Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Desa Khusus Wanita Korban Kekerasan Seksual & KDRT, Ada Syarat jika Laki-laki Mau Masuk

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 23 Jul 2021 18:43 WIB

Ilustrasi Bergandengan Tangan
ilustrasi bergandengan tangan/ Foto: iStock

Sejatinya, wanita butuh perlindungan. Ada sebuah desa bernama Jinwar, yang dibangun dan dihuni oleh wanita merupakan tempat perlindungan bagi wanita Suriah dan anak-anak mereka yang melarikan diri dari struktur keluarga, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan perang saudara.

Dalam Bahasa Kurdi, Jinwar berarti tanah wanita. Dilansir CNN, desa ini menyambut wanita dan anak-anak Suriah, tanpa memandang agama, etnis, dan pandangan politik. Desa ini pun memberi ruang bagi perempuan yang ingin merasakan kebebasan, demokrasi, dan bentuk kehidupan baru, Bunda.

"Jinwar adalah respons terhadap setiap orang yang berpikir untuk melanggar kebebasan seorang wanita, atau melihat wanita sebagai jenis kelamin yang lebih lemah di masyarakat, atau bahwa dia tidak dapat mengatur hidupnya atau mengatur anak-anaknya," kata Fatma Emin, salah satu penghuni desa Jinwar.

"Sebaliknya, seorang wanita dapat membangun rumahnya. Inilah kami. Kami membangun sebuah desa tidak hanya untuk wanita Kurdi, tetapi kami memiliki Arab, kami memiliki Yazidi dan beberapa teman asing kami juga tinggal bersama kami."

Ya, kehidupan Fatma Emin berubah selamanya ketika suaminya meninggal dalam perang Suriah, dibunuh oleh ISIS dalam serangan ranjau darat, Bunda.

Banner Mantan Driver Ojol Beli Rumah Rp1,6 MBanner Mantan Driver Ojol Beli Rumah Rp1,6 M/ Foto: Mia Kurnia Sari

Desa tersebut didirikan pada 25 November 2018, bertepatan pada Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan. Terdapat rumah-rumah cokelat berbentuk persegi panjang yang dibangun dari batu bata buatan tangan berdiri di atas tanah.

Namun di bagian dalam, rumah-rumah tersebut dicat dan didekorasi, menunjukkan sentuhan keluarga yang tinggal di dalamnya. Tercatat pada 2019, Jinwar adalah rumah bagi 16 wanita dan 32 anak-anak.

Laki-laki tidak boleh tinggal, tapi.. Baca kelanjutannya di halaman berikut.

Simak juga alasan mengapa kita tak boleh menganggap kekerasan seksual itu hal normal:

[Gambas:Video Haibunda]




LAKI-LAKI DILARANG MENGINAP DI DESA JINWAR!

Arab woman with veil against orange yellow sky

ilustrasi wanita/ Foto: Getty Images/iStockphoto/vanbeets

Laki-laki diperbolehkan berkunjung pada siang hari selama mereka berperilaku hormat terhadap perempuan, tetapi mereka tidak boleh menginap, Bunda.

Laki-laki pun tidak bisa asal langgar aturan karena para penduduk bekerja dalam shift, melacak siapa yang datang dan pergi dari Jinwar. Mereka hanya membawa senjata pada shift malam untuk keamanan.

Terlepas dari hal tersebut, Jinwar adalah desa yang didasarkan pada demokrasi, keragaman dan ekologi, membutuhkan waktu beberapa tahun untuk membuahkan hasil.

Dilansir ABC News, Jinwar dibangun dengan memperhatikan aspek lingkungan. Mereka menggunakan produk alami yang tidak mencemari lingkungan dalam membangun rumah. Bahkan, mereka memakai energi terbarukan yaitu tenaga surya.

Semua yang tinggal di sana hidup dalam keharmonisan. Meski beda bahasa, ada beberapa orang yang berperan sebagai penerjemah sehingga komunikasi tetap berjalan lancar.

WANITA DI JINWAR HIDUP DALAM HARMONI

Arab woman with veil against orange yellow sky

ilustrasi wanita/ Foto: Getty Images/iStockphoto/vanbeets

Bedra Darwish, wanita asal Arab dengan tujuh anak menjadi salah satu penduduk di sana. Ia mengatakan hidupnya sangat berbeda ketika berada di Jinwar.

"Saya tidak akan pernah bisa menikah lagi karena saya punya banyak anak [dan] tidak ada pria yang mau menikah dengan saya," katanya.

Perempuan dari berbagai etnis hidup dalam harmoni, Bunda. "Ada orang Kurdi dan Arab di Jinwar, kami semua rukun satu sama lain," kata Bedra."Ini pertama kalinya saya bebas, tidak ada yang memberi tahu saya apa yang harus dipakai atau apa yang harus dilakukan."

"Saya tidak mengerti bahasa Kurdi tetapi orang-orang membantu saya menerjemahkan. Jika saya kembali ke desa saya, saya tidak akan diterima, jadi saya akan tinggal di sini selamanya."


(aci/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda