Jakarta -
Diet ketogenic atau diet keto lagi ngetren banget ya, Bun. Banyak yang bilang diet keto cepat menurunkan berat badan. Tapi, bagaimana kita bisa memastikan sudah melakukannya dengan benar?
Diet ketogenic awalnya dirancang untuk membantu penderita epilepsi atau yang menderita kejang. Namun ini populer cepat menurunkan berat badan.
Kebanyakan orang tahu diet ketogenic kuncinya memotong konsumsi karbohidrat dan meningkatkan makanan yang tinggi lemak serta protein. Rinciannya memperoleh 70 - 80 persen kalori harian dari lemak. Sebanyak 20 - 25 persen berasal dari protein, dan 5 - 10 persen dari karbohidrat.
Diet ketogenic ini dilakukan untuk memicu ketosis. Maksud ketosis adalah ketika tubuh beralih menggunakan lemak sebagai sumber bahan bakar utamanya. Keadaan inilah yang mendorong berat badan cepat turun. Tapi bagaimana kita tahu sudah dalam kondisi ketosis?
Suzannah Robin, yang menguji apakah seseorang dalam ketosis, mengungkapkan bagaimana cara mengetahui apakah seseorang dalam kondisi ketosis.
Menurut Robin ada beberapa cara untuk mengetahui tubuh dalam kondisi ketosis. Beberapa metode lebih dapat diandalkan ketimbang yang lain karena tidak bergantung pada sinyal fisik yang tidak selalu konsisten dan bisa menjadi indikasi hal lain, seperti bau mulut.
"Sinyal yang paling jelas, tentu saja, adalah penurunan berat badan. Berkurangnya
nafsu makan. Kemudian, meningkatnya fokus serta energi juga akan memberi tahu Anda jika diet keto bekerja. Namun, tanda-tanda ini saja tidak akan memberi tahu Anda dengan tepat kapan tubuh membakar lemak tubuh dan seberapa banyak," kata Robin mengutip
Express.
Robin menambahkan, sebenarnya ada tiga metode pengujian untuk ketosis yakni darah, urine dan napas. "Dalam beberapa tahun terakhir beberapa produsen breathalyser telah mencoba mengadaptasi sensor semi-konduktor breathalyser elektronik untuk mendeteksi aseton yang diproduksi selama kondisi ketosis," katanya.
 Diet Ketogenic Bunda Berhasil atau Enggak? Cek Tandanya di Sini/ Foto: iStock |
"Namun, perangkat ini, meskipun relatif murah, umumnya tidak konsisten, tidak akurat pada tingkat yang lebih rendah dan tidak dapat dikalibrasi, sehingga memiliki tingkat keawetan yang cukup pendek," tambah Robin.
Berbicara tentang diet ketogenic, ahli gizi dan olahraga, Jansen Ongko, MSc., RD, mengatakan meski diet ini masih diperdebatkan, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa diet ketogenic cukup berhasil dalam menurunkan berat badan.
"Tidak hanya itu, diet ketogenic juga bermanfaat untuk perawatan pasien kanker, pencegahan Alzheimer, diabetes, memperbaiki sistem metabolisme, dan kesehatan jantung," papar Jansen.
Meskipun diet ketogenic cukup efektif untuk menurunkan berat badan, Jansen menekankan bahwa menurut penelitian perubahan pola diet ini tentunya akan berdampak pada tubuh apabila dilakukan dalam jangka panjang. Dampak tersebut di antaranya gangguan keseimbangan hormon, gangguan metabolisme tubuh, dan gangguan emosional.
"Diet ketogenic dianjurkan untuk dilakukan dalam jangka pendek sebatas untuk mengurangi lemak tubuh dan memperbaiki kesehatan, untuk selanjutnya diikuti dengan pola hidup sehat. Hal tersebut perlu dilakukan demi menghindari risiko gangguan kesehatan yang mungkin terjadi jika
diet ketogenic dilakukan dalam jangka panjang," papar Jansen.
Simak juga tips diet sesudah melahirkan ala Eriska Rein di video ini.
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)