

Bundapedia
Fetal Distress
Annisa Karnesyia | Haibunda
Bunda pernah dengar istilah fetal distress? Istilah medis ini banyak digunakan dalam proses kehamilan.
Dalam bahasa Indonesia, fetal distress dapat diartikan sebagai gawat janin. Menurut American Pregnancy Association (APA), fetal distress digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika janin tidak menerima jumlah oksigen yang cukup selama kehamilan atau persalinan.
Meski kata fetal distress umum digunakan, tapi istilah ini tidak didefinisikan secara jelas. American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan agar istilah ini diganti dengan 'status janin yang tidak meyakinkan'.
"Fetal distress membuat dokter lebih sulit untuk membuat diagnosis secara akurat dan memberikan pengobatan yang tepat. Karena arti istilah yang tidak jelas tersebut, penggunaannya berpotensi menimbulkan penanganan yang tidak tepat," demikian tulis APA dalam laman resminya.
Sementara menurut ulasan di Science Direct, istilah fetal distress banyak digunakan dokter kandungan untuk menggambarkan berbagai kelainan denyut jantung janin. Tak hanya menyebabkan henti napas, kondisi ini juga bisa mengakibatkan dekompensasi respons fisiologis, kerusakan sistem saraf pusat permanen hingga kematian.
APA juga menjelaskan bahwa fetal distress seringkali terdeteksi melalui detak jantung janin yang abnormal, Bunda. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa membuat janin menelan air ketuban yang mengandung mekonium (kotoran), sehingga menyebabkan henti napas setelah lahir.
Penyebab fetal distress
Fetal distress paling sering terjadi selama persalinan. Ada beberapa penyebabnya, bisa dari faktor bayi atau ibunya. Dikutip dari berbagai sumber, berikut penyebab fetal distress:
Faktor bayi
- Bayi tidak menerima cukup oksigen karena adanya masalah plasenta, seperti solusio plasenta atau insufisiensi plasenta.
- Ukuran janin cenderung lebih kecil dibandingkan usia kehamilan.
- Hipotermia yang dialami janin.
- Kompresi tali pusat.
- Masalah keterlambatan pertumbuhan pada janin atau Intrauterine Growth Retardation (IUGR).
Faktor ibu
- Bunda memiliki riwayat penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit ginjal atau kolestasis (kondisi yang mempengaruhi hati pada masa kehamilan).
- Memiliki tekanan darah tinggi atau preeklamsia.
- Menjalani kehamilan lebih dari satu bayi.
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau sedikit.
- Pernah beberapa kali mengalami pendarahan antepartum.
- Pernah mengalami bayi lahir mati (stillbirth) di kehamilan sebelumnya.
Dilansir laman Pregnancy Birth Baby, kondisi fetal distress juga dapat terjadi pada kehamilan yang berlangsung lama atau muncul komplikasi lain selama persalinan. Terkadang, fetal distress dapat terjadi karena kontraksi terlalu kuat.
Gejala fetal distress
Gejala atau tanda fetal distress atau gawat janin mungkin dialami oleh beberapa ibu hamil. Dikutip dari What to Expect, berikut tandanya:
- Perdarahan vagina
- Gerakan bayi berkurang
- Kram
- Pertambahan berat badan tidak memadai
- Baby bump tidak berkembang atau terlihat lebih kecil dari yang diharapkan
- Adanya perasaan 'tidak beres' dalam diri Bunda bila memikirkan janin. Insting keibuan Bunda mungkin lebih peka menangkap kondisi ini.
Sementara itu, tanda juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan medis. Berikut tanda atau tandanya:
- Irama jantung janin bermasalah
- Detak jantung janin menurun
- Ketuban pecah dan berwarna coklat kehijauan
- Hasil Profil Biofisik (BPP) abnormal
- Tekanan darah tinggi pada ibu
- Janin gagal tumbuh atau berkembang
![]() |
Diagnosis dan tanda fetal distress
Seperti dijelaskan sebelumnya, diagnosis fetal distress mungkin sulit ditegakkan karena artinya bisa luas, begitu pun penyebabnya. Diagnosis fetal distress biasanya disamakan dengan istilah asfiksia lahir, Bunda.
