
cerita-bunda
Saya Keguguran Janin Kembar & Mertua Malah Memakiku Sebagai Pemalas
HaiBunda
Rabu, 29 Sep 2021 16:50 WIB

Saya sudah menikah dan harus ikut suami yang artinya ikut mertua karena kami belum punya rumah sendiri. Awalnya, sebelum menikah ibu mertua ini sangat baik. Namun setelah menikah, keluar sifat aslinya.
Suami anak kedua dari tiga bersaudara. Itu berarti saya memiliki kakak ipar dan kebetulan anak Ibu semuanya laki-laki. Dua hari setelah proses unduh mantu, saya masih bingung untuk melakukan aktivitas di rumah baru. Saat itu kakak ipar dan istrinya sedang di rumah Ibu.
Saya memang belum beraktivitas seperti menyapu, atau mencuci, bahkan memasak. Lalu saya lihat kakak ipar sedang menggosok baju. Saya menawarkan diri untuk gantian, tapi kakak ipar saya tidak mau.
Kebetulan Ibu lewat, hanya melihat saya duduk. Sorenya ibu bicara dengan suami saya. Katanya saya harus gosok pakaian. Saya tidak masalah untuk itu, yang saya masalahkan karena Ibu membandingkan saya dengan kakak ipar
Di sini rumah ini, saya menyapu, mengepel, mencuci, dan lain-lain. Tapi ibu merasa itu semua masih kurang. Pernah sekali, saya masak untuk suami. Ibu langsung komen masakan saya ini-itu. Menggoreng singkong sesuai dengan selera saya pun dikomentari kurang tipis dan lain-lain. Sejak saat itu, saya tidak pernah masak lagi.
Bersyukur sebulan pernikahan, kami langsung mendapati amanah. Namun, saya mengalami Hiperemesis gravidarum, di mana untuk minum air putih saja saya akan muntah.
Ibu menyuruhku untuk mengamalkan membaca Al-Qur'an surah tertentu dan saya mengiyakan. Hingga suatu ketika saya drop, hanya di kamar seharian, tidak bisa makan dan lemas sekali untuk bangun.
Lalu suami mengambilkan air dan makanan di bawa ke kamar. Ibu langsung marah-marah karena saya makan di kamar. Padahal untuk saya berdiri saja terasa lemah. Saya tahu makan di kamar emang kesannya jorok dan tidak boleh, tapi ini lain kondisi.
Masuk tiga bulan kehamilan, saya semakin tidak nafsu makan. Bahkan bau bawang goreng saja saya muntah. Tapi saya tetap memaksakan makan karena saya pernah opname dua kali.
Kebetulan saya di rumah dan tidak bekerja. Ibu mertua saya bekerja buruh di pabrik tahu. Jadi Beliau berangkat pagi dan pulang sore.
Dia enggak tahu apa yang saya makan. Beliau hanya tahu saya tidak pernah memaksa makan. Itu kenapa saya tidak gemuk dan perut saya belum terlihat membesar.
Aktivitas saya bangun pagi, langsung beberes rumah dan nonton tv sampai dzuhur. Kemudian saya nyetrika baju yang sudah kering kemudian tidur siang.
Tapi Ibu mengira bahwa saya seharian hanya di kamar saja. Tanpa pernah keluar ke mana-mana. Tanpa tahu kalo saya lemas untuk berjalan-jalan seperti yang dimintanya.
Menginjak 15 minggu kehamilan, saya kontrol ke bidan. Dan dimulailah kabar buruk itu. Lihat apa yang divonis Bidan dan reaksi mertua di HALAMAN SELANJUTNYA, Bun.
Simak juga video berikut mengenai mantan TKW yang mendapat hadiah mewah dari mertua.
Mertua Bilang Saya Jarang Gerak & Malas Makan
Ilustrasi mertua/Foto: istock
Semua normal sampai suatu saat di mana masuk ke minggu 18 detak jantung janin tidak lagi terdengar sehingga harus menjalani kuretase. Di situ saya menangis sejadi-jadinya.
Pulang ke rumah, bukan support yang didapat tapi malah makian. Karena kesannya saya jarang makan, jarang beraktivitas, Beliau bilang,”Sudah jangan nangis mulu. Kamu besok harus ke RS!”.
Saya ke RS ditemani Beliau karena suami saya harus bekerja. Pas USG ternyata calon anak saya kembar. Dokter bilang janin kurang nutrisi dan oksigen karena ada kerusakan pada plasenta.
Tapi Ibu hanya menangkap bahwa janin saya kurang nutrisi karena saya susah makan dan tidak pernah keluar rumah. Beliau pun cerita ke para etangga begitu.
Setelah menjalani kuret, semua orang yang datang menjenguk. Mereka semua menasehati jika nanti saya hamil lagi saya harus makan banyak, harus keluar rumah, harus ini-itu, dan ada beberapa yang omongannya menyakitkan hati. Saya hanya tersenyum dan bilang terima kasih atas perhatiannya.
Tidak hanya itu. Ibu menyindir masalah uang, ibu bilang tidak pernah diberi uang. Padahal saya setiap hari belanja, kebutuhan setiap hari seperti sabun, bumbu dapur, juga saya penuhi. Setiap jajan juga saya bawa pulang.
Bahkan kakak ipar mengirim uang ibu juga tiga bulan sekali yang mana nominalnya seperti kebutuhan rumah dalam sebulan. Saya tahu ini karena kakak ipar mentransfer lewat rekening suami saya.
Saya tidak pernah bercerita kepada suami saya. Karena saya takut jika saya cerita nanti palah menjadi konflik antara ibu dan anak. Saya mengeluarkan unek-unek ini biar saya bebas karena saya sudah lelah setiap hari merasa ada kurangnya saja.
Ke sana kemari kejelekanku yang diumbar-umbar. Tidak pernah ada baiknya mungkin,dan dianggap "rewang" dalam rumah.
Sebenarnya ibu mertua saya termasuk baik, namun kadang begitu. Kalau beliau kecapekan lansung kena marah semua. Namanya manusia tidak luput dari kesalahan. Saya hanya ingin pikiran saya kosong mangkanya saya kirim unek-unek ini sebagai anonim.
Saya tidak bisa bercerita dengan orang-orang. Bahkan suami saya sendiri. Saya hanya nangis kalau itu sudah menyakiti perasaan saya. Saya masih manusia yang mudah bawa perasaan.
(Bunda J, tidak memberikan lokasi)
Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke [email protected] yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Cerita Bunda
Mertua Posesif Banget Sama Anaknya Sampai Menyebutkku Istri Parasit Pemalas

Cerita Bunda
Mertua Tukang Utang, Rumah Sampai Digadai & Desak Aku Belikan Rumah Baru

Cerita Bunda
Seperti Sinetron, Mertua Ketemu Anakku Pertama Kali di Pinggir Jalan

Cerita Bunda
Suami Pilih Kasih: Pelit Sama Istri & Anak, Tapi Kasih Segalanya untuk Ibu

Cerita Bunda
Malunya Hati Ini Saat Mama Berani Minta Dibelikan Kalung ke Suamiku

Cerita Bunda
Ribut dengan Mertua, Aku 'Dikeroyok' Ipar dan Keponakan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda