

Bundapedia
Tantrum
Nanie Wardhani | Haibunda
Mungkin Bunda merasa lelah dan frustrasi ketika Si Kecil mengalami tantrum. Tetapi tantrum biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Anak-anak, terutama balita, mengalami tantrum sebagai bagian dari perkembangan normal mereka.
Apa itu tantrum?
Tantrum adalah ketika seorang anak memiliki ledakan kemarahan dan frustrasi yang tidak direncanakan. Tantrum bisa berbentuk fisik, verbal atau keduanya.
Si Kecil mungkin bertingkah, mengganggu, dan umumnya menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan. Biasanya mereka bertingkah seperti ini karena mereka menginginkan atau membutuhkan sesuatu yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.
Tantrum seringkali tidak proporsional dengan keadaan. Dengan kata lain, anak-anak bereaksi sangat kuat terhadap situasi yang tampaknya ringan. Misalnya, Bunda memberi tahu Si Kecil untuk menyimpan mainan atau menolak permintaan hadiahnya. Hal ini dapat menyebabkannya meronta-ronta, berteriak, dan memukul.
Kapan harus khawatir tentang tantrum pada balita?
Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan Si Kecil. Itu terjadi ketika seorang anak belajar menjadi lebih mandiri. Tantrum paling sering terjadi antara usia 1 hingga 4 tahun, rata-rata bisa terjadi satu kali sehari.
Tantrum biasanya berkurang ketika seorang anak mulai sekolah. Pada usia ini, mereka sudah lebih banyak berbicara, sehingga mereka dapat mengungkapkan kebutuhannya secara lisan.
Tantrum biasanya berlangsung antara dua hingga 15 menit. Amukan hebat yang berlangsung lebih dari 15 menit mungkin merupakan tanda masalah yang lebih serius. Jika Si Kecil mengalami ledakan tantrum yang berkepanjangan, sebaiknya Bunda ceritakan kepada dokter anak Si Kecil.
Penyebab tantrum
Menurut Cleveland Clinic, penyebab tantrum dapat meliputi:
- Frustrasi
- Mencari perhatian
- Menginginkan sesuatu (seperti makanan atau mainan)
- Menghindari melakukan sesuatu (seperti membersihkan atau meninggalkan taman bermain)
- Kelaparan
- Kelelahan
Penyebab utama terjadinya tantrum pada balita biasanya adalah karena konflik yang mereka rasakan. Mereka mencari kemandirian tetapi masih mendambakan perhatian orang tua mereka. Dan mereka belum mengembangkan keterampilan koping untuk menghadapi emosi atau kekecewaan yang kuat. Biasanya mereka kurang memiliki keterampilan verbal untuk menjelaskan perasaan mereka, jadi mereka malah menyerang.
Amukan tantrum seorang anak bukanlah cerminan dari pola asuh yang buruk. Tantrum terjadi karena kepribadian anak dan situasi saat hal itu terjadi. Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak.
Tanda-tanda tantrum
Selama tantrum terjadi, Si Kecil mungkin akan melakukan hal-hal berikut ini:
- Merengek, menangis, dan berteriak.
- Menendang, memukul, dan mencubit.
- Memukul lengan dan kaki.
- Menahan napas mereka.
- Mengencangkan atau melemaskan tubuh mereka.
![]() |
Apa yang harus dilakukan jika anak tantrum?
Bunda bisa mencoba beberapa strategi-strategi ini selama Si Kecil tantrum:
Temukan pengalih perhatian
Jika Bunda merasakan tantrum akan dimulai, tetapi belum menjadi ledakan besar, cobalah untuk mengalihkan perhatian Si Kecil. Tunjukkan sesuatu yang menarik atau libatkan mereka dalam suatu aktivitas.
Tetap tenang
Begitu Si Kecil tantrum, Bunda jangan mengancam, menguliahi, atau berdebat dengan mereka. Melakukan hal itu hanya akan memperburuk keadaan. Nanti, saat Si Kecil diam dan tenang, bicarakan dengan mereka tentang perilaku mereka sebelumnya.
Abaikan amukan
Ini menunjukkan kepada Si Kecil bahwa tantrum tidak dapat diterima dan tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Jaga agar mereka tetap terlihat
Jika Bunda berada di tengah toko atau tempat umum lainnya, pastikan Bunda dapat melihat Si Kecil (dan mereka dapat melihat Bunda) setiap saat. Jika Bunda merasa Si Kecil mungkin akan menyakiti diri sendiri atau orang lain, singkirkan mereka dari lingkungan.
Amankan mereka
Singkirkan semua benda berbahaya di dekat mereka. Pertimbangkan untuk menggendong Si Kecil, agar mereka tidak melukai dirinya sendiri. Jika Si Kecil benar-benar di luar kendali, bawa mereka ke tempat yang aman sampai mereka tenang. Gunakan "time-out" jika perlu, tempatkan mereka di ruangan yang jauh dari TV dan gangguan lainnya.
Selain hal-hal di atas, cobalah untuk tidak:
Menyerah atau berubah pikiran: Jika Bunda melakukannya, anak-anak belajar bahwa amukan membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika Bunda di rumah dan Si Kecil aman, Bunda bahkan dapat mencoba meninggalkannya dan pergi ke ruangan lain.
Pukul, gigit, atau tendang balik: Bunda mungkin berpikir ini mengajarkan mereka bahwa tindakan ini menyakitkan. Tetapi yang sebaliknya sering terjadi adalah Si Kecil mungkin belajar bahwa ini adalah perilaku yang dapat diterima karena orang tua melakukannya. Sebaliknya, jelaskan bahwa mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, yang tidak diperbolehkan.
Apa yang harus dilakukan setelah tantrum?
Setelah amukan selesai, Bunda dapat melibatkan Si Kecil dalam percakapan tentang apa yang terjadi. Bunda juga dapat mendiskusikan bagaimana mereka dapat menghentikan amukan agar tidak terjadi lagi.
Bunda juga bisa mencoba untuk:
Tawarkan pujian untuk menenangkan diri: Perkuat perilaku positif anak dan pilihan yang baik. Anak-anak menyukai pengakuan atas perilaku yang baik. Jadilah sespesifik mungkin. Daripada mengatakan, "Kamu sangat baik," katakan, "Kamu melakukan pekerjaan dengan baik menggunakan suara hati kamu di toko." Pernyataan ini membantu Si Kecil mengetahui perilaku apa yang diharapkan dan dapat diterima.
Akui perasaan mereka: Beri tahu Si Kecil bahwa Bunda memahami rasa frustrasi mereka. Tawarkan untuk membantu. Seringkali, anak-anak mencari perhatian, jadi mengakui mereka dapat membantu menenangkan emosi mereka.
Ajari Si Kecil untuk melabeli emosi: Anak-anak seringkali tidak memiliki kosakata yang mereka butuhkan. Mereka tidak bisa menggambarkan frustrasi, kecemburuan, kemarahan, atau kekecewaan mereka. Tantrum adalah cara mereka mengekspresikan perasaan mereka. Beri mereka kata-kata yang mereka butuhkan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri: “Bunda melihat kamu sedang marah sekarang. Kamu menangis, dan wajahmu merah.”
Ajari Si Kecil cara menangani emosi yang kuat: Bantu mereka mencari cara untuk mengatasi masalah tanpa menjadi marah. Mereka akan belajar bahwa mereka dapat memecahkan beberapa masalah mereka sendiri. Mereka akan menjadi lebih mandiri dan tidak mudah tantrum.
Berikan contoh yang baik: Anak-anak memandang orang tua mereka, memperhatikan perilaku mereka. Modelkan strategi yang sehat saat Bunda kesal atau frustrasi. Si Kecil akan mulai meniru perilaku Bunda.
Cara mencegah terjadinya tantrum
Bunda kemungkinan besar tidak akan dapat menciptakan lingkungan yang bebas dari tantrum. Tantrum adalah cara anak berkomunikasi. Itu adalah bagian alami dari perkembangan. Tetapi Bunda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan amukan dengan beberapa cara berikut:
Berikan pilihan: Biarkan mereka memilih, dengan alasan. Misalnya, mereka dapat memilih antara dua pakaian atau dua makanan ringan. Mampu memilih membantu anak merasa memegang kendali. Pastikan untuk membiarkan mereka memilih di antara dua hal yang Bunda setujui. Jangan beri mereka harapan palsu.
Persiapkan transisi: Masa transisi, seperti meninggalkan rumah atau taman bermain, bisa jadi sulit bagi anak-anak. Cobalah untuk mempersiapkan mereka terlebih dahulu bahwa akan ada transisi sehingga mereka siap untuk itu. Dan transisi yang lebih besar membutuhkan lebih banyak persiapan. Misalnya, jika saudara baru akan datang atau Bunda akan pindah, sediakan banyak waktu untuk mempersiapkan Si Kecil.
Periksa asupan makanan dan tidur: Terkadang, lekas marah bisa menyebabkan amukan. Perilaku ini mungkin berasal dari kurangnya nutrisi dan tidur yang tepat. Pastikan Si Kecil makan makanan yang seimbang dan cukup tidur.
Kapan harus berbicara dengan dokter tentang tantrum?
Hubungi dokter tentang tantrum jika:
- Tantrum tetap terjadi atau menjadi lebih buruk setelah usia 4 tahun
- Si Kecil menyakiti diri sendiri atau orang lain atau merusak properti saat mengamuk.
- Si Kecil menahan napas saat mengamuk (dan terutama jika sampai pingsan).
- Si Kecil mengalami sakit kepala, sakit perut, dan gelisah.
- Bunda merasa frustrasi dan tidak yakin bagaimana menangani tantrum dengan aman.
Saat amarah meledak, cobalah untuk tetap tenang. Akui emosi Si Kecil. Saat sudah tenang, bantu mereka melabeli emosi tersebut dan temukan cara yang lebih baik untuk bereaksi terhadap kekecewaan.