
kehamilan
Kenali Penyebab & Efek Histerektomi, Pengangkatan Rahim pada Wanita
HaiBunda
Selasa, 24 Nov 2020 13:41 WIB


Beberapa masalah kesehatan membuat sebagian wanita harus melakukan tindakan histerektomi. Dalam bidang obstetri dan ginekologi, histerektomi adalah pengangkatan uterus atau rahim.
Pengangkatan rahim ini bisa dialami wanita dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun ke atas. Dalam kasus obstetri, wanita yang sudah matang secara reproduksi dan hamil, bisa saja memerlukan prosedur ini meskipun masih berusia 20-30 tahun. Sedangkan dalam kasus ginekologi, wanita yang memerlukan prosedur histerektomi biasanya sudah berusia di atas 40 tahun.
Dalam kasus obstetri, wanita perlu menjalani prosedur histerektomi apabila memiliki:
1. Perdarahan terus menerus akibat kontraksi uterus.
2. Kasus solusio plasenta, jika rahim tak bisa berkontraksi lagi dan berubah menjadi biru, maka harus segera diangkat.
3. Kasus plasenta akreta, plasenta masuk ke dalam endometrium yang dalam dan tak bisa dilepas, maka rahim perlu segera diangkat.
Sementara dalam ginekologi, kondisi yang menyebabkan wanita perlu menjalani prosedur histerektomi atau pengangkatan rahim apabila memiliki:
1. Tumor, mioma uteri yang besar
Sebanyak 50-60 persen wanita pernah mengalami mioma. Sebelum menjalani prosedur histerektomi, mioma juga dilihat dahulu jenisnya, ada subserosal, intramural, submukosa.
Pada wanita yang mengalami mioma uteri submukosa keluhannya terjadi perdarahan terus-menerus. Sedangkan pada mioma uteri intramular, perdarahan terjadi sesekali namun ukuran rahim terus membesar.
Sementara itu, apabila wanita mengalami mioma uteri subserosal, tidak mengalami perdarahan tapi benjolan baru diketahui setelah berukuran sangat besar, bisa sebesar kepala.
Sebagai catatan tambahan, mioma tidak disebabkan oleh kehamilan, akan tetapi dengan kehamilan pertumbuhan mioma akan lebih cepat.
2. Kanker serviks
Jika wanita mengalami kanker serviks, maka kemungkinannya akan dilakukan tindakan pengangkatan semua organ reproduksinya (histerektomi radikal). Sedangkan kemungkinan metastasis, bisa terjadi apabila kanker telah mencapai stadium lanjut.
3. Hiperplasia endometrium
Kondisi ini ditandai dengan terjadinya perdarahan terus-menerus dari rahim. Jika mengarah ke arah keganasan, maka rahim perlu diangkat.
4. Menorrhagia
Menorrhagia merupakan kondisi menstruasi dalam waktu lama dan mengeluarkan darah lebih banyak dari biasanya. Apabila penyebabnya mengarah ke kanker endometrium maka rahim harus segera diangkat.
5. Prolaps uteri
Penyebab lainnya yaitu rahim kendur atau peranakan turun (Prolaps uteri). Umum terjadi pada wanita lansia atau sudah melahirkan lebih dari tiga kali. Biasanya, rahim akan turun dan perlu dilakukan histerektomi vagina.
Setelah diputuskan untuk dilakukan histerektomi, berikut prosedur yang harus dilakukan. Klik NEXT ya untuk baca di halaman selanjutnya!
Bunda, simak juga yuk masalah seputar rahim kering dalam video di bawah ini:
Prosedur dan Dampak
Histerektomi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Mariakray
Jenis prosedur histerektomi
Prosedur histerektomi terbagi menjadi tiga jenis yaitu radikal, total, dan subtotal. Ketiganya dibedakan berdasarkan jumlah organ reproduksi yang diangkat.
- Prosedur histerektomi radikal
Apabila seorang wanita menjalani prosedur histerektomi radikal, maka seluruh organ sistem reproduksi, termasuk, rahim dan serviks, tuba falopi, ovarium, bagian atas vagina, jaringan lemak, dan kelenjar getah bening di sekitar rahim akan diangkat.