ACOG secara khusus merekomendasikan dokter untuk menambahkan daftar tambahan ke dalam diagnosis fetal distress, seperti:
- Takikardia janin
- Bradikardia
- Deselerasi variabel berulang
- Profil biofisik rendah
- Deselerasi lambat
Komite ACOG juga telah menyatakan bahwa istilah asfiksia lahir tidak boleh lagi digunakan karena diagnosisnya terlalu kabur untuk penggunaan medis.
Cara mendiagnosis fetal distress memang bisa dengan dengan membaca detak jantung janin. Jika detak jantung lambat atau pola denyut jantungnya tidak biasa, maka itu bisa menandakan janin mengalami fetal distress.
Namun terkadang, kondisi ini juga dapat dideteksi saat dokter mendengarkan jantung janin selama kehamilan. Detak jantung biasanya dipantau selama persalinan untuk memeriksa tanda-tanda fetal distress.
Selain detak jantung, tanda lain fetal distress juga dapat diketahui dari ada atau tidaknya mekonium dalam cairan ketuban. Adanya mekonium dapat ditandai dengan cairan ketuban berwarna hijau atau coklat.
Diagnosis fetal distress dari hasil electronic Fetal Heart Rate (FHR)
Diagnosis fetal distress juga dapat ditentukan dari pemantauan detak jantung janin dengan electronic Fetal Heart Rate (FHR). Ada 4 manfaat dari pemeriksaan ini, yaitu:
- Kemampuan untuk mengenali perkembangan hipoksia dengan menganalisis pola denyut jantung janin.
- Kemampuan untuk memantau kontraksi ibu hamil.
- Kemampuan untuk memantau respons janin terhadap hipoksia.
- Hasil yang lebih positif untuk persalinan berisiko tinggi.
Meski dapat membantu diagnosis, FHR tetap bisa memberikan hasil interpretasi yang salah.
Komplikasi fetal distress
Komplikasi fetal distress yang dialami janin bisa memengaruhi kondisinya sejak dalam kandungan hingga kualitas hidupnya setelah dilahirkan. Misalnya, kekurangan oksigen selama persalinan dapat menyebabkan komplikasi yang sangat serius, seperti cedera otak, cerebral palsy, hingga stillbirth.
Bayi yang mengalami fetal distress umumnya dilahirkan melalui operasi caesar. Meskipun proses ini aman, tindakan operasi tetap memiliki risiko, seperti perdarahan, infeksi, dan kemungkinan cedera saat lahir.
Penanganan fetal distress
Penanganan awal fetal distress atau pada kondisi janin yang tidak meyakinkan resusitasi intrauterin. Cara ini dapat membantu mencegah prosedur yang tidak diperlukan.
Berikut beberapa cara resusitasi intrauterin:
- Mengubah posisi ibu, seperti bergerak memutar ke satu sisi untuk mengurangi tekanan bayi.
- Memastikan Bunda terhidrasi dengan baik
- Memastikan Bunda mendapatkan oksigen yang cukup.
- Amnioinfusion atau memasukkan cairan ke dalam rongga ketuban untuk mengurangi kompresi tali pusat.
- Tokolisis, yakni terapi yang digunakan untuk menunda persalinan prematur dengan menghentikan kontraksi sementara).
- Dekstrosa hipertonik intravena
Terkadang, bayi dalam keadaan fetal distress perlu dilahirkan dengan cepat atau operasi caesar darurat harus segera dilakukan. Bunda sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk menentukan proses persalinan dan penanganan yang tepat bila janin mengalami kondisi ini.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TAHUKAH BUNDA
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
ARTIKEL TERKAIT
HIGHLIGHT
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda