negative’ atau negatif palsu yang berarti bahwa hasilnya menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi padahal sebenarnya ia terinfeksi.
Tidak dapat digunakan untuk semua jenis penyakit
RDT tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa semua jenis penyakit, karena ia hanya dapat mendeteksi infeksi bakteri atau virus tertentu.
Hasilnya tidak dapat digunakan untuk mensurvei
Hasil RDT tidak dapat digunakan untuk mensurvei karena hasilnya hanya dapat menentukan jenis infeksi dan tidak dapat menentukan tingkat penyebaran infeksi.
Kesimpulannya, Rapid Diagnostic Test merupakan sebuah teknologi diagnostik yang sangat bermanfaat dan telah membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit dengan cepat dan akurat.
Meskipun demikian, RDT memiliki beberapa kekurangan, seperti hasil palsu negatif dan tidak dapat digunakan untuk semua jenis penyakit.
Itulah pengertian dari Rapid Diagnostic Test (RDT) atau yang biasa disebut sebagai rapid test. Semoga bermanfaat.