
kehamilan
Pentingnya Pemeriksaan Pap Smear untuk Cegah Kanker Serviks, Ini Manfaat & Prosedurnya
HaiBunda
Jumat, 09 Jun 2023 14:03 WIB


Pap smear tentu sudah tak asing bagi sebagian wanita. Ini menjadi salah satu pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan setiap wanita usai menikah. Pap smear merupakan suatu tindakan preventif sekunder untuk mendeteksi secara dini dari terjadinya kanker serviks.
Perlu diketahui, angka kejadian kanker serviks di Indonesia masih cukup besar. Kanker serviks menempati peringkat kedua untuk angka kejadian kanker yang tertinggi pada perempuan di Indonesia.
Sampai saat ini, skrining kanker serviks dengan pap smear masih belum mencakup sebagian besar dilakukan oleh wanita Indonesia. Salah satu kendala adalah masih banyaknya wanita yang enggan memeriksakan, Bunda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya skrining kanker serviks. Namun, bukan dari pap smear, melainkan dari IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Dibandingkan pap smear, parameter deteksi kanker serviks dengan IVA lebih rendah atau memiliki akurasi sekitar 40 sampai 50 persen. Tapi, skrining ini dapat digunakan untuk menjaring yang berisiko untuk menjalani pap smear.
Jenis pap smear
Skrining pap smear terbagi menjadi dua, yakni:
1. Metode papsmear konvensional
Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel atau spesimen (sel-sel yang sudah tereksfoliasi) di mulut rahim. Alat bernama cocor bebek akan masuk dan menembus bibir vagina, kemudian dokter akan mengambil spesimen dengan spatula ayre dan cyto brush.
Hasil spesimen kemudian akan diperiksa di laboratorium dan difiksasi dengan alkohol 95 persen.
2. Metode Liquid Based Cytology
Metode modern memiliki keunggulan dibandingkan metode konvensional. Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu:
LBC adalah metode pap smear berbasis cairan untuk skrining kanker serviks. Hasil spesimen difiksasi dengan cairan khusus (liquid) sehingga menurunkan risiko sel-sel yang kisut saat fiksasi.
3. Pemeriksaan HPV DNA
Pemeriksaan untuk mendeteksi DNA dari HPV (human papillomavirus), yakni virus yang menyebabkan kanker serviks. Pemeriksaan papsmear atau LBC dikombinasikan dengan pemeriksaan HPV DNA dapat memberikan akurasi hasil hingga 95%.
Berapa kali pap smear dilakukan?
Pap smear disarankan untuk dilakukan setiap 1 sampai 2 tahun sekali secara rutin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bagi mereka yang memiliki gejala, bahkan sebelum memiliki gejala.
Sementara itu, bagi yang memeriksakan kombinasi dengan HPV DNA bisa kembali melakukan pemeriksaan 4-5 tahun sekali.
Wanita yang disarankan pap smear
Simak usia wanita yang disarankan untuk pap smear di bawah ini:
1. Usia 15 sampai 65 tahun
Pap smear utamanya dilakukan pada orang usia reproduksi, yaitu utamanya usia 15 sampai 40 tahun. Namun, pap smear bisa dilakukan sampai usia 65 tahun, utamnya dilakukan pada mereka yang sudah memiliki riwayat berhubungan seks.
2. Wanita yang sudah berhubungan seksual
Pap smear hanya dapat dilakukan pada wanita yang memiliki riwayat berhubungan seks. Sebab, pada wanita yang belum pernah berhubungan seksual, alat cocor bebek yang masuk di bibir vagina bisa merusak selaput dara.
Selain itu, 99,5 persen penyebab kanker serviks adalah HPV, yang dapat ditularkan dari berhubungan intim. Hal ini menyebabkan risiko kanker serviks lebih tinggi pada wanita yang sudah berhubungan seks.
3. Mengidap penyakit menular seksual
Seorang wanita yang mengidap penyakit menular seksual juga disarankan untuk menjalani pap smear, Bunda. Karena salah satu contoh penyakit menular seksual adalah infeksi HPV.
Bagi wanita yang sudah tertular HPV tapi belum memberikan perubahan atau efek perubahan sel, bisa melakukan pap smear terutama metode HPV DNA. Infeksi bisa terdeteksi sedini mungkin sebelum berubah menjadi sel abnormal dan kanker serviks.
4. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual
Indikasi lain yang membuat wanita disarankan untuk melakukan pap smear adalah mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan, atau berganti pasangan.
Prosedur melakukan pap smear
Prosedur melakukan pap smear dibagi menjadi;
1. Persiapan
- Pastikan wanita sedang tidak haid
- Pastikan tidak berhubungan seksual dalam kurun waktu 2x24 jam
- Tidak membersihkan daerah sekitar vagina sampai ke area dalam dengan sabun
2. Tindakan pap smear
- Saat datang, pasien akan diminta buang air kecil supaya merasa nyaman
- Kemudian, pasien akan duduk di kursi ginekologi, lalu dimasukkan alat cocor bebek
- Dokter lalu akan menggunakan alat seperti alat swab (spatula ayre) untuk mengambil spesimen di daerah luar serviks, dan di dalam serviks dengan brush (cyto brush).
Keseluruhan prosedur mengambil waktu kurang dari 5 menit.
Adakah efek samping pap smear?
Pap smear tidak memberikan efek samping atau rasa sakit. Dokter umumnya akan mengecek kondisi wanita, apakah siap atau tidak dilakukan pap smear.
Pasien mungkin hanya akan merasa tidak nyaman selama pap smear. Hal ini karena penggunaan alat medis yang dimasukkan ke organ intim.
Hasil pap smear
Hasil dari pemeriksaan pap smear dapat berupa:
- Apakah memuaskan atau tidak pengambilan sampel pap smear?
- Ada atau tidak kelainan abnormal dari hasil pemeriksaan?
- Ada atau tidak perubahan sel abnormal?
- Ditemukan atau tidak infeksi? Apabila ditemukan, apakah infeksi ini spesifik atau non spesifik?
Berikut penjelasan dari hasil pap smear:
- Pemeriksaan papsmear memuaskan, artinya sel-sel yang akan diperiksa bisa terbaca semua
- Ditemukan atau tidaknya perubahan seluler pada sel-sel apusan serviks
- Hasil infeksi spesifik dan non spesifik
Bila hasil pap smear ditemukan spesifik, itu bisa ditemukan beberapa infeksi, seperti infeksi Klamidia atau pun kecurigaan kearah HPV. Sementara bila non spesifik, contohnya adalah gardnerella vaginalis.Bila hasilnya terdeteksi sel abnormal dari pemeriksaan pap smear HPV DNA, maka dokter akan melihat hasilnya, apakah low risk atau high risk? - Pada pemeriksaan HPV DNA apakah didekteksi ada DNA dari HPV, dan yang masuk kategori low risk atau high risk. Hasil low risk berarti tidak akan menjadi kanker serviks, misalnya kutil kelamin. Sedangkan high risk adalah hasil yang berisiko menjadi kanker serviks.Pada hasil low risk, pasien akan diminta kembali untuk pap smear setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun. Pada hasil high risk, pasien akan menjalani pemeriksaan lanjutan dengan kolposkopi untuk melihat mulut rahim secara detail. Bila muncul kelainan atau sel abnormal, pemeriksaan biopsi tertarget dibutuhkan untuk menentukan apakah sel yang terdeteksi perubahan adalah ganas atau tidak. Dan bisa menentukan stadium berapa kanker serviks yang diidap apabila masih dalam tahap seluler.
- Hasil tidak terdeteksi. Hasil pap smear juga dapat tidak terdeteksi atau not detected, harus dievaluasi apakah karena pengambilan sampel yang tidak adekuat.
Apa pap smear boleh dilakukan pada ibu hamil?
Pap smear boleh dilakukan pada ibu hamil, tapi sangat tidak disarankan. Skrining ini dapat dilakukan bila ibu hamil memiliki indikasi, seperti keputihan berulang yang sudah diobati tapi tak sembuh atau ditemukannya peradangan pada serviks yang tak kunjung sembuh.
Pap smear dapat dilakukan pada usia kehamilan berapa pun, Bunda. Tapi, skrining perlu dilakukan secara hati-hati karena bisa berisiko menyebabkan perdarahan.
Bila ditemukan sel abnormal dari hasil pap smear, penanganannya hanya dapat dilakukan setelah ibu melahirkan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak video mengenai pencegahan kanker serviks lainnya dalam video di bawah ini:
(ank/rap)ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Takut Berhubungan Seks saat Hamil? Simak 7 Aturan Aman agar Tak Bahayakan Janin

Kehamilan
Makanan Penambah Darah Ibu Hamil untuk Penuhi Zat Besi agar Tak Bahayakan Janin

Kehamilan
Efek Samping KB Hormonal & Non-Hormonal, Benarkah Ada yang Tak Cocok untuk Tubuh?

Kehamilan
Perkembangan Janin Sehat di Tiap Trimester Kehamilan yang Perlu Bunda Ketahui

Kehamilan
Tanda hingga Penyebab Janin Stres Dalam Kandungan, Simak Juga Cara Mengatasinya


5 Foto