KEHAMILAN
7 Kondisi Bumil yang Perlu Menerima Induksi, Termasuk Usia Kehamilan Lewati 42 Minggu
Melly Febrida | HaiBunda
Senin, 27 Jun 2022 07:00 WIBJakarta - Seorang wanita biasanya akan menjalani masa kehamilan selama 280 hari atau 40 minggu lamanya. Namun, jika kehamilan telah melewati hari perkiraan lahir, Bunda tentu merasa cemas ya dan bertanya-tanya kapan tanda kontraksi akan muncul.
Elana Pearl Ben-Joseph, M.D., dokter spesialis anak menjelaskan kehamilan yang melewati due date memang dapat menjadi tantangan. Bumil bisa saja merasa sekujur tubuhnya, kaki, dan punggungnya sakit. Itulah sebabnya menunggu lebih lama dari yang diharapkan bisa sangat sulit. Lalu apa solusi itu kondisi tersebut, apakah harus selalu diberikan induksi?
"Namun, jika melewati tanggal jatuh tempo, bukan berarti dokter akan melakukan induksi. Tidak selalu," kata Ben-Joseph dilansir Kidshealth.
Apa itu induksi?
Induksi persalinan digunakan dokter untuk mencoba membantu persalinan dengan menggunakan obat-obatan atau teknik medis lainnya. Bertahun-tahun yang lalu, beberapa dokter secara rutin melakukan induksi persalinan. Tapi sekarang tidak langsung dilakukan kecuali ada kebutuhan medis untuk itu.
"Persalinan biasanya dibiarkan berjalan secara alami. Namun, dalam beberapa situasi, penyedia layanan kesehatan dapat merekomendasikan induksi," ujarnya.
Kapan dokter akan merekomendasikan induksi? Bumil harus diinduksi jika mengalami beberapa hal di bawah ini:
Ketuban pecah tetapi bumil tidak mengalami kontraksi
Bayi masih belum lahir hingga 2 minggu setelah tanggal jatuh tempo. Ini dianggap post-term — lebih dari 42 minggu kehamilan.
Bumil memiliki infeksi di rahim (disebut korioamnionitis)
Ada faktor risiko tertentu (misalnya, diabetes gestasional atau tekanan darah tinggi)
Tidak cukup cairan ketuban
Ada masalah dengan plasenta
Bayi tidak tumbuh dengan baik
"Induksi juga dapat dilakukan dalam keadaan tertentu, seperti pada ibu yang cukup bulan dan memiliki riwayat persalinan cepat atau tinggal jauh dari rumah sakit," jelas Ben-Joseph.
Induksi ini dikenal dengan induksi persalinan elektif, yakni inisiasi persalinan untuk kenyamanan ketika tidak ada kebutuhan medis.
Dalam laman Mayoclinic, penyedia layanan kesehatan dalam kasus seperti itu akan memastikan usia kehamilan bayi setidaknya 39 minggu atau lebih sebelum induksi untuk mengurangi risiko masalah kesehatan pada bayi.
Dokter mencoba untuk menghindari menginduksi persalinan lebih awal karena tanggal jatuh tempo mungkin salah atau serviks bumil mungkin belum siap.
"Menginduksi persalinan tidak seperti menyalakan keran. Jika tubuh belum siap, induksi mungkin gagal dan, setelah berjam-jam atau berhari-hari mencoba, seorang wanita mungkin akan menjalani operasi caesar (C-section). Ini tampaknya lebih mungkin terjadi jika serviks belum matang," jelas Ben-Joseph.
Untuk mengetahui risiko tak menginduksi bayi usai melewati 42 minggu, bisa klik di halaman berikutnya Bunda.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Saksikan juga yuk video tentang cerita Tasya Kamila melahirkan, drama induksi hingga akhirnya caesar.

RISIKO TAK MENGINDUKSI KEHAMILAN LEBIH DARI 42 MINGGU