sign up SIGN UP search

kehamilan

Efek Samping KB Hormonal & Non-Hormonal, Benarkah Ada yang Tak Cocok untuk Tubuh?

dr. Adila Rossa Amanda Malik, Sp.OG   |   Haibunda Rabu, 20 Jul 2022 08:37 WIB
Ilustrasi memilih alat kontrasepsi caption
Jakarta -

Mengatur jarak kehamilan penting dilakukan. Dalam hal ini, kontrasepsi menjadi pilihan efektif untuk mencegah kehamilan.

Namun sayangnya, banyak bunda yang ragu untuk memilih kontrasepsi karena berbagai alasan. Salah satunya karena takut menimbulkan berbagai efek samping untuk tubuh ke depannya. Benarkah kontrasepsi berpengaruh pada tubuh?

Kontrasepsi digunakan sebagai pengatur jarak kelahiran. Banyak jenis alat kontrasepsi atau KB yang dapat Bunda pilih disesuaikan dengan masing-masing kondisi tubuh.


Penting diketahui,jangan sampai salah persepsi terkait cocok atau tidaknya kontrasepsi. Ketidaknyamanan yang muncul merupakan reaksi dan efek samping kontrasepsi tersebut pada tubuh.

Risiko seharusnya dapat diprediksi dan harus dikomunikasikan oleh tenaga kesehatan. Saat efek samping terjadi, Bunda dapat memutuskan untuk tidak menggunakannya lagi. Sebab, penerimaan tubuh setiap orang dapat berbeda-beda.

Selain utuk mengontrol jarak kehamilan, sebenarnya kontrasepsi jenis tertentu berguna untuk mengatasi ketidakstabilan hormon reproduksinya.

Memilih kontrasepsi atau KB

Ada beberapa hal yang perlu Bunda tahu tentang pemilihan dan penggunaan kontrasepsi atau KB. Berikut penjelasannya:

  1. Penggunaan kontrasepsi atau KB harus disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya
  2. Saat seorang wanita memilih KB, dia harus diberikan pilihan oleh tenaga kesehatan. Pilihannya, apakah KB digunakan untuk mengatur jarak kehamilan dengan menunda atau menghentikan kehamilan.
  3. Kemudian, pilihan dapat mengerucut ke waktu pemakaiannya. Untuk menjarangkan kehamilan, Bunda dapat memilih KB yang efeknya tidak lama, seperti bulanan atau setahun. Namun jika tujuannya untuk menghentikan kehamilan, Bunda dapat memilih yang efeknya lebih lama, minimal 3-5 tahun atau sterilisasi.
  4. Bunda perlu memahami pemakaian alat kontrasepsi dengan benar. Misalnya, apakah akan taat minum pil KB atau tidak bila ingin menunda kehamilan?
  5. Pertimbangkan riwayat penyakit dari calon pengguna kontrasepsi, misalnya hipertensi, minum obat-obatan tertentu, atau merokok.
  6. Tenaga kesehatan perlu menjelaskan angka kegagalan setiap alat kontrasepsi, risiko, efek samping yang mungkin terjadi, serta pencegahan dari efek samping.
Ilustrasi alat kontrasepsiIlustrasi alat kontrasepsi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur

Jenis kontrasepsi dan efek samping

Simak beberapa jenis alat kontrasepsi di bawah ini:

KB hormonal

Alat kontrasepsi KB hormonal mengandung turunan dari hormon estrogen dan progesteron (sintetik). Berikut jenis alat kontrasepsi hormonal dan efek sampingnya:

1. Pil KB

Pil KB mengandung turunan hormon estrogen dan progesteron atau hanya sintesis progesteron. Pil KB terdiri dari pil KB generasi lama dan generasi terbaru.

Pil KB terbaru tergolong minim efek samping, Bunda. Sedangkan pil KB generasi lama memiliki beberapa efek samping dan risiko, seperti:

  • Mual
  • Jerawat di wajah
  • Perdarahan atau flek di antara waktu haid

Pil KB bisa bikin jerawatan?

Kandungan pil KB generasi lama memang bisa menyebabkan jerawat di wajah, Bunda. Sedangkan pada pil KB generasi terbaru, hormon turunan progesteron diganti sehingga reaksi mual, jerawat, dan kembung dapat ditekan.

Kandungan pil KB generasi baru malah bisa membuat kulit glowing, Bunda. Pil KB generasi ini sering digunakan oleh dokter kulit untuk pengobatan jerawat.

2. KB suntik

KB suntik terdiri dari dua jenis, yakni:

  • KB suntik 1 bulan

KB suntik 1 bulan menggunakan dua turunan hormon estrogen dan progesteron. KB suntik 1 bulan ini juga sering disebut KB suntik kombinasi. Jenis kontrasepsi ini tidak menimbulkan efek samping, seperti mengganggu siklus haid.

  • KB suntik 3 bulan

KB suntik 3 bulan terdiri dari satu hormon turunan progesteron, yakni DMPA (Depo-Provera). Efek sampingnya hampir mirip dengan pil KB generasi lama, Bunda. Berikut efek sampingnya:

  • Menyebabkan retensi cairan, sehingga perut terasa begah
  • Gangguan siklus haid (tidak haid selama pemakaian KB)
  • Mual
  • Mengganggu mood

Benarkah KB suntik 3 bulan bikin tubuh gemuk?

Perlu diketahui, KB suntik 3 bulan memang bisa menyebabkan penumpukan cairan di tubuh, tapi bukan menjadi penyebab gemuk. Peningkatan berat badan dapat terjadi, tapi tidak signifikan.

Benarkah KB suntik menyebabkan masalah kesuburan?

KB suntik ini juga tidak menyebabkan rahim kering dan masalah kesuburan. Kandungan DMPA di KB suntik 3 bulan, masih bisa berada dalam siklus tubuh kurang lebih 6 bulan setelah pemakaian dihentikan.

Jadi, KB suntik 3 bulan tak mengganggu kesuburan, tapi dapat mengganggu masa subur. Jadi, kalau Bunda mau program hamil, sebaiknya evaluasi lagi efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan ya.

Infografis alat kontrasepsiInfografis alat kontrasepsi/ Foto: dok HaiBunda

3. Implan

Implan mengandung single hormon seperti KB suntik 3 bulan. Tapi, kandungan hormon di implan jauh lebih stabil, sehingga tidak menyebabkan efek samping penumpukan cairan.

Meski begitu, implan tetap bisa memengaruhi siklus haid. Bunda mungkin tidak akan mengalami haid teratur selama menggunakan implan.

Berbeda dengan KB hormonal lain, implan bisa digunakan dalam waktu lama, yakni sekitar 2 sampai 3 tahun.

KB non-hormonal

KB non-hormonal tidak memasukkan hormon ke dalam tubuh. Alat kontrasepsi ini tidak mengganggu masa subur, tapi dapat mencegah kehamilan dengan cara tertentu.
Berikut jenis KB non-hormonal serta efek sampingnya:

1. Kondom

Kondom merupakan alat kontrasepsi dengan angka kegagalan tinggi. Kebanyakan kondom terbuat dari lateks yang bisa menyebabkan efek samping alergi.

Alergi juga dapat disebabkan karena zat-zat pelicin atau lubricant dan pewanginya.

2. Steril

Steril disebut juga kontrasepsi mantap. Angka kegagalan steril sama dengan implan, yakni paling rendah dibandingkan jenis KB yang lain. Angka kehamilan implan hanya terjadi pada 6/10.000.

Seorang wanita yang sudah steril tetap bisa hami, karena tetap terdapat angka kegagalannya meskipun kurang dari 1 persen. Setiap kontrasepsi memiliki angka kegagalan. Artinya, meski Bunda sudah menggunakan alat kontrasepsi, peluang untuk hamil tetap ada.

Hal tersebut juga berlaku untuk penggunaan alat kontrasepsi steril. Setiap metode KB atau kontrasepsi, selama masih punya organ reproduksi (rahim dan hormon), itu masih bisa hamil.

3. IUD

IUD (intrauterine device) dulu dikenal dengan nama KB spiral. IUD menjadi kegemaran wanita karena less maintenance, tidak harus diingat setiap hari, dapat digunakan dalam jangka waktu lama (5 sampai 10 tahun), dan kontrol bisa dilakukan setahun sekali.

IUD berbentuk T kecil dengan panjang sekitar 2-3 cm dan diameter 0.5 cm. Alat ini memiliki lengan lentur yang saat di dalam rahim akan tertutup.

IUD bekerja dengan cara membuat peradangan lokal di sekitar dinding dalam rahim, sehingga apabila sudah ada embrio tidak akan bisa ditanam dan mencegah kehamilan. IUD juga menyebabkan produksi lendir lebih banyak, sehingga sperma tidak bisa naik ke atas dan bertemu sel telur.

Alat KB IUDAlat KB IUD/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Mariakray

Efek samping IUD

Berikut efek samping pemasangan IUD yang dapat dialami Bunda:

  • Infeksi

IUD juga terdiri dari benang yang akan terlihat di mulut rahim setelah pemakaian. Pemasangan IUD tidak menyebabkan infeksi karena rahim bersifat steril. Tapi, infeksi dapat terjadi bila kuman masuk melalui vagina yang bersifat non-steril.

Jika infeksi naik sampai ke saluran rahim atau tuba fallopi, maka ini dapat mengganggu proses kehamilan berikutnya.

  • Muncul flek di luar siklus haid

Reaksi peradangan yang berlebihan akan membuat pembuluh darah menjadi lebih rapuh. Akibatnya dapat muncul darah atau flek di luar siklus haid.

  • Haid lebih lama atau lebih banyak

Peradangan lokal karena IUD biasanya membuat haid lebih banyak atau lebih lama. Lebih lama dengan darah yang sedikit, atau sebentar tapi darah yang keluar banyak.

  • Tetap ada risiko

Haid yang banyak bisa menyebabkan kompensasi di rahim. Gerakan itu bisa mengubah posisi IUD menjadi lebih ke atas sampai menembus dinding dalam rahim atau ke bawah. Kalau berubah posisi ke bawah, risiko kehamilan menjadi lebih besar.

  • Mengganggu hubungan seksual

Benang IUD yang disisakan di mulut rahim biasanya dapat mengganggu saat berhubungan seksual. Hal ini dapat dikonsultasikan ke dokter. Tindakan yang dapat dilakukan adalah benang bisa dipendekkan atau dimasukkan ke dalam rahim.

  • Keputihan

IUD menyebabkan lendir serviks lebih banyak, sehingga menyebabkan keputihan. Keputihan bisa berubah menjadi abnormal bila terjadi infeksi. Untuk mencegahnya, Bunda perlu menjaga kebersihan daerah kewanitaan selama pemasangan IUD.

Waktu kontrol IUD

Setiap pemasangan IUD, Bunda akan diberikan antibiotik Pemasangan IUD umumnya membutuhkan waktu adaptasi, sekitar 2 sampai 3 bulan.

Bunda dapat melakukan kontrol ke dokter di waktu tersebut. Bila tidak ada masalah, kontrol dapat dilakukan satu kali setahun.

Jenis KB non-hormonal lainnya

Ada beberapa jenis KB non-hormonal lainnya selain IUD, kondom, dan steril. Berikut jenisnya:

  • Sistem kalender atau pantang berkala
  • Coitus interruptus atau ejakulasi di luar saat berhubungan seksual

Bunda pengguna KB IUD, simak juga cara meredakan rasa tidak nyaman saat haid dalam video di bawah ini:

(rap/rap)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Menanti kelahiran Si Kecil dengan arti nama bayi yang pas untuknya nanti hanya di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ikuti perkembangan kehamilan Bunda setiap minggunya di Aplikasi HaiBunda yuk, Bun!