Jakarta -
Pernah dengar enggak, Bun? Bila
anak alergi, jangan dipantang memberi makanan yang jadi pemicu alerginya. Sebut saja alergi kacang yang umum dialami anak-anak.
Dilakukan penelitian di mana anak-anak dengan alergi kacang diberi makan kacang dalam jumlah kecil untuk menciptakan toleransi. Nah, proses tersebut dikenal sebagai
imunoterapi. Dr.Dawn Lim, dokter anak yang mengkhususkan diri di bidang alergi mengatakan penelitian tersebut sejauh ini menunjukkan hasil yang menjanjikan. Beberapa anak yang mencoba perawatan itu sekarang bisa makan sedikit kacang tanpa mengembangkan reaksi.
"Sayangnya, penelitian ini masih dalam tahap percobaan dan pendahuluan. Selain itu, orang tua diperingatkan untuk tidak mencobanya di rumah. Di masa depan, ada harapan terapi ini aman dan efektif untuk anak-anak dengan alergi kacang dan alergi makanan lain," kata Lim dalam bukunya Childhood Allergies.
Bicara tentang imunoterapi alergen, Lim bilang, cara kerja terapi tersebut yakni membuat orang kebal dengan apa yang membuatnya alergi. Terapi ini sudah dipraktikkan sejak awal dan sekarang jadi metode yang diterima untuk mengobati alergi. Kata Lim, saat ini imunoterapi alergen adalah satu-satunya untuk menyembuhkan penyakit alergi karena turut mengatasi akar masalahnya.
"Imunoterapi alergen juga dikenal sebagai vaksinasi alergi atau desensitisasi alergen, yang membuat seseorang toleran terhadap apa yang membuatnya alergi," tambahnya.
 Foto: Thinkstock |
Riwayat imunoterapi untuk mengobati alergi Pasien pertama yang menerima imunoterapi diketahui mengalami alergi rhonitis karena alergi serbuk sari rumput. Pada tahun 1911, Dr.Leonard Noon dari London menyuntikkan pasien ini dengan serbuk sari rumput dan menemukan gejala alergi si pasir membaik. Sejak itu, imunoterapi ditemukan berguna untuk mengatasi alergi serbuk sari lainnya, bulu hewan, dan tungau debu.
"Ini didasarkan teori ketika
alergen disuntikkan di bawah kulit atau ditempatkan di bawah lidah, sel-sel di daerah itu mengambil alergen dan membantu tubuh mengembangkan toleransi terhadap alergen," katanya.
Dalam imunoterapi alergen, sejumlah kecil alergen dimasukkan ke tubuh dengan dosis cukup guna menciptakan toleransi, tetapi tidak untuk menyebabkan reaksi alergi. Dosis perlahan ditingkatkan dan tubuh pelan-pelan membangun toleransi terhadap alergen. Alhasil, ketika tubuh pasien bertemu alergen, reaksi alerginya akan ditekan.
"Secara teori, imunoterapi dapat digunakan untuk mengobati semua jenis alergi. Namun, pada kenyataannya, saat ini hanya dapat mengobati beberapa alergi karena masih sulit menemukan dosis tepat yang dapat merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan toleransi tanpa menyebabkan reaksi alergi," kata Lim.
Untuk terapi alergi, Dr.dr.Zakiudin Munasir, SpA(K), dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) pernah mengatakan ada tiga cara pengobatan yang biasanya dilakukan terkait alergi pada anak.
Langkah pertama dengan mengidentifikasi pemicu alergi dan menjauhkannya dari anak, kedua dengan memberi obat untuk menghilangkan gejala serta mencegah alergi peradangan, terakhir adalah dengan memberikan terapi imunitas atau imunoterapi.
"Untuk terapi imunitas dilakukan dengan memberi pemicu
alergi dalam dosis yang telah diatur. Kalau tidak bisa menghindari debu misalnya, gejalanya hebat, itu ada cara kita kenalkan imunoterapi dengan dosis yang sudah diatur. Jadi buat ekstraknya dulu terus bisa disuntikkan atau ditaruh di bawah lidah namanya imunoterapi sublingual," ujar Zaki dilansir
detikcom.[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)