Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Morning Sickness di Awal Kehamilan, Kenali Penyebab dan Cara Mencegahnya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 19 Jul 2022 20:36 WIB

Ilustrasi Morning Sickness
Morning Sickness di Awal Kehamilan, Kenali Penyebab dan Cara Mencegahnya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/deeepblue
Jakarta -

Morning sickness merupakan salah satu tanda awal kehamilan. Kondisi ini bisa menyebabkan Bunda hamil alias Bumil enggak nafsu makan dan lemas lho.

Lebih dari 50 persen Bumil mengalami morning sickness selama kehamilan. Menurut jurnal yang diterbitkan di Autonomic Neuroscience tahun 2017, diperkirakan 70 hingga 80 persen Bumil mengalami morning sickness. Tanda-tanda hamil muda ini biasanya dimulai sekitar minggu ke-6 kehamilan.

Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFer mengatakan, morning sickness disebut juga emesis. Setidaknya 1 dari 5 wanita akan mengalami morning sickness di trimester pertama.

Banner Cara Tingkatkan Daya Ingat Anak

"Kondisi ini umumnya tak akan lama dan dapat hilang dengan sendirinya atau setelah konsumsi obat mual," kata Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Sub Endokrinologi & Menopouse Paruh Waktu di RS Hermina Jatinegara ini kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Meski begitu, derajat mual dan muntah dapat meningkat hingga membuat Bumil sulit untuk makan. Pada kondisi yang serius, morning sickness dapat berlangsung lama hingga menyebabkan berat badan turun. Kondisi ini disebut juga hiperemesis gravidarum.

Apa saja faktor risiko morning sickness ini?

Menurut Ilham Surya Utama, SpOG, morning sickness berhubungan dengan besarnya berat ari-ari. Ari-ari atau plasenta merupakan pengatur sumber makanan, pernapasan, hormon pertumbuhan dan tempat pembuangan zat-zat sisa atau bagi janin di dalam tubuh Bunda. Oleh karena itu, kehamilan kembar, hamil anggur atau hamil mola, dan penyakit trofoblas gestasional merupakan faktor risiko yang menyebabkan morning sickness.

"Selain itu, riwayat mabuk perjalanan, hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, migrain, dan faktor genetik saudara perempuan atau anak perempuan yang memiliki hyperemesis gravidarum, juga menyebabkan faktor risiko pada terjadinya morning sickness," terang dokter yang berpraktik di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ini.

Penilaian morning sickness

Bunda dapat menilai keparahan morning sickness melalui skor PUQE (Pregnancy Unique Quantification of Emesis and Nausea). PUQE adalah sistem skoring yang digunakan untuk menilai berat atau tidaknya gejala mual dan muntah yang dialami selama kehamilan

Berikut skor PUQE untuk menilai derajat mual dan muntah selama hamil:

tabel Puqe untuk mengukur derajat hipermesis gravidarumTabel PUQE untuk mengukur derajat hipermesis gravidarum/ Foto: HaiBunda

Ada tiga pertanyaan dengan skor 1 sampai 5 untuk menilai keluhan. Skor PUQE dari setiap pertanyaan kemudian dijumlahkan. Berikut interpretasi skor PUQE untuk menilai mual dan muntah selama kehamilan:

  • Nilai 3-6 = derajat ringan
  • Nilai 7-12 = derajat sedang
  • Nilai >13 = derajat berat

Bila nilai sudah >13, artinya Bumil sudah mengalami hiperemesis gravidarum.

Penyebab morning sickness

Penyebab pasti morning sickness masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada 3 faktor yang dapat memengaruhi terjadinya morning sickness, yakni:

1. Hormon kehamilan

Penyebab paling sering morning sickness adalah peningkatan kadar hormon kehamilan human chorionic gonadotropin (hCG). Puncaknya berlangsung di pagi hari, Bunda.

Hormon ini pertama kali diproduksi oleh embrio yang sedang berkembang setelah pembuahan. Beberapa ahli mengaitkan hubungan antara hCG dengan terjadinya morning sickness.

Selain hCG, peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron juga dikaitkan dengan morning sickness di awal kehamilan. Peningkatan hormon estrogen pada wanita hamil 100 kali lebih tinggi dibandingkan tidak hamil.

Meski dipercaya menyebabkan morning sickness, hingga kini belum ada bukti yang menunjukkan perbedaan kadar estrogen wanita hamil yang memiliki gejala atau tidak.

Selain itu, hormon progesteron yang tinggi di awal kehamilan bisa mengendurkan otot-otot rahim untuk mencegah persalinan dini. Hormon ini juga bisa mengendurkan usus, sehingga dapat menyebabkan penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease).

"Para ahli menyepakati perubahan hormon saat kehamilan yakni hCG (Human Chronionic Gonadotropin) yang menyebabkan gejala ini muncul. Hormon yang dihasilkan oleh ari-ari ini naik secara tiba-tiba, sehingga merangsang pusat kimia di otak yang berakibat mual muntah," ujar Ilham lebih lanjut.

2. Kelebihan air liur

Kelebihan air liur juga dapat memicu morning sickness nih, Bunda. Penyebabnya juga masih dikaitkan dengan perubahan hormon kehamilan.

Air liur yang berlebih cenderung terkumpul di mulut saat hamil, sehingga menambah rasa mual dan menghilangkan nafsu makan. Tapi, apa pun penyebabnya, kelebihan air liur di awal kehamilan masih dianggap normal dan tidak berbahaya bila pola makan Bunda tidak terganggu.

3. Pengaruh makanan

Selain karena hormon, Bunda bisa mengalami morning sickness karena pola makan yang salah selama hamil. Misalnya, perut kosong setelah beberapa jam atau tidak makan selama periode waktu yang cukup lama.

Morning sickness juga dapat terjadi karena pengaruh makanan atau perubahan suasana di mulut, misalnya timbul rasa logam saat mengonsumsi makanan tertentu.

Penyebab lainnya adalah karena Bunda mencium bau-bau makanan yang menyengat. Akibat pengaruh makanan ini, beberapa Bunda sering mengalami kesulitan makan saat hamil muda.

Faktor risiko morning sickness

Bunda hamil memiliki risiko untuk mengalami morning sickness, bahkan di kehamilan keduanya. Tapi, risiko ini menjadi lebih tinggi pada beberapa kondisi. Melansir dari Mayo Clinic, berikut 3 faktor risiko morning sickness:

  1. Bunda pernah mengalami morning sickness pada kehamilan sebelumnya.
  2. Bunda sedang hamil anak kembar atau lebih dari satu bayi.
  3. Sebelum hamil, Bunda pernah mengalami morning sickness karena mabuk perjalanan, migrain, konsumsi pil KB mengandung estrogen, atau sensitif terhadap bau-bauan.

Komplikasi morning sickness

Young Pregnant Woman Suffering With Morning Sickness In BathroomIlustrasi Morning Sickness/ Foto: iStock

Morning sickness umumnya tidak akan menyebabkan komplikasi selama kehamilan. Tapi, bila kondisi menjadi serius, Bunda bisa kehilangan nafsu makan karena mual dan muntah.

Morning sickness biasanya tidak akan menjadi parah hingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin. Bagi sebagian Bumil, mual dapat menyebabkan muntah parah dan penurunan berat badan.

Bunda yang mengalami morning sickness parah lebih dari 3 sampai 4 bulan pertama kehamilan sebaiknya bicara dengan dokter. Bunda mungkin mengalami hiperemesis gravidarum.

Andon juga mengatakan dari 100 ibu hamil, sekitar 3 sampai 4 orang akan mengalami hiperemesis gravidarum. Kondisi Bumil dengan hiperemesis gravidarum harus segera ditangani secara medis agar tidak memengaruhi kondisi ibu dan janin.

"Ibu hamil didiagnosis hiperemesis gravidarum bila mengalami penurunan berat badan lebih dari 5 persen disertai ketosis urine. Mual dan muntah berat ini juga dapat menyebabkan perubahan keseimbangan elektrolit, seperti natrium, kalium, dan klorida," ujar Andon.

Beda gejala hiperemesis gravidarum dan morning sickness

Gejala hiperemesis gravidarum berbeda dengan morning sickness. Selain dari skor PUQE, gejala hiperemesis gravidarum dapat dilihat dari mual dan muntah yang disertai gejala:

  • Kesulitan makan
  • Tidak bisa tidur
  • Berat badan turun
  • Urine kental
  • Suhu tubuh naik (demam)
  • Muntah darah

Tips mengatasi morning sickness

Morning sickness di awal kehamilan sebenarnya dapat dicegah agar tidak terjadi dan menjadi parah. Berikut 9 tips mengatasi morning sickness:

  1. Bunda dapat mengubah kebiasaan makan, misalnya makan dalam jumlah sedikit tapi sering. Makanlah ketika perut terasa enak, dengan porsi kecil atau makan 5 sampai 6 kali sehari untuk mencegah perut kosong dan mempertahankan kadar gula darah agar stabil.
  2. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan protein dapat membantu mengatasi rasa mual. Selain itu, banyak Bunda perlu membiasakan makan buah dan sayuran selama kehamilan.
  3. Jangan langsung terburu-buru bangun di pagi hari. Cobalah duduk sebentar dan makan camilan atau biskuit untuk mencegah mual.
  4. Hindari konsumsi makanan yang memicu rasa mual, seperti makanan berbau menyengat, berlemak, dan pedas.
  5. Minum cairan yang cukup selama Bunda mengalami morning sickness ya. Minumlah untuk menggantikan cairan yang hilang selama muntah atau mencegah dehidrasi.
  6. Tingkatkan asupan vitamin B6 karena efektif mengurangi rasa mual pada Bunda hamil. Vitamin ini bisa didapatkan dari sereal, alpukat, dan pisang.
  7. Minum air jahe hangat untuk mengurangi rasa mual. Selain minuman, Bunda juga bisa mengunyah permen jahe.
  8. Hindari faktor-faktor pencetus morning sickness, seperti stres dan berat badan kurang atau berlebih.
  9. Konsultasi ke dokter dalam perencanaan kehamilan, terutama bagi Bunda yang pernah punya riwayat morning sickness di kehamilan sebelumnya.

"Hindari makanan yang pedas, berlemak, kue tart, brownies, minuman dingin, minuman manis, dan penggunaan tablet penambah darah selama trimester pertama. Bunda bisa mengonsumsi makanan bergizi dan segar seperti roti gandum, nasi, kentang, jus segar, wortel dan kacang hijau," saran Ilham untuk mengurangi morning sickness.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga perbedaan mual saat hamil dan sakit maag, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda