Jakarta -
Kelahiran bayi dalam kandungan adalah momen yang ditunggu-tunggu setiap ibu hamil. Namun, tak jarang beberapa ibu hamil harus mengalami kesedihan karena bayi yang dikandung mengalami masalah dan harus meninggal sebelum dilahirkan. Misalnya yang dialamiÂ
Irish Bella dan Ammar Zoni.
Bayi kembarnya meninggal di dalam kandungan atau disebut juga stillbirth alias bayi lahir mati, pada Minggu (6/10/2019). Bayi meninggal sebelum lahir sering disebut keguguran. Namun, jika kehamilan sudah memasuki usia di atas 20 minggu, ini disebut bayi lahir mati atau stillbirth.
Melansir dari laman
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bayi lahir mati adalah kematian bayi sebelum dilahirkan. Kondisi ini diklasifikasikan menjadi:
- Early stillbirth: janin meninggal di usia kehamilan 20 sampai 27 minggu
- Late stillbirth: terjadi di usia kehamilan 28 sampai 36 minggu
- Term stillbirth: terjadi anatara usia kehamilan 37 minggu dan lebih
Sedangkan, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), bayi lahir mati artinya bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan pada atau setelah usia kehamilan 28 minggu. Di tahun 2012, setidaknya ada 2,6 juta kasus di dunia dengan lebih dari 7.178 kematian per hari.
Bayi lahir mati kebanyakan terjadi di negara berkembang, sekitar 98 persen terjadi di negara yang masyarakatnya berpendapatan sedang dan rendah. Diperkirakan penyebab kelahiran mati bervariasi, dari 10 persen di daerah maju hingga 59 persen di Asia Selatan.
Penyebab bayi lahir mati bermacam-macam, Bunda. Biasanya berbeda dengan keguguran yang umumnya terjadi. Kata penulis buku
After Miscarriage, Krissi Danielsson, beberapa penyebabnya adalah insufisiensi serviks, masalah plasenta, infeksi, kelainan pembekuan darah pada ibu, dan kelainan rahim.
 Ammar Zoni dan Irish Bella/ Foto: Ismail/detikFoto |
Waktu tepat untuk hamil lagiWanita yang mengalami kondisi ini biasanya menunggu waktu beberapa bulan untuk hamil lagi. Namun, tidak ada bukti medis yang kuat menunjukkan berapa lama waktu yang tepat, Bun.
"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehamilan yang terjadi tepat setahun setelah alami kehamilan mati bisa meningkatkan risiko kecemasan dan stres pasca trauma," kata Danielsson, dilansir
Very Well Family.
Studi lain menunjukkan kalau sebagian besar wanita melaporkan hanya mengalami sedikit efek psikologis setelah kehilangan bayinya dalam setahun. Alasan inilah yang membuat beberapa ahli menyarankan bahwa setelah mengalami kelahiran mati, wanita bisa menunggu selama 6 sampai 12 bulan sebelum hamil lagi.
"Secara umum, memutuskan waktu untuk hamil lagi benar-benar adalah keputusan pribadi, artinya pasangan telah siap secara psikologis dan emosional. Tidak tepat jika hanya salah satu pasangan saja yang siap," ujar Danielsson.
Risiko kelahiran matiSebagian besar penyebab bayi lahir mati, kata Danielsson, tidak akan terulang di kehamilan selanjutnya. Namun, beberapa penelitian menunjukkan kondisi ini justru bisa berisiko lebih tinggi di kehamilan berikutnya.
Menurut
American Congress of Obstetricians and Gynecologists, sebaiknya wanita yang ingin hamil berkonsultasi ke dokter. Tujuannya untuk mengidentifikasi faktor risiko spesifik yang mungkin menyebabkan kelahiran mati.
"Contohnya pada wanita berisiko rendah mengalami kelahiran mati dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, risiko mereka mengalami kelahiran mati lagi adalah sekitar 0,78 persen hingga 1,05 persen sebelum usia kehamilan 37 minggu. Setelah 37 minggu, risiko kelahiran mati turun menjadi 0,18 persen," tutur Danielsson.
Tindakan setelah bayi dinyatakan meninggal
Sebelum dilakukan tindakan, ibu hamil akan menjalani pemeriksaan dengan ultrasound. Tujuannya untuk mendengar detak jantung bayi dalam kandungan.
Ketika dinyatakan sudah meninggal, langkah medis yang dilakukan adalah menunggu ibu melahirkan alami atau diinduksi. Jika berisiko pada kesehatan ibu, bayi harus segera dikeluarkan. Namun, jarang ada yang melakukan tindakan dengan operasi caesar.
 Irish Bella/ Foto: Instagram |
Mencegah kelahiran matiSalah satu cara mengurangi risiko bayi lahir mati dengan melakukan pola hidup sehat. Mendapat perawatan antenatal secara teratur juga disarankan, Bun.
"Dokter terkadang mengambil tindakan untuk mencegah bayi lahir mati pada wanita yang dianggap memiliki risiko lebih tinggi dari rata-rata, itulah sebabnya perawatan antenatal yang teratur penting dilakukan, meski bayi lahir mati tidak selalu dapat dicegah," kata Danielsson.
Sedangkan, menurut tim penulis buku
Ending Preventable Stillbirths, dengan perawatan antenatal, masalah ibu hamil dapat lebih mudah dideteksi, dan bisa memonitor wanita selama persalinan. Para peneliti mengatakan, perawatan antenatal dan persalinan di 75 negara yang terkena dampak buruk dapat mencegah 823.000 kelahiran mati, 1,1 juta kematian neonatal dan 166.000 kematian ibu setiap tahun.
Dr.Hannah Blencowe, dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan, saat ini lebih dari 80 persen wanita sudah menghadiri kelas antenatal. Tapi kualitas perawatan yang diterima masih belum merata.
"Kita tidak berbicara tentang teknologi perawatan, tapi tentang cara untuk memastikan tekanan darah, mengambil sampel urin, dam memastikan wanita tidak menderita malaria," kata Blencowe.
"Wanita perlu dimonitor secara ketat selama persalinan. Sayangnya banyak yang tidak dimonitor dengan cukup cepat. Setengah dari semua kelahiran mati terjadi selama persalinan," sambungnya.
Dikutip dari NHS, berikut 6 cara mencegah bayi lahir mati:
1. Tidak merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat-obat berbahaya
Selain meningkatkan risiko keguguran, bisa menyebabkan efek serius pada perkembangan bayi dalam kandungan.
2. Menjaga berat badan
Obesitas meningkatkan risiko bayi lahir mati. Cara mudah menjaga kesehatan kita dan bayi adalah menurunkan badan jika obesitas. Berat badan yang ideal bukan cuma mengurangi risiko pada janin, tapi juga masalah lain terkkait obesitas.
Jika Bunda mengalami obesitas selama hamil, mungkin bidan akan memberi saran untuk meningkatkan kesehatan. Makanlah makanan yang sehat dan rajin berolahraga seperti jalan dan berenang. Namun, bicarakan dulu dengan dokter sebelum memilih aktivitas yang cocok selama hamil ya, Bun.
3. Melindungi diri dari infeksi
Bunda bisa memilih atau menghindari makanan tertentu yang bisa menyebabkan
infeksi. Misalnya tidak boleh makan keju, atau makan daging harus dimasak dengan matang.
4. Konsultasi dokter
Jika merasa sakit di perut, mengalami pendarahan, atau gatal-gatal, langsung temui dokter atau bidan di hari kejadian ya. Jangan menunda-nuda memeriksakan kandungan ke dokter.
5. Sadari gerakan bayi
Bunda harus menyadari gerakan bayi dalam kandungan. Biasanya akan mulai terasa antara minggu 16 dan 20 kehamilan, meskipun kadang-kadang bisa lebih dari ini. Gerakan-gerakan di antaranya adalah tendangan atau gerakan seperti bayi bergerak ke atas.
Jika bayi dalam kandungan gerakkannya kurang dari biasanya, atau ada perubahan dalam pola gerakan, itu mungkin merupakan tanda bayi tidak sehat. Segera hubungi bidan atau unit bersalin setempat agar kesehatan bayi dapat segera dinilai.
Tidak ada jumlah gerakan tertentu yang dianggap normal, Bun. Paling penting adalah memperhatikan dan memberi tahu bidan tentang pengurangan atau perubahan gerakan khas pada bayi.
6. Posisi tidur
Penelitian menunjukkan bahwa tidur terlentang setelah 28 minggu kehamilan dapat meningkatkan risikoÂ
bayi lahir mati. Ini berkaitan dengan aliran darah dan oksigen ke bayi.
Posisi paling aman untuk tidur adalah miring kiri atau kanan. Jika Bunda khawatir sulit bangun, bisa bangun terlentang, lalu putar ke samping sebelum kembali tidur.
Mengalami kelahiran mati memang buruk dan menyedihkan, Bun. Patut Bunda ingat, keguguran atau kelahiran mati bukanlah kesalahan siapapun, apalagi diri kita.
Semoga informasinya bermanfaat ya, Bun.
Bicara soal kehamilan, simak juga alasan kenapa ibu hamil tidak boleh makan ikan mentah di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rdn)