- Prosedur histerektomi total
Jika wanita menjalani prosedur histerektomi total, maka semua bagian rahim diangkat. Termasuk pengangkatan porsio atau mulut rahim.
- Prosedur histerektomi subtotal
Sementara, jika menjalani prosedur histerektomi subtotal, mulut rahim tidak diangkat sehingga tidak mengganggu serviks.
Masing-masing prosedur histerektomi memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika wanita telah menjalani prosedur radikal dan total, maka tidak perlu melakukan tes PAP Smear (tes untuk deteksi kanker serviks) lagi.
Sedangkan kelebihan prosedur subtotal, yaitu wanita masih bisa merasa nyaman untuk berhubungan seksual karena masih adanya mulut rahim. Namun, masih perlu dilakukan tes PAP Smear secara rutin.
Dampak histerektomi
Dampak histerektomi yang paling utama, jelas, wanita tidak bisa hamil lagi. Kemudian dampak lainnya adalah wanita tidak akan lagi bisa mengalami menstruasi. Hal ini terjadi jika ovarium juga diangkat dalam prosedur histerektomi radikal, wanita langsung mengalami menopause.
Histerektomi akan sangat berpengaruh pada kehidupan seksual wanita. Biasanya, akan muncul rasa sakit karena tidak ada lagi produksi pelumas atau lendir yang keluar dari vagina. Namun, ini sebenarnya bisa diatasi dengan adanya kelenjar bartholin yang bisa membasahi dinding vagina.
Pencegahan Histerektomi
Histerektomi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/RossHelen
Pencegahan histerektomi
Telah disebutkan di atas bahwa kondisi yang memerlukan histerektomi di antaranya, mioma dan kanker serviks. Untuk mencegah wanita menjalani prosedur ini maka wanita perlu:
1. Perbaiki pola makan
Mioma, salah satu kondisi yang bisa menyebabkan wanita perlu menjalani histerektomi, terjadi karena hyperestrogen. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pola makan yang kurang baik. Misalnya, konsumsi makanan berlemak, yang mengandung banyak minyak, makanan olahan (bakso, sosis).
Untuk mencegahnya, wanita disarankan untuk perbaiki pola makan. Perbanyak konsumsi makanan yang direbus, dikukus, dan tidak berminyak.
2. Deteksi dini kanker serviks
Prevalensi kanker serviks di Indonesia cukup tinggi. Dalam 1 jam, 1 wanita meninggal akibat kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker yang bisa dicegah. Untuk pencegahan kanker serviks yang bisa berujung histererktomi radikal, maka wanita perlu melakukan deteksi dini dengan tes PAP Smear.
Wanita yang aktif secara seksual harus rajin melakukan pemeriksaan ini. Kalau sudah terdeteksi sejak dini, sebelum masuk ke stadium 2A dan 2B maka bisa langsung diobati, dan dilakukan imunisasi HPV.
Melihat dampak histerektomi yang begitu luas pada kehidupan Bunda selanjutnya, lebih baik melakukan pencegahan ya. Terpenting menjaga kebersihan reproduksi dan displin untuk menerapkan pola makan yang sehat.
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
PCOS: Kenali Tanda, Penyebab hingga Dampaknya untuk Program Hamil

Kehamilan
Risiko bila Angkat Rahim, Apakah Bunda Bisa Hamil Kembali?

Kehamilan
Endometriosis: Penyebab dan Gejala, Serta Cara Bedakan dengan Nyeri Haid

Kehamilan
10 Mitos & Fakta Masa Subur Wanita yang Pengaruhi Keberhasilan Program Hamil

Kehamilan
Penyebab dan Cara Mencegah Kanker Serviks, Penyakit Mematikan pada Wanita

Kehamilan
Cegah Peranakan Turun Sejak Dini agar Tak Ganggu Kualitas Hidup Bunda
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